Dakwah Kreatif Sebagai Pengajaran Akidah dalam Membentuk Karakter dan Menguatkan Iman Gen-Z

Oleh: Muhammad Yahya Karisma
Abstrak
Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam cara menyampaikan dakwah Islam. Generasi Z, yang tumbuh di era digital, memerlukan pendekatan dakwah yang kreatif dan sesuai dengan karakter mereka. Dakwah melalui media digital dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengajarkan akidah, membentuk karakter, dan memperkuat iman mereka. Dengan menyajikan nilai-nilai Islam dalam konten yang menarik dan interaktif, dakwah digital mampu menjembatani pesan keislaman dengan kebutuhan psikologis dan sosial generasi muda. Artikel ini akan membahas peran media sosial, tantangan yang dihadapi para dai di era digital, serta strategi penyampaian pesan yang relevan dan mudah dipahami oleh Generasi Z.
Kata kunci: Dakwah, Gen Z, media digital, Akidah, Karakter
Pendahuluan
Perkembangan teknologi digital telah memberikan dampak besar terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam aktivitas dakwah (A. M. Afrilia, 2018; C.-L. Chen et al., 2021). Kehadiran internet, media sosial, serta aplikasi berbasis mobile membuka peluang baru bagi para pendakwah untuk menjangkau khalayak yang lebih luas serta menyampaikan pesan keislaman dengan cara yang lebih efektif dan modern. Pemanfaatan platform digital sebagai sarana dakwah menjadi topik yang penting untuk ditelaah, terutama karena potensi besar serta tantangan kompleks yang muncul dalam proses penyebaran nilai-nilai Islam, khususnya kepada kalangan Generasi Z (Gen Z) (M. Djuned & Husna, 2022; Pujiono, 2021).
Generasi Z, yakni mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, merupakan kelompok yang tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital. Mereka memiliki karakteristik tersendiri dalam mengakses informasi, cenderung menyukai konten yang bersifat visual, interaktif, dan dapat diakses secara cepat melalui perangkat seluler. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para dai dalam menyampaikan pesan dakwah, karena Gen Z memiliki preferensi dan cara berpikir yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya (Alfaruqy, 2022). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemanfaatan media digital sebagai alat dakwah kepada Gen Z, dengan mengulas tren, strategi penyampaian pesan, serta hambatan yang dihadapi. Selain itu, penelitian ini juga berupaya memberikan saran konstruktif bagi para pendakwah dan institusi dakwah agar dapat memaksimalkan peran teknologi digital secara bijak dan efektif dalam menyampaikan nilai-nilai Islam kepada generasi ini.
Namun demikian, tidak semua pendakwah mampu mengikuti perkembangan teknologi secara optimal. Meski media digital menawarkan peluang luas dalam memperluas jangkauan dakwah, faktanya masih banyak dai yang belum memiliki kompetensi digital yang memadai. Kurangnya literasi digital dan pemahaman teknis dalam mengoperasikan platform digital menjadi tantangan besar dalam menyampaikan pesan dakwah yang sesuai dengan selera serta kebutuhan Gen Z. Sebagian pendakwah masih menggunakan metode tradisional yang kurang menarik bagi generasi muda, yang cenderung lebih tertarik pada pendekatan visual dan komunikatif. Fenomena ini mencerminkan adanya kesenjangan antara potensi media digital dan kemampuan para dai dalam menggunakannya secara optimal (D. Afrilia, 2018; H. Chen et al., 2021). Kurangnya adaptasi ini tidak hanya membatasi dampak positif dakwah, tetapi juga dapat menurunkan daya tarik pesan Islam di mata generasi digital.
Dalam konteks ini, kualitas dan penyajian konten dakwah menjadi aspek krusial yang perlu diperhatikan oleh para dai, khususnya dalam menarik minat generasi muda. Banyak pemuda muslim yang tampak kurang tertarik bahkan cenderung mengabaikan pesan-pesan keislaman, salah satunya disebabkan oleh penyampaian dakwah yang kurang menarik dan tidak sesuai dengan gaya komunikasi mereka. Hal ini berdampak pada menurunnya animo generasi muda dalam mengakses atau menyimak konten dakwah yang ada.
Oleh karena itu, dibutuhkan kehadiran dai yang tidak hanya mampu menyampaikan ajaran Islam secara benar, tetapi juga dengan pendekatan yang kreatif dan relevan, sehingga mampu membangkitkan ketertarikan serta kecintaan generasi muda terhadap dakwah. Dengan penyajian yang tepat, diharapkan pesan dakwah dapat diterima dengan baik dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka (library research). Penulis mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber tertulis, seperti buku, artikel ilmiah, dan dokumen digital yang berkaitan dengan dakwah digital, karakteristik Generasi Z, pendidikan akidah, serta pembentukan karakter. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami peran dakwah kreatif di era digital dalam menyampaikan ajaran Islam kepada generasi muda.
Data diperoleh dari literatur yang relevan, baik dari sumber cetak maupun daring, yang mendukung pembahasan tentang strategi dakwah yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan gaya komunikasi Gen-Z. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan menelaah hubungan antara teori dakwah dan praktik yang sesuai dengan kebutuhan generasi digital saat ini.
Pembahasan
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat telah membawa perubahan besar di berbagai bidang, termasuk di dunia pendidikan. Era digital merupakan masa di mana banyak hal bisa dilakukan dengan mudah berkat bantuan teknologi berbasis internet. Beragam informasi kini bisa diakses dengan cepat dan praktis hanya dengan mencarinya di situs-situs online (Sanusi, 2018).
Ada banyak keuntungan dari teknologi digital di zaman sekarang. Teknologi ini mempermudah pekerjaan, mempercepat proses, lebih efektif dan efisien, serta memudahkan pengiriman data dan informasi ke perangkat elektronik. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan teknologi digital menjadi kebutuhan penting. Tidak hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak dan remaja sudah terbiasa menggunakan teknologi ini. Kini, teknologi digital bukan lagi hal yang asing—sebagian besar masyarakat telah memanfaatkannya dalam berbagai aktivitas. Di abad ke-21 ini, penggunaan teknologi digital telah menjadi bagian dari gaya hidup modern.
Seringnya penggunaan internet bisa menimbulkan kekhawatiran, terutama jika digunakan untuk mengakses konten yang negatif atau terlibat dalam tindakan kejahatan online (cyber crime).Situasi seperti ini tentu bisa berdampak buruk pada dunia pendidikan. Karena banyaknya pengaruh negatif tersebut, penting bagi sekolah dan orang tua untuk memberikan pengawasan serta membekali siswa dengan pengetahuan yang cukup agar mereka bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan begitu, dampak negatif dari internet bisa dikurangi.Beberapa contoh dampak buruk yang mungkin terjadi antara lain kecanduan internet, penyalahgunaan teknologi, hingga keterlibatan dalam kejahatan digital. Semua ini bisa dicegah melalui pendidikan akidah dan akhlak yang kuat, karena pendidikan ini membantu membentuk karakter dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam (Jamun, 2018).
Saat ini, Generasi Z atau Gen-Z adalah kelompok anak muda yang jumlahnya sangat besar di dunia. Mereka dikenal sebagai generasi yang sejak kecil sudah akrab dengan teknologi dan media sosial. Karena itu, dakwah Islam punya peluang besar untuk menjangkau Gen-Z dengan cara yang lebih mudah dan luas agar dakwah bisa diterima dengan baik oleh mereka, penting untuk memahami bagaimana Gen-Z mencari dan menerima informasi. Selain itu, kita juga perlu tahu apa saja nilai dan isu yang mereka pedulikan. Dengan begitu, dakwah bisa disampaikan dengan cara yang lebih menarik dan sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Media sosial punya kekuatan besar untuk menyebarkan pesan ke seluruh dunia. Melalui platform seperti Instagram, TikTok, atau YouTube, dakwah Islam bisa menjangkau anak-anak muda dari berbagai negara, budaya, dan latar belakang. Hanya dengan satu postingan atau video, pesan tentang Islam bisa ditonton oleh jutaan orang di berbagai belahan dunia. Ini membuat dakwah bisa melampaui batas-batas negara dan menyentuh hati Gen-Z di mana pun mereka berada. Selain menyebarkan pesan Islam, ini juga membantu membangun pemahaman antar budaya.
Selain itu, teknologi digital memungkinkan komunikasi dua arah antara dai dan para penontonnya. Gen-Z tidak hanya menjadi pendengar, tapi juga bisa bertanya, berdiskusi, dan memberikan tanggapan secara langsung. Lewat fitur seperti kolom komentar, siaran langsung (live), dan forum online, mereka bisa berinteraksi dengan para dai dan mendapatkan penjelasan lebih dalam tentang ajaran Islam. Cara ini membuat dakwah terasa lebih hidup, menyenangkan, dan lebih mudah dipahami oleh anak muda zaman sekarang.
Dakwah kini menjadi lebih mudah dan hemat biaya berkat bantuan internet. Para dai tidak perlu lagi datang ke tempat tertentu atau mengumpulkan banyak orang secara langsung. Cukup dengan menggunakan media online, pesan dakwah bisa sampai ke banyak orang. Namun, cara ini menuntut para dai untuk lebih kreatif dan inovatif dalam membuat konten dakwah agar tetap menarik dan mudah dipahami.
Selain itu, dai juga perlu menguasai teknologi, khususnya media sosial, agar pesan yang disampaikan benar-benar sampai ke sasaran. Gen-Z,yang sehari-harinya sangat akrab dengan internet dan media sosial, bisa dengan mudah menemukan konten-konten keislaman sesuai yang mereka cari. Semakin menarik dan kreatif isi dakwah yang disampaikan, maka akan semakin besar kemungkinan konten tersebut diminati, terutama oleh Gen-Z.
Generasi ini cenderung lebih suka menghabiskan waktu di dunia maya dibandingkan bermain di luar rumah. Mereka lebih sering berselancar di internet untuk mencari hiburan maupun informasi, sehingga dakwah digital yang dikemas dengan menarik akan lebih efektif dalam menjangkau mereka (Qurniawati & Nurohman, 2018).
Dakwah punya peran besar dalam mempererat hubungan antar sesama Muslim. Lewat kegiatan dakwah, umat Islam bisa saling mengenal, berbagi cerita, dan memperkuat rasa persaudaraan (ukhuwah Islamiyah). Jadi, dakwah bukan hanya sekadar menyampaikan ajaran agama, tapi juga menjadi sarana untuk membangun solidaritas di tengah masyarakat Muslim. Ketika persaudaraan ini kuat, umat akan lebih mudah bersatu menghadapi berbagai persoalan bersama.
Selain itu, dakwah juga bermanfaat dalam menambah ilmu agama, baik untuk orang yang berdakwah maupun yang mendengarkannya. Kegiatan ini bisa membantu semua pihak memahami ajaran Islam secara lebih baik, dan bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekal ilmu agama yang cukup, umat Islam akan lebih siap menghadapi tantangan zaman dan bisa menjawab berbagai pertanyaan atau keraguan seputar keyakinan mereka.
Di Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim dan memiliki banyak suku serta budaya, dakwah juga penting untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menjaga kerukunan. Dakwah bisa memperkuat semangat kebangsaan dan mendorong masyarakat untuk hidup rukun meski berbeda-beda. Jika dakwah disampaikan dengan cara yang santun dan penuh toleransi, maka masyarakat bisa hidup dalam suasana damai dan saling menghargai antar sesama.
Tak kalah penting, dakwah juga berperan dalam membentuk moral dan etika anak muda. Di era digital ini, tantangan terhadap akhlak semakin besar karena banyaknya pengaruh negatif dari luar. Maka dari itu, dakwah bisa menjadi sarana yang efektif untuk membantu generasi muda membangun kepribadian yang baik sesuai ajaran Islam. Jika dilakukan dengan cara yang kreatif dan sesuai zaman, dakwah bisa memberikan motivasi bagi anak muda untuk menjalani hidup yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai Islam.
Kesimpulan
Perkembangan teknologi digital telah membuka peluang baru dalam dunia dakwah, terutama dalam menyampaikan ajaran Islam kepada Generasi Z yang sangat akrab dengan media digital. Dakwah kreatif melalui platform digital seperti media sosial terbukti mampu menjembatani pesan-pesan keislaman dengan cara yang lebih menarik, interaktif, dan relevan bagi gaya hidup Gen-Z. Melalui pendekatan yang visual, komunikatif, dan dialogis, dakwah tidak hanya menjadi sarana penyebaran ajaran, tetapi juga berperan penting dalam membentuk karakter, memperkuat akidah, serta menanamkan nilai-nilai moral dan kebangsaan. Namun, tantangan juga hadir dalam bentuk rendahnya literasi digital sebagian dai, kurangnya penguasaan terhadap media digital, serta penyajian konten dakwah yang belum sesuai dengan kebutuhan dan gaya komunikasi Gen-Z. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan dai untuk beradaptasi dan mengembangkan strategi dakwah yang kreatif, inovatif, dan berbasis teknologi agar pesan Islam dapat disampaikan secara efektif kepada generasi muda masa kini. Dakwah digital bukan hanya alat komunikasi keagamaan, tetapi juga jembatan untuk mempererat ukhuwah Islamiyah, memperkaya ilmu agama, dan memperkuat identitas keislaman generasi masa depan.
Daftar Pustaka
Az-z, Jenny, Abdur Razzaq, and Muhamad Yudistira Nugraha. “Menyebarkan Nilai Islam Di Kalangan Gen-Z ( Studi Kasus Strategi Komunikasi Dakwah Digital Pada Akun Tiktok Kadam Sidik )” 2, no. 3 (2025): 421–33. https://doi.org/10.62387/naafijurnalilmiahmahasiswa.v2i3.175.
Harahap, Siti Rahma. “Eksistensi Nilai-Nilai Dakwah Di Kalangan Generasi Z.” Jurnal MD: Jurnal Manajemen Dakwah 8, no. 1 (2022): 79–99.
Info, Article. “Dakwah Islam Bagi Gen-Z : Peluang , Tantangan , Dan Strategi Islamic Preaching for Gen-Z : Opportunities , Challenges , and Strategies” 1, no. 1 (2024): 17–38.
Kusumawati, Silviana Putri. “Pendidikan Aqidah-Akhlak Di Era Digital.” EDUSOSHUM: Journal of Islamic Education and Social Humanities 1, no. 3 (2021): 130–38. https://doi.org/10.52366/edusoshum.v1i3.16.
Noviana Aini. “Pemanfaatan Media Dakwah Platform Digital Di Era Generasi Z.” CBJIS: Cross-Border Journal of Islamic Studies 5, no. 2 (2023): 109–16. https://doi.org/10.37567/cbjis.v5i2.3184.
Weny Maulida Nabila, Silmi Fadhilatunnisa, Muhammad Irgi Alamsyah, and Meity Suryandari. “Pengaruh Konten Dakwah Terhadap Gen Z Dan Milenial (Generasi Muda).” ALADALAH: Jurnal Politik, Sosial, Hukum Dan Humaniora 1, no. 1 (2023): 09–21. https://doi.org/10.59246/aladalah.v1i1.145.
0 Comments