MENGAJARKAN AKIDAH KEPADA GEN Z: TANTANGAN DAN UPAYA MENINGKATKAN IMAN DI ERA MODERN

Oleh: Alisha A. Laawa
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstrak
Di tengah derasnya arus digital dan tekanan kehidupan modern, generasi Z menghadapi berbagai tantangan dalam memahami dan mengamalkan akidah secara mendalam. Jadwal yang padat akademik, pengaruh media sosial, serta kecenderungan memperoleh pengetahuan agama dari sumber yang tidak selalu kredibel, menjadi hambatan tersendiri. Untuk itu diperlukan pendekatan pembelajaran akidah yang relevan, interaktif, dan kontekstual, agar nilai-nilai Islam dapat lebih mudah diterima dan diinternalisasi. Pemanfaatan teknologi secara bijak, penyusunan kurikulum yang membahas isu-isu kekinian, serta pembentukan komunitas keagamaan yang mendukung menjadi strategi penting dalam meningkatkan iman dan membangun karakter Gen Z. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan fondasi spiritual dan moral mereka dapat terbentuk dengan kuat di tengah dinamika zaman.
Kata kunci: Tantangan Pembelajaran, Pembentukan Karakter, Akidah Generasi Z
PENDAHULUAN
Generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya di era modern yang serba digital ini. Mereka yang lahir antara pertengahan tahun 1990-an dan awal 2010-an memiliki keahlian di bidang teknologi, kemampuan berpikir kritis , dan keterbukaan yang luar biasa terhadap berbagai ide dan informasi yang berasal dari seluruh dunia. Namun, di balik kemudahan mendapatkan informasi, muncul tantangan baru dalam mengembangkan dan menjaga keyakinan keagamaan, terutama dalam hal akidah.
Akidah, sebagai dasar keimanan Islam, bukan sekedar pengetahuan kognitif, tetapi juga keyakinan yang tertanam dalam jiwa dan ditunjukkan dalam tindakan sehari-hari. Sebab Gen Z bukan hanya mencari kebenaran, tetapi juga membutuhkan alasan yang menyentuh hati dan logistik untuk menerima dan memegang iman tersebut, mengajarkannya membutuhkan pendekatan yang relevan, komunikatif, dan penuh empati.
Di antara masalah yang dihadapi Gen Z dalam mengajarkan akidah adalah pengaruh media sosial, krisis identitas, dan relativisme kebenaran. Di sisi lain, akan dibahas berbagai cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan iman mereka, seperti keluarga, sekolah, dan pemanfaatan teknologi yang bijak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tantangan dalam Mengajarkan Akidah kepada Generasi Z
Generasi Z lahir dan tumbuh di era digital yang penuh dengan arus informasi yang sangat cepat dan beragam, termasuk konten-konten yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Hal ini menimbulkan tantangan besar dalam mengajarkan akidah secara efektif. Akidah tidak hanya berfungsi sebagai pengetahuan teoritis, tetapi juga sebagai fondasi moral dan spiritual yang membentuk karakter dan ketahanan mental Generasi Z saat menghadapi tekanan sosial dan budaya kontemporer.
1. Tingginya Paparan Informasi Digital
Generasi Z akrab dengan internet dan media sosial, dan lebih banyak mendapatkan informasi melalui platform seperti YouTube, TikTok, atau Instagram. Hal ini membuat mereka rentan terhadap konten yang tidak dapat dipercaya, termasuk yang berkaitan dengan agama. Jika tidak didukung dengan benar, informasi yang mengelilinginya dapat menyebabkan pemahaman yang salah tentang akidah.
2. Gaya Pikir Kritis dan Skeptis
Generasi Z, berbeda dengan generasi sebelumnya, cenderung mendesak dan menuntut penjelasan yang rasional. Mereka tidak mudah menerima ajaran hanya karena “dia” atau “sudah dari dulu begitu”. Hal ini merupakan tantangan sekaligus kesempatan bagi para pendidik untuk menyampaikan akidah melalui pendekatan argumentatif dan rasional daripada dogmatis.
3. Perhatian yang Terbatas dan Bergeser Cepat
Generasi Z memiliki rentang perhatian yang pendek karena mereka terbiasa dengan konten digital yang serba cepat dan singkat. Mereka tidak bisa belajar dengan cara tradisional, seperti ceramah panjang. Metode yang menarik seperti video interaktif, infografis, atau gamifikasi harus digunakan untuk melengkapi materi yang mendalam dan konseptual.
4. Pencarian Jati Diri dan Pengaruh Lingkungan
Generasi Z sedang dalam fase pencarian identitas saat mereka remaja dan dewasa awal. Mereka mudah dipengaruhi oleh teman sebaya, media, dan budaya populer. Jika mereka tidak memiliki pemahaman akidah yang kuat, nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam dapat dengan mudah masuk dan mempengaruhi iman mereka.
5. Keterbukaan terhadap Pluralitas dan Relativisme
Mereka adalah generasi yang sangat toleran terhadap keberagaman dan perbedaan. Terlepas dari kenyataan bahwa ini adalah nilai yang baik, mereka sering disalahpahami menjadi sikap relativisme, yang berarti bahwa semua agama sama dan tidak ada kebenaran yang mutlak. Hal ini dapat membuat pemahaman kita tentang tauhid, yang merupakan inti dari iman Islam, menjadi tidak jelas.
Peran Pendidikan Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter
Pendidikan akidah akhlak tidak hanya memberikan pengetahuan; itu juga mengajarkan nilai-nilai yang membentuk karakter dan kebiasaan. Akidah Islam memberikan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, empati, dan disiplin yang menjadi dasar pengambilan keputusan dan perilaku sehari-hari generasi muda. Generasi Z akan tumbuh menjadi orang yang kuat secara spiritual dan tahan terhadap godaan negatif zaman jika nilai-nilai ini ditanamkan sejak dini. Selain itu, pendidikan akidah memiliki potensi untuk memperkuat identitas keislaman Generasi Z di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang cenderung menghancurkan nilai-nilai tradisional. Dalam situasi seperti ini, kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sangatlah penting. Keluarga adalah institusi pertama yang menerapkan prinsip-prinsip tauhid dan akhlak mulia. Sekolah melanjutkan proses ini dengan cara yang menyenangkan dan kontekstual. Meskipun demikian, komunitas harus membangun ekosistem sosial yang mendukung internalisasi nilai-nilai tersebut melalui contoh dan penguatan komunitas yang baik.
Strategi dan Metode Pembelajaran Akidah yang Efektif
Guru yang mahir dalam teknologi dapat menggunakan media digital untuk membuat pelajaran lebih menarik dan terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Namun masalah infrastruktur dan adaptasi metode pembelajaran kontekstual masih menjadi tantangan yang perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa semua siswa menerima pendidikan akidah yang sama. Untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam memahami akhlak dan akidah, pendekatan pembelajaran yang inovatif dan interaktif sangat penting. Selain itu, sangat penting untuk membuat konten moral yang relevan dengan tuntutan dan masalah moral Generasi Z. Materi yang dibuat harus menarik dan berguna sambil mengakomodasi masalah modern seperti perundungan bold, media sosial yang dilindungi , dan krisis identitas. Studi kasus nyata, proyek sosial, dan simulasi yang melibatkan pemikiran kritis dan empati dapat digunakan untuk mencapai ini.
Pendekatan pembelajaran yang kreatif dan interaktif sangat penting untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa. Pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis komunitas, flipped class, dan mentoring rohani adalah beberapa metode yang dapat meningkatkan partisipasi dan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai akidah. Guru yang memiliki moral yang baik dan sangat melindungi terhadap ajaran Islam akan menjadi teladan nyata bagi siswa mereka. Untuk Generasi Z, suasana belajar yang inspiratif dan bermakna akan tercipta dengan menggabungkan kepribadian guru, pendekatan pedagogis yang kontekstual, dan pemanfaatan teknologi.
Pemanfaatan Media Sosial sebagai Sarana Dakwah dan Pendidikan
Namun, masalah terbesar dalam memanfaatkan media sosial adalah banyaknya konten negatif dan menyebarkan serta tingkat literasi digital yang rendah di kalangan remaja. Media sosial dapat menyebabkan kehancuran moral jika tidak ditayangkan. Oleh karena itu, orang tua, guru, dan tokoh agama harus terlibat secara aktif dalam memberikan bimbingan dan mendorong penggunaan media sosial yang positif. Selain itu, generasi Z membutuhkan pelatihan literasi digital dan keagamaan agar mereka dapat memilah informasi, menemukan konten yang valid, dan menjadi pencipta konten positif. Salah satu strategi yang berhasil adalah bekerja sama dengan pencipta konten muslim yang memahami perasaan dan kebutuhan generasi muda. Meskipun dakwah tidak selalu harus kaku dan formal, ia dapat disampaikan melalui komedi, cerita, musik islami, bahkan video blog harian yang menunjukkan bagaimana akidah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Media sosial dapat berfungsi sebagai media untuk menyebarkan prinsip Islam dengan cara yang menyenangkan namun juga mendalam secara spiritual.
Implikasi untuk Masa Depan Pendidikan Akidah
Pendidikan akidah di masa depan harus dikembangkan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan semua aspek: spiritual, emosi, sosial, dan budaya. Keluarga, sekolah, dan masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan iman (iman) dan akhlak (pengasuhan). Untuk menciptakan lingkungan pendidikan akidah yang berkelanjutan, peran orang tua sebagai pendidik utama, guru sebagai penganjur nilai, dan masyarakat sebagai tempat aktualisasi harus saling berhubungan. Lebih dari itu, pendidikan akidah yang ideal harus mampu menangani tantangan masa depan dan menanamkan Pancasila sebagai dasar kebangsaan. Agar bangsa menjadi religius dan nasionalis, prinsip-prinsip seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan harus disesuaikan dengan iman. Metode ini sangat penting untuk menjamin bahwa generasi berikutnya tidak hanya memiliki kekuatan spiritual, tetapi juga memiliki kejujuran, kepedulian sosial, dan semangat persahabatan yang kuat.
KESIMPULAN
Di tengah era digital, gaya berpikir kritis, dan arus informasi yang deras, pendidikan akidah Generasi Z menghadapi tantangan yang signifikan. Namun, hal ini sekaligus membuka jalan untuk metode pembelajaran yang lebih kontekstual, kreatif, dan relevan. Keluarga, sekolah, dan masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan iman generasi muda melalui pendidikan akidah yang menyeluruh. Dakwah harus diimbangi dengan literasi digital dan pengawasan yang bijak. Pendidikan akidah dapat menjadi landasan kuat bagi Generasi Z dalam menghadapi tantangan zaman sekaligus memperkuat identitas keislaman mereka jika dilakukan dengan cara yang tepat dan kerja sama.
Daftar Referensi
Al-Wijdán (2024). Peran Pendidikan Iman dan Moral pada Generasi Z dan Generasi Alpha .
Mulyadi, M., AlHadjrath, ER, Hutami, PW, & P, MA (2023). Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Generasi Z . Jurnal Pendidikan Tambusai.
Hasanah, N. (2023). Pengembangan Materi Akhlak untuk Generasi Z .
Somad, MA (2021). Pengaruh Media Sosial terhadap Akidah Generasi Z Muslim di Kota Surabaya .
Al-Wijdān, F. (2024). Peran Pendidikan Akidah dalam Membangun Generasi Islami . Jakarta: Pustaka Hikmah.
Hasanah, L. (2023). Strategi Pengembangan Materi Akhlak untuk Generasi Z: Pendekatan Kontekstual dan Digital . Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 9(2), 87–100.
Fadilah ,& Rahmawati , I.Mulyadi, R., Fadilah, S., & Rahmawati, I. (2023). Pendidikan Agama Islam sebagai Pembentuk Karakter Generasi Z . Jurnal Pendidikan Islam dan Sosial, 8(3), 112–124.
Somad, A. (2021). Media Sosial sebagai Sarana Dakwah Modern . Bandung : As-Sunnah Press.
0 Comments