INTEGRASI BUDAYA SHOLAT BERJAMAAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh:

Muhammad Luthfi Efendi

Di era modernisasi seperti sekarang ini, terdapat banyak kasus yang sering kita jumpai di negeri tercinta ini, baik itu kasus pembunuhan, pencurian, korupsi, tawuran antar pelajar, dan masalah terbesar mengenai rusaknya akhlak anak-anak bangsa yang banyak menjadi sorotan bagi kita semua. Belum lama ini di dalam dunia pendidikan, terdapat kasus seorang siswa yang menantang gurunya berkelahi. Seperti yang ditayangkan Kompas Petang Kompas Tv, Minggu, 10 Februari 2019. Karena tidak terima ditegur ketika merokok dalam kelas, seorang siswa menantang berkelahi guru SMP PGRI Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Bahkan dilaporkan sempat mengejek guru tersebut.

Keberhasilan pendidikan dalam lembaga pendidikan Islam tidak hanya berfokus terhadap tingginya hasil ujian ataupun lulusannya bisa diterima di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi favorit, namun yang terpenting dalam lembaga pendidikan Islam adalah apabila seorang murid/santri dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan lebel murid/ santri yang berakhlak karimah.

Karakter pada dasarnya merupakan suatu kebiasaan tingkah laku yang melekat pada diri tiap orang, karakter sangatlah sulit dibentuk jika tidak didukung dengan lingkungan yang mendukung. Apalagi jika kita lihat dari konsep bahwa “setiap manusia lahir dalam keadaan suci”, maka peran lingkungan di sini sangatlah berpengaruh pada pembentukan karakter murid/santri.

Lingkungan yang sangat mendukung proses pembentukan karakter santri adalah pesantren, yang mana kyai sebagai unsur terpenting dalam  pesantren, sekaligus dianggap karismatik oleh seluruh santri, memiliki cara tersendiri bagaimana mendidik dan membekali para santrinya baik dalam hal keilmuan maupun pembentukan karakter sesuai dengan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Seperti halnya Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيْرًا

Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa kyai sebagai pewaris para Nabi memiliki tugas dalam hal berperilaku baik sebagai contoh (uswah) kepada para santrinya agar meniru apa yang dicontohkannya.

Kehadiran Nabi Muhammad saw. membawa ajaran dengan tujuan mengajak manusia untuk berperilaku baik, sesuai sabda beliau:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

Artinya: “Aku diutus tidak lain, kecuali untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR. Malik).

Suatu usaha yang diupayakan oleh pesantren dalam membentuk karakter santri, yaitu dengan mewajibkan kegiatan salat lima waktu dengan cara berjamaah. Karena salat berjamaah merupakan salah satu jenis ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah, dan beliau selama hidup tidak pernah meninggalkannya. Di samping itu juga kedudukan salat dalam Islam menempati posisi penting yang tidak dapat diganti oleh ibadah-ibadah lainnya. Salat juga sebagai parameter utama bagi amal perbuatan dalam kehidupan manusia, jika salatnya baik maka baiklah semua amal perbuatan manusia, begitu juga jika salat seseorang tidak baik, maka bisa dipastikan amal perbuatan lainnya juga tidak baik.

Dengan diwajibkannya salat berjamaah di pesantren, para santri akan mengerti bahwa salat itu merupakan keharusan atau kewajiban bagi setiap umat Islam. Salat berjamaah banyak mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat besar manfaatnya. Oleh sebab itu, salat berjamaah yang dilakukan secara istiqomah akan membawa dampak positif pada diri santri. Dalam salat berjamaah juga banyak fadhilah (keutamaan) dan hikmah yang dapat diambil dan dapat mempengaruhi perilaku keseharian santri.

Diantara fadhilah yang terkandung dalam sholat berjamaah dalam membentuk karakter santri adalah:

Al Hafidz ibn Hajar Al Asqalany dalam Fathul Bari telah menjelaskan sebab-sebab melebihkan nilai-nilai salat berjamaah, yang sebanyak dua puluh tujuh, di antaranya:

  1. Memenuhi seruan muadzin.
  2. Bersegera kepada jamaah di awal waktu.
  3. Pergi ke masjid dengan niat berjamaah.
  4. Masuk ke dalam masjid sambil berdoa.
  5. Bershalat tahiyyatul masjid.
  6. Menanti jamaah.
  7. Menerima selawat Malaikat dan istighfar mereka.
  8. Menerima kesaksian Malaikat.
  9. Menjawab ucapan iqamat.
  10. Memperoleh kesejahteraan dari setan yang lari ketika iqamat disuarakan.
  11. Duduk di masjid menanti takbir imam, ataupun masuk ke dalam salat buat mengikuti imam.
  12. Dapat bertakbiratul ihram beserta imam.
  13. Meluruskan shaf dan mengisi shaf yang renggang.
  14. Menjawab ucapan imam di kala imam membaca tasmi’ (sami’allahu liman hamidah).
  15. Terpelihara dari kelupaan yang lazim dilakukan, dan memberi ingat kepada imam apabila ia lupa sesuatu.
  16. Hasil khusyuk dan sejahtera dari yang melalaikan.
  17. Membaguskan keadaan.
  18. Diselubungi para Malaikat.
  19. Membiasakan diri mentajwidkan qiraah, mempelajari rukun-rukun salat dan lain-lain dengan praktik.
  20. Melahirkan syiar keagungan Islam.
  21. Mematahkan tipu daya setan dengan jalan berkumpul untuk beribadah, bertolong menolong untuk mengerjakan taat dan menghilangkan kemalasan.
  22. Terhindar dari sifat nifaq (munafik) dan dari buruk sangka orang.
  23. Menjawab salam imam.
  24. Mengambil manfaat dengan jalan berkumpul untuk berdoa, berzikir, dan memperoleh berkat orang-orang yang sempurna oleh orang-orang yang kurang sempurna.
  25. Menghidupkan sendi-sendi ukhuwah (persaudaraan) antara para tetangga, dapat saling melihat sesama kawan di waktu berkumpul untuk bersalat itu.

Inilah dua puluh lima faedah salat berjamaah, dan di salat-salat jahar dapat pula kita tambah dua faedah lagi, yaitu:

26. Mendengar bacaan (qiraat) imam, dan

27. Berta’mim (mengaminkan bacaan imam)

Adapun hikmah salat berjamaah sendiri di antaranya:

  1. Mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar

Bacaan-bacaan di dalam salat, demikian juga gerakan anggota tubuh yang kita lakukan, seperti rukuk dan sujud, menumbuhkan perasaan akan kebesaran Allah. Karena perasaan inilah menyebabkan kita tak berani melakukan sesuatu maksiat dan yang menyebabkan kita tak berani meninggalkan perbuatan taat. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

إِنَّ الصّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ

Artinya: “Bahwasanya salat itu mencegah (menghalangi) manusia mengerjakan fahsya’ dan munkar.” (QS. 29, Al Ankabut: 45).

2. Menyempurnakan salat

Dengan jalan menyempurnakan salat, jauhlah mereka (kita) dari neraka dan dekatlah mereka kepada rahmat Allah SWT. Martabat seorang mukmin dalam soal ibadah tidak sama. Maka apabila mereka berkumpul di hadapan Allah Tuhan Yang Maha Berkuasa, mereka yang lebih takwa dan diterima doanya, dan mereka bersama-sama mengharap rahmat Allah SWT. dan takut kepada azab Allah itu, niscaya kembalilah berkat orang yang kamil (sempurna) kepada yang naqish (kurang).

3. Kebaikan agama dan dunia

Dengan berkumpul orang-orang yang alim dengan orang-orang awam dalam mengerjakan sholat, orang-orang awam dapat mengetahui soal dunia maupun mengenai soal akhirat. Sesuatu soal yang dikemukakan kerap kali berkembang menjadi beberapa soal lain. Barang siapa mengamalkan apa yang telah diketahui, Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya. Dengan diskusi-diskusi, si awam mendapat tambahan ilmu, dan pahala bagi si alim.

Dan juga Dengan berkumpulnya orang yang saling berdekatan rumah di dalam masjid lima kali dalam satu hari, akan membangkitkan rahmah dan syafaqah (saling mengasihi). Lantaran itu, mereka mau memberi pertolongan kepada kawan-kawannya yang berhajat, mereka mau membantu orang-orang yang melarat, mereka menanyakan keadaan orang-orang yang tidak datang dan kemudian mendatangi mereka. Demikianlah yang dilakukan dan yang diperintahkan oleh Umar ibn Khaththab ra. Umar ibn Khaththab ra berkata “periksalah saudara-saudaramu ketika salat. Jika kamu tidak mendapati mereka karena sakit, kunjungilah mereka dan jika mereka dalam keadaan sehat, maka sapalah mereka”.

4. Menjadikan pribadi yang disiplin

Ibadah salat ditentukan berdasarkan sejumlah waktu yang telah ditentukan secara syariat. Dengan ketetapan ini, setiap muslim yang melakukan salat akan melatih kedisiplinan dalam urusan menghargai waktu. Mereka bisa mengoptimalkan setiap kesempatan yang ada untuk memicu kreativitas diri, mengembangkan kompetensi diri, dan mempertahankan eksistensi diri sebagai seorang khalifah di muka bumi ini. Setiap Muslim diberikan tanggung jawab untuk melakukan salat pada waktu-waktu yang telah disyariatkan. Bila diresapi dan diamalkan sebaik-baiknya, perintah ini memberikan pelajaran penting tentang bagaimana kita mampu memanfaatkan waktu secara disiplin. Dengan begitu, kepribadian disiplin menjadi bagian dalam hidup kita. Sehingga kita bisa hidup secara berkualitas. Seperti contoh seorang muslim terbiasa bangun pagi untuk melaksanakan salat subuh akan membuatnya terbiasa makan pagi pada waktu yang tetap. Waktu salat akan mengajarkan seseorang untuk terbiasa melakukan berbagai hal dalam aturan yang jelas.

5. Membiasakan mentaati pemimpin

Jamaah sholat dipermulaan Islam, mudah-mudahan begitu pula sekarang dikendalikan oleh penguasa-penguasa dan kepala-kepala umat sendiri. Mengikuti mereka dalam pekerjaan-pekerjaan sholat, menanamkan rasa patuh kepada mereka dalam urusan dunia.

Pada zaman para sahabat, sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. meridhai Abu Bakar menjadi khalifah, karena Rasulullah SAW. telah meridhai dan menunjuk Abu Bakar menjadi imam jamaah di waktu beliau sakit.

6. Menumbuhkan rasa persamaan dan persaudaraan

Seseorang manusia apabila telah biasa berdiri dalam shaf yang sama dengan orang-orang yang memimpin dan orang-orang yang dipimpin, orang-orang kaya raya dengan orang-orang fakir miskin, semua merendahkan diri kepada Allah SWT. tak ada dalam saat salat berjamaah kelebihan seseorang atas seseorang yang lain, tumbuhlah rasa persamaan dan rasa persaudaraan dalam jiwa mereka.

7. Membiasakan bersatu dan tolong menolong

Berjamaah antara sesama mukmin adalah semisal suatu dinding tembok yang satu sama lain saling terkait. Al Manawy berkata: “Hikmah jamaah ialah menegakkan rasa persaudaraan antara orang-orang yang sama berjamaah. Lantaran inilah kita diperintahkan mengadakan masjid di kampung-kampung, supaya dapat berlangsung pertemuan antara penduduk kampung di waktu-waktu salat itu. Dengan perjumpaan itu dapatlah orang-orang awam mengambil pelajaran dari orang-orang alim.

Dengan banyaknya keutamaan dan hikmah yang terkandung di dalam salat berjamaah, tak heran jika setiap pondok pesantren menerapkan peraturan wajib salat berjamaah yang bertujuan tak lain untuk menjalankan perintah Allah dan Rosul, melestarikan budaya warisan Nabi dan para sahabat yang semakin terkikis seiring berkembangnya zaman, dan pastinya sebagai salah satu metode dalam membentuk karakter santri yang menuntut ilmu di dalam pesantren tersebut.


0 Comments

Leave a Reply