MENJADI PENDOA YANG BERADAB

Published by Buletin Al Anwar on

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

 

MENJADI PENDOA YANG BERADAB

Wahyu Fahriyan

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Seperti yang telah diketahui bersama dan sering digaungkan oleh kaum muslim bahwa penciptaan manusia diperuntukkan menyembah Tuhan yang maha Esa Allah SWT. Perintah menyembah Allah ini jelas diungkapkan dalam firman Allah ayat 56 surah Adz-Dzariyat di atas. Dengan ayat tersebut bukan menunjukkan bahwa Allah membutuhkan makhluknya akan tetapi sebaliknya, makhluk yang butuh sepenuhnya terhadap-Nya. Wujud penyembahan (ibadah) begitu beragam dan dikelompokkan menjadi dua yaitu makhdhoh dan ghoiru makhdhoh. Menjadi lengkap ketika setelah beribadah tersebut disertai doa, meskipun diketahui bahwa berdoa bisa dilakukan kapanpun tidak harus seusai beribadah.

Doa merupakan bentuk permohonan manusia yang disampaikan kepada Tuhan melalui ungkapan-ungkapan yang sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan kata permohonan dalam mendefinisikan doa dianggap lebih sopan dengan dasar bahwa yang termohon adalah Allah SWT dengan segala maha yang dimilik-Nya. Tidak jarang yang mendefinisikan doa sebagai permintaan yang mana dalam konotasinya digunakan oleh atasan untuk bawahan.

Perintah untuk berdoa disampaikan langsung oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang berbunyi;“Dan Rabb-Mu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dar imenyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina.” (QS. Al Mukmin). Dari ayat al-Qur’an tersebut dapat diketahui bahwa Allah tidak akan  pernah ingkar terhadap apa yang difirmankan-Nya. Dalam firman-Nya tidak disebutkan bahwa Allah akan mengabulkannya langsung seketika doa telah dilantunkan. Tidak ada kepastian kapan doa-doa yang telah dilantukan akan dikabulkan, oleh sebab itu tugas kita sebagai hamba adalah selalu dan perbanyak doa-doa tersebut. Dan apabila ada doa yang tidak dikabulkan, khusnudzon lah kepada-Nya karena sebaik-baik rencana adalah dari-Nya. Dan menjadi sebuah kesombongan pula  jika seorang hamba tidak melantunkan doa kepada Allah SWT.

Berdoa ibarat pengamen, kadang kala langsung diberi uang sesaat setelah melantunkan tembang dengan berbagai alasan; suara kurang merdu atau dirasa mengganggu dan ada juga tidak langsung diberi uang karena suara pengamen tersebut merdu ketika bernayanyi sehingga pendengar menikmati lagunya dan suaranya. Begitu pula dengan doa, ketika do’a kita tidak lekas dikabulkan mungkin itulah bentuk cinta kasih Allah terhadapmu dan juga Allah menyukai setiap rintihan yang kau adukan pada-Nya. Kemungkinan lain yang menyebabkan doa tidak dikabulkan adalah cara berdoa yang kurang sopan atau langsung mengungkapkan permohonan-permohonan tanpa adanya pujian atau mohon ampun kepada-Nya. Menurut Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya yaitu Ihya’ Ulumid Din ada sepuluh adab atau tata cara berdoa yang harus diperhatikan bagi setiap muslim. Berikut adalah kesepuluh adab tersebut;

Pertama, menunggu waktu-waktu yang mulia. Seperti hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jumat, akhir sepertiga malam, dan waktu sahur. Kedua, mengoptimalkan keadaan-keadaan yang mulia. Seperti waktu keadaan sujud, bertemu dengan tentara-tentara (Islam), turunnya hujan, saat salat dan setelah shalat, dan disaat hari tenang menurut Imam Nawawi kitab Al-Adzkar.

Ketiga, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan dan mengusap wajah setelah berdoa. Keempat, merendahkan suara antara pelan dan keras. Kelima, tidak terbebani dengan sajak atau diksi doa (yang dipanjatkan), lebih utama hendaknya meringkas do’a dengan doa-doa ma’tsurat. Sedangkan Imam Nawawi berkata bahwa sebenarnya mayoritas ulama berpendapat tidak adanya batasan kata dalam berdoa, tidak makruh lebih dari tujuh kata ketika berdoa, bahkan mereka mensunnahkan agar memperbanyak berdoa.

Keenam, merendahkan diri, khusyu’ dan takut. Allah swt.berfirman:

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)  perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (Q.S. Al-Anbiya’: 90)

Hendaknya sesorang yang melantunkan doa, alangkah baiknya berdo’a degan suara yang lembut dan lirih yang sekiranya tidak mengganggu orang lain. Allah berfirman:

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. Al-A’raf: 55)

Ketujuh, bersungguh-sungguh ketika meminta, yakin serta mengharapkan  dikabulkanya do’a. Sufyan bin Uyainah r.a. berkata: Salah satu dari kalian tidak akan terhalang doanya selagi ia tahu tentang dirinya sendiri (yakin dengan doanya). Karena Allah SWT akan mengabulkan do’a sejelek-jeleknya makhluk yakni Iblis, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an:

Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberitangguh”. (Q.S. Al-A’raf: 14-15)

Kedelapan, menekankan dan mengulang-ngulang do’a hingga tiga kali dan hendaknya tidak meminta memperlambat untuk dikabulkan. Kesembilan, mengawali do’a dengan menyebut nama Allah SWT. Imam Nawawi memberikan penjelasan bahwa hendaknya mengawali do’a dengan membaca alhamdulillah serta memuji Allah SWT, kemudian membaca salawat kepada Nabi SAW, begitu pula ketika menutup doa. Kesepuluh, hal yang terpenting dan mendasar agar terkabulnya do’aa dalah bertaubat, menolak kezaliman dan menghadap kepada Allah SWT.

Semoga dengan tulisan bisa bermanfaat dan  kita bisa menjadi hamba yang beradab, dan khusyu’ dalam beribadah, terlebih ketika berdoa kepada Allah SWT dengan harapan akan dikabulkan oleh-Nya.


0 Comments

Leave a Reply