Memancing Rezeki dengan Bersedekah

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Muhammad Fahrurrozi

Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sedekah sudah seharusnya menjadi kewajiban yang ditunaikan oleh setiap individu yang muslim. Sedekah merupakan ibadah yang mempunyai dimensi ganda, yaitu horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkaitan dengan bentuk dan pola hubungan antar manusia, sedangkan dimensi vertikal berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan. Sedekah bisa disebut sebagai ibadah sosial. Ibadah sosial merupakan ibadah yang mempunyai efek langsung dengan konteks kehidupan merupakan ibadah yang mempunyai efek langsung dengan konteks kehidupan masyarakat sekitar, mengandung nilai gotong royong dan tanggung jawab sosial sehingga dapat diharapkan dapat meratakan pendapatan ekonomi serta menghapus kemiskinan dalam masyarakat.

Sedekah atau dalam bahasa Arab shadaqah yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharapkan ridha Allah SWT dan pahala semata. Shadaqah berasal dari kata shidiq yang berarti benar. Makna shadaqah secara bahasa adalah membenarkan sesuatu.

Keutamaan dalam bersedekah dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Al-baqarah ayat 261, sebagai berikut:

مَثَلُ الّذِيْنَ يُنْفِقُونَ أَمْواَلَهُمْ فيِ سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَناَبِلَ فيِ كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضاَعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللهُ واَسِعٌ عَلِيمٌ.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui” (QS. Al Baqarah :261)

Penjelasan ayat di atas balasan bagi orang orang yang menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain lain pasti akan dibalas oleh Allah dengan balasan lebih dan dengan jalan yang tidak diduga-duga,

Allah SWT memang telah berjanji akan memberikan rezeki kepada semua makhluk-Nya. Akan tetapi janji ini tidak dengan cuma-cuma. Seseorang akan mendapatkan rezeki jika mau berusaha, berjalan dan bertebaran di penjuru penjuru bumi. Karena Allah SWT menciptakan bumi dan seisinya ini untuk kemakmuran manusia. Siapa yang mau berusaha dan bekerja ialah yang akan mendapat rezeki dan rahmat dari Allah SWT. Seseorang yang ingin mendapat rezeki selain dengan jalan berusaha, juga harus disertai dengan keluasan hati untuk bersedekah sebagai jalan untuk memancing rezeki.

Sedekah atau dalam bahasa Arab sedekah yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharapkan ridha Allah SWT dan pahala semata. Sedekah berasal dari kata sedekah yang berarti benar. Makna sedekah secara bahasa adalah membenarkan sesuatu.

Sebagian orang beranggapan bahwa mengeluarkan harta dalam bentuk zakat, infak dan sedekah fi sabilillah akan mengurangi jumlah nominal harta, bahkan bisa menyebabkan kefakiran. Hal ini wajar, karena sifat dasar manusia adalah pelit. Selain itu, setan selalu menggoda orang yang akan berinfak agar takut kepada kefakiran.

Setan ingin agar manusia tidak mendapat pahala dan kebaikan yang menjadi sarana masuk surga. Allah Ta’ala berfirman:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat buruk (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Qs Al-Baqarah 268).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna ayat “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan“, maksudnya: setan menakut-nakuti kalian dengan kefakiran supaya kalian tetap menggenggam tangan kalian, sehingga tidak menginfakkannya dalam keridhaan Allah.

Sedangkan ayat “Dan menyuruh kamu berbuat buruk“, maksudnya: bersama larangannya kepada kalian dari berinfak karena takut miskin, setan menyuruh kalian dengan kemaksiatan, perbuatan dosa, keharaman, dan menyalahi perintah yakni Allah Ta’ala.

Sementara itu, menurut Al-Jazairi, ayat “Dan menyuruh kamu berbuat buruk” berarti setan menyeru kalian untuk mengerjakan perbuatan buruk, di antaranya bakhil dan kikir. Karenanya Allah Ta’ala memperingatkan para hamba-Nya dari setan dan godaannya, lalu mengabarkan bahwa setan menjanjikan dengan kefakiran, artinya: menakut-nakuti mereka dengan kemiskinan sehingga mereka tidak mengeluarkan zakat dan sedekah. (Sebaliknya) ia menyuruh mereka untuk berbuat buruk sehingga mengeluarkan harta mereka dalam keburukan dan kerusakan, serta bakhil mengeluarkannya untuk kebaikan dan kemaslahatan umum.

Padahal kenyataannya sebaliknya. Harta yang dikeluarkan di jalan Allah akan mendatangkan keberkahan. Yakni menambah kebaikan dari harta itu dan berkembang menjadi banyak seperti dalam firman Allah Ta’ala:

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” (Qs Al-Baqarah 276).

Makna ayat “Allah menyuburkan sedekah” adalah memperbanyak dan mengembangkannya di dunia. Sedangkan di akhirat, Allah menjaganya semenjak dikeluarkan harta tersebut untuk infak. Penjagaan ini seperti seseorang menjaga benih yang ditanamnya dengan diperhatikan dan dipupuk sampai benih tersebut menjadi pohon yang besar. Atau seperti seseorang yang menjaga dan memelihara anak kuda yang masih kecil, ia beri makan dan ia rawat dengan baik sehingga menjadi kuda yang besar dan tangguh. Artinya pahala besar akan ia dapat walaupun melalui infak yang sedikit.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman:

أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya Aku berinfak kepadamu” (Muttafaq ‘Alaih).

Maknanya adalah Aku beri ganti yang lebih baik untukmu. Ini selaras dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ

Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya” (Qs Saba’ 39).

Hadits ini sangat agung. Ia mengandung perintah untuk bersedekah dalam kebaikan dan berinfak fi sabilillah. Lalu anjuran untuk bergembira dengan ganti dari kemurahan Allah Ta’ala. Bahwa sedekah dan infak termasuk sebab utama datangnya keberkahan dan dilipatgandakannya rezeki. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberi ganti dengan surga bagi siapa yang berinfak di jalan-Nya.


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *