BERDAYAKAN SANTRI MELALUI LABORATORIUM KEWIRAUSAHAAN
Oleh: Mohamad Bastomi
Berbagai perguruan tinggi yang ada di Kota Malang menjadi daya tarik para pelajar merantau di kota ini untuk melanjutkan kuliah. Mahasiswa pun berasal dari berbagai daerah, bahkan tidak sedikit dari luar negeri. Selain terdapat perguruan tinggi, Kota Malang juga terdapat beberapa pondok pesantren yang menjadi rujukan dalam pembelajaran keagamaan. Sehingga terdapat mahasiswa dari perguruan tinggi yang juga merangkap sebagai santri dari pondok pesantren. Pondok pesantren pun juga terdiri dari berbagai jenis bidang keilmuan, seperti pendalaman kitab kuning, tahfidzul qur’an, bahasa, dan lain sebagainya.
Pondok Pesantren Anwarul Huda merupakan salah satu lembaga yang telah berdiri sejak tahun 1997. Banyak mahasiswa yang nyantri di sana karena letaknya yang strategis dan dekat dengan berbagai kampus di Kota Malang. Selain memiliki akses yang mudah ke berbagai kampus, pesantren ini juga terkenal akan kebersihan dan kerapiannya yang membuat para santri nyaman dalam belajar. Pesantren ini berhaluan ahlussunnah wal jamaah annahdliyah yang diasuh langsung oleh KH. M. Baidowi Muslich yang menjabat sebagai Ketua Umum MUI Kota Malang. Pesantren ini berfokus kepada pendalaman pada kitab kuning dengan menggunakan metode salafi (kuno). Berbagai cabang keilmuan diajarkan berbasis kitab kuning, seperti fikih, nahwu, sorof, hisab, akidah, tafsir, hadits, balaghah, dan banyak lainnya.
Pondok Pesantren Anwarul Huda tercatat sebagai salah satu lembaga yang terdaftar di bawah naungan Kementerian Agama. Beberapa alumni pun mendapatkan beasiswa pendidikan di berbagai kampus negeri dan swasta melalui jalur pesantren dan lulusan madrasah diniyah. Meskipun menerapkan sistem salafiyah, akan tetapi berkomitmen untuk membekali santrinya untuk bisa produktif dalam memanfaatkan waktunya tidak hanya berfokus pada pendalaman keilmuan agama, melainkan dengan memperkenalkan dunia usaha kepada para santri. Oleh karena itu, Pondok Pesantren Anwarul Huda membuat unit-unit bisnis yang bertujuan untuk tempat pelatihan berwirausaha.
Para santri tidak hanya mendalami ilmu agama saja, melainkan juga diberikan banyak kegiatan yang bersifat pengembangan diri seperti halnya pengenalan dalam berwirausaha. KH. M. Baidowi Muslich selaku Pengasuh Pondok berkeinginan bahwa para santri nantinya dapat mandiri secara ekonomi ketika kembali ke masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan membekali berbagai program pengembangan soft skill kepada santri, terkhusus pada bidang wirausaha, maka besar kemungkinan para santri selain akan menjadi pendakwah juga akan menjadi pelaku bisnis baru. Dengan menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi, beberapa kegiatan telah berhasil dilaksanakan seperti pelatihan pembuatan tempe, pelatihan sablon dengan digital printing, pelatihan pembuatan sabun, pelatihan digital marketing, pelatihan investasi pasar modal syariah, pelatihan pembuatan keripik, percetakan & penerbitan buku, multimedia, dan banyak lainnya.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan yang telah dilakukan, Pesantren Anwarul huda berhasil membentuk unit bisnis sebagai inkubasi bisnis santri. Unit bisnis atau sering disebut dengan laboratorium bisnis santri berfungsi sebagai wadah latihan. PP Anwarul Huda telah memiliki empat unit bisnis yang berbeda bidang usaha, yaitu bisnis air minum dalam kemasan (AMDK), bisnis sablon, bisnis tempe, serta bisnis keripik. Unit bisnis yang ada semuanya dikelola langsung oleh para santri mulai dari proses produksi sampai penjualan di bawah naungan CV. Cahaya Iman yang dimiliki oleh pesantren. Para santri diberikan kebebasan untuk memilih unit bisnis yang diikuti, bahkan diperbolehkan mengikuti lebih dari 1 unit bisnis untuk diikuti pelatihannya.
Unit bisnis pertama, berupa bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) mempunyai merek Al Manna. Al Manna memiliki beberapa produk kemasan, yaitu kemasan gelas 120 ml, kemasan 220 ml, botol 250 ml, botol 600 ml, botol 1500 ml, galon 19 liter. Air minum Al Manna sangat menyegarkan dan sehat dikonsumsi karena mengandung RO Bio Al Kali. Selain produksi, para santri terjun langsung dalam melayani penjualan dan pengantaran.
Unit bisnis kedua, berupa bisnis makanan berupa tempe kedelai kacang yang terdaftar dengan merek Lay Cang. Lay Cang telah mendapatkan nomor PIRT serta masuk dalam OPOP Jawa Timur. Lay Cang sendiri memiliki 2 macam produksi, yang berupa produk mentah seperti tempe pada umumnya dan produk olahan berupa keripik. Lay Cang memiliki cita rasa khas makanan malang yang aman dikonsumsi karena berbahan dasar kacang merah dan kedelai asli tanpa bahan campuran dan pengawet. Produk olahan keripik pun dibuat beraneka rasa, seperti balado, barbeque, keju dan original. Penjualan keripik Lay Cang telah menembus offline dan online, dapat ditemui juga di gerai Malang Strudle.
Unit bisnis ketiga, berupa bisnis merchandise / aksesoris yang berlabel asyuro produk. Asyuro produk melayani pembuatan beberapa merchandise dalam bentuk MUG custom, totebag, sablon kaos digital dan manual, gantungan kunci, dan lainnya. Dengan memberikan harga murah tapi produk berkualitas mampu menarik minat konsumen. Dalam pengembangannya, asyuro produk melakukan pengembangan produk untuk membuat sabun cuci tangan.
Dan satu lagi unit bisnis terbaru, yaitu aquaponik. Sistem Bertani modern dengan menerapkan metode hidroponik dan panel surya. Semua bahan yang digunakan pun organik, tanpa menggunakan bahan kimia. Nutrisi tanaman didapatkan dari kotoran ikan. Sementara, penyemaian bibit masih dilakukan bertahap, seperti tanaman kangkung, sawi, dan bayam merah. Selain dari beberapa unit kewirausahaan yang telah terbentuk, pesantren juga aktif memberikan pelatihan. Beberapa kegiatan yang telah sukses terlaksana yaitu pelatihan investasi di pasar modal Syariah, pengelolaan toko online dengan sistem dropshipper, digital marketing dan branding, serta banyak lainnya.
Dengan memberikan berbagai kegiatan pengembangan diri dalam bidang wirausaha maka besar harapan bahwa kelak santri akan mandiri dai segi ekonomi. Berbagai program tentunya dapat disiapkan dengan melakukan Kerja sama dengan berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah, tidak lain juga dengan unit LPPM dari beberapa kampus di Kota Malang. Pesantren sebagai inkubator bisnis memiliki peran dalam membentuk santripreneur yang siap menjawab masalah sosial dengan membuat lapangan kerja baru dari usaha/bisnis yang dijalankan santri. Santri tidak lagi terbatas hanya sebagai pendakwah saja, melainkan juga bisa masuk dalam dunia bisnis. Tentunya selain menerapkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh di pesatren, santri pastinya menjalankan bisnis sesuai dengan ketentuan syariat Islam dengan menjaga kehati-hatian agar rezeki yang diperoleh tetap halal.
0 Comments