IBNU SINA, SANG CENDEKIAWAN KEDOKTERAN DUNIA

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh : Fauqi Falakhus Tsani

Syaikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Avicenna lahir pada tahun 370 hijriah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermazhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasihati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apa pun selain belajar dan menimba ilmu.

Semasa kecil, Ibnu Sina memulai pendidikannya pada usia lima tahun di kota kelahirannya, yaitu Bukhara. Pengetahuan yang pertama kali ia pelajari adalah membaca Al-Quran. Setelah itu ia mempelajari ilmu-ilmu agama Islam seperti tafsir, fikih, usuluddin, dan lain-lain. Berkat ketekunan dan kecerdasannya, ia berhasil menghafal Al-Quran dan mengusai berbagai cabang ilmu keislaman pada usia yang belum genap 10 tahun. Sehingga dari situ Ibnu Sina dianggap sebagai manusia yang luar biasa. Bahkan Ibnu Sina pernah menceritakan jika dirinya hafal kitab metafisika Aristoteles di luar kepala, ia membaca sebanyak 40 kali sampai hafal semua kata dalam kitab itu, namun tak sedikit pun makna yang dapat ia fahami. Pemahaman yang menyeluruh baru diperoleh setelah Ibnu Sina membeli Kitab karangan al-Farabi mengenai tujuan metafisika Aristoteles. Kenyataan ini membuat Ibnu Sina mengakui kedudukan al-Farabi sebagai guru kedua.

Di samping itu, Ibnu Sina juga mempelajari ilmu kedokteran sejak usia 16 tahun secara otodidak, hingga ia menjadi seorang dokter yang termasyhur pada zamannya. Hal ini didukung oleh kesungguhannya dalam melakukan penelitian dan praktek pengobatan. Berkenaan dengan ini, ada sebagian yang mengatakan bahwa Ibnu Sina mempelajari kedokteran dari Ali Abi Sahl al-Masity dan Abi Manshur al-Hasan ibn Nuh al-Qamary. Selain itu upaya memperdalam berbagai cabang ilmu pengetahuan juga diperoleh Ibnu Sina ketika ia diberi kesempatan untuk memanfaatkan perpustakaan milik Nuh bin Mansyur yang pada saat itu menjadi Sultan di Bukhara. Dengan cara demikian, ilmu kedokteran yang ditekuni Ibnu Sina mengalami perkembangan yang signifikan karena didukung oleh keluasan teori dan praktik

Ibnu Sina adalah salah seorang tokoh besar yang berpengaruh pada kejayaan Islam. Ia adalah filosof dari timur. Hal itu bukan saja diakui orang-orang Arab melainkan juga ilmuwan barat. Selain terkenal sebagai ahli kedokteran, ia juga seorang ahli filsafat, astronom dan ahli ilmu jiwa (psikolog handal). Ibnu Sina telah meninggalkan karya-karya agung yang dapat membantu meningkatkan keluhuran harkat umat manusia. Tidak berlebihan jika para penulis Prancis memberinya gelar “Aristoteles Islam” atau juga “Hipocrates Islam”.

Ibnu Sina dikenal aktif dan ahli dalam  bidang pemerintahan, pendidikan, penulisan, kedokteran atau kesehatan dan lain-lain. Washtankald, seorang Ilmuwan Jerman sempat menghitung karya tulis Ibnu Sina tidak kurang dari 150 judul yang membahas berbagai macam ilmu, seperti kedokteran, filsafat, agama, astronomi, bahasa, kebudayaan, sastra, musik, arsitektur, logika, dan ketuhanan. Ibnu Sina telah menyumbangkan kekayaan ilmunya pada umat manusia di dunia. Padahal ia hidup pada zaman yang sering terjadi kekacauan dan penuh dengan peperangan. Karya-karya tulis Ibnu Sina menjadi sangat khas dan istimewa berkat isinya yang berbobot, pembahasannya yang cukup mendalam, keterangannya yang jelas dan kecerdikannya dalam mengolah informasi menjadi tulisan yang mudah dipahami oleh si pembaca.

Di antara maha karya dari Ibnu Sina yang cukup terkenal adalah al-Qanun (Kedokteran), al-Syifa, al-Isyarat (filsafat), dan as-Siyasah (pendidikan). Bahkan Al-Qanun dijadikan salah satu literatur utama ilmu kedokteran pada sejumlah universitas Eropa hingga abad 18. Ibnu Sina juga menemukan sejumlah referensi obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi kesehatan umat manusia. Bahkan ia adalah seorang dokter yang pertama kali melakukan penyuntikan di bawah kulit pasien, dan menggunakan cara pembiusan untuk mengobati luka (anestesi).

Apa yang dilakukan Ibnu Sina tersebut jauh lebih maju daripada yang terjadi di negara-negara Eropa saat itu yang mana  masih menganut takhayul dan sihir dalam mengobati berbagai penyakit ataupun hal lain yang berhubungan dengan kesehatan. Negara Eropa saat itu adalah zaman kegelapan,  konon apabila ada orang sakit, ia disalib pada sebatang pohon. Kemudian seorang tabib atau dukun terpercaya memukulinya dengan kejam sampai setan atau roh halus lainnya keluar dari tubuh orang tersebut dan benar-benar telah hilang dari tubuhnya. Menurut mereka, setan dan roh halus itulah penyakit yang menempel di tubuh manusia tersebut. Seperti dalam terjemahan yang bersumber dari Hadits Rasulullah saw. yang berarti : “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Dari Usamah bin Syarik radhiallahu’anhu, bahwa beliau berkata:

“Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)

Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:     “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau mensahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri mensahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad, 4/12-13)

Para peneliti dari Finlandia menemukan bahwa makan makanan yang bergizi dapat meningkatkan umur seseorang 20 persen, selama mereka makan makanan gizi tersebut dan tidak berlebihan sesuai dengan kebutuhan nutrisinya.  Hal ini karena pola makan yang sehat akan memberikan kontribusi dalam mengurangi risiko meningkatnya kolesterol tubuh dan menurunkan tekanan darah, yang mana kedua hal tersebut penyebab utama kematian mendadak.

Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 Hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.

Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakaan itu mengatakan demikian; “Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya… Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.

Kesibukannya di bidang politik di Istana Mansur, Raja Dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.

Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang diberi nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.

Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia. Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran guncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”

Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya. Rasulullah SAW. telah menjelaskan perkembangan embrio secara detail sejak 14 abad yang lalu, dimana zaman itu tidak ada alat-alat canggih pada zaman sekarang seperti mikroskop , USG, dll. Allah ta’ala telah berfirman :

ثُمَّ جَعَلْنَٰهُ نُطْفَةً فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ

 Artinya :

“Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)” (QS. Al-Mu’minun : 13).

Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina memperoleh penghargaan yang tinggi hingga masa modern. Ia adalah satu-satunya filsafat besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim beberapa abad. Kehidupan Ibnu Sina dihabiskan untuk urusan negara dan menulis. Pada usia 58 tahun (428 H / 1037 M), Ibnu Sina wafat dan dimakamkan di Hamazan. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia. Hampir sebelas abad sudah Ibnu Sina meninggalkan kita, tapi ilmu dan karyanya sampai sekarang masih berguna.

Agama Islam itu adalah agama yang otentik, otentik dengan adanya penjelasan bahwa isi dari kitab suci Al-Quran dan Al Hadits sudah dibuktikan dengan sains. Oleh sebab itu kita sebagai umat Islam sudah seharusnya untuk memperkuat keyakinan, iman, Islam, dan ihsan yang memang otentik dan tidak hanya bersifat mitos serta kultural.


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *