Metode Pengajaran Akidah di Era Sosial Media: Meningkatkan Keimanan Generasi Z

Ardila Nur Amorita Azzah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstrak
Media Perkembangan pesat media sosial dalam kehidupan modern telah membawa dampak besar terhadap cara berpikir dan bertindak Generasi Z, termasuk dalam hal keagamaan. Generasi ini dikenal dengan karakteristiknya yang kritis, cepat tanggap terhadap informasi, serta lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat visual dan instan. Dalam konteks ini, pengajaran akidah sebagai fondasi utama dalam Islam perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan cara belajar generasi ini agar nilai-nilai keimanan dapat dipahami dan dihayati dengan lebih baik. Penggunaan media sosial sebagai medium dakwah dan edukasi keagamaan memberikan peluang besar untuk menjangkau Generasi Z secara lebih luas dan efektif. Konten-konten edukatif yang dikemas dalam bentuk video singkat, ilustrasi menarik, kutipan reflektif, dan interaksi digital mampu membangkitkan minat serta memperkuat pemahaman mereka terhadap konsep-konsep akidah. Di sisi lain, media sosial juga membawa tantangan tersendiri, seperti penyebaran informasi yang salah atau dangkalnya pemahaman akibat paparan konten yang instan. Oleh karena itu, pengajar dan pendidik Islam dituntut untuk lebih kreatif, adaptif, dan kontekstual dalam menyampaikan materi akidah.
Kata Kunci: Akidah, Media sosial, Generasi Z
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi digital dan media sosial telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan agama. Generasi Z yang merupakan generasi yang lahir dan tumbuh di era digital, sangat akrab dengan platform media ssosial seperti Instagram, Tiktok, YouTube, dan WhatsApp. Kehadiran media sosial ini tidak hanya mengubah cara mereka berkomunikasi dan bersosiolisasi, tetapi juga mempengaruhi pola belajar dan cara mereka menerima informasi, termasuk dalam pembelajaran akidah sebagai dasar keimanan dalam islam.
Media sosial menawarkan berbagai peluang dalam proses pembelajaran akidah. Melalui konten yang menarin, interaktif, dan mudah diakses, media sosial bisa menjadi sarana efektif untuk menyampaikan nilai nilai akidah kepada generasi muda. Misalnya, penggunaan video pendek di tiktok atau konten edukatif di YouTube mampu meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap materi akidah. Dengam metode pembelajaran yang yang lebih kreatif dan sesuai dengan karakteristik generasi digital, diharapkan keimanan mereka dapat tumbuh secara optimal.
Namun, di sisi lain media sosial juga menghadirkan tantangan tersendiri. Informasi yang beredar tidak selalu positif dan sesuai dengan nilai nilai agama, sehingga generasi Z rentan terpapar konten yang dapat melemahkan keimanan dan moral mereka. Oleh karna itu, pengajaran akidah di era media sosial harus dirancang secara strategis agar mampu membentengi generasi muda dari pengaruh negative sekaligus memanfaatkan media sosial sebagai alat dakwah yang efektif.
Selain itu pandemi COVID-19 telah membawa tranformasi pembelajaran dari tatap muka menjadi pembelajaran daring yang sangat bergantung pada teknologi digital dan media sosial. Hal ini menuntuk pendidik untuk untuk mengembangkan metode pengajaran akidah yang adaptif dan inovatif agar proses pembelajaran tetap berjalan dengan efektif dan bermakna kolaborasi antara guru, orang tua, dan lembaga pendidikan menjadi sangat penting untuk memastikan pendidikan akidah dapat menjawab tantangan zaman dan meningkatkan keimanan generasi Z secara menyeluruh.
METODE PENELITIAN
Penelitian berbentuk studi pustaka (library research) sebagai langkah pemecahan suatu permasalahan dengan penelaahan secara teliti dan intens terhadap data-data pustaka yang relevan.Sumber data pustaka yang dimaksud ialah buku, artikel ilmiah, dan jurnal. Dengan sumber kepustakaan, meghasilkan data yang menjadi pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian. Pendekatan deskriptif kualitatif dimana pemanfaatan data diambil secara kualitatif dan dijabarkan atau dijelaskan secara deskriptif. Pengolahan data untuk menghasilkan informasi didapat melalui beberapa proses diantaranya proses mencari data, proses mengumpulkan data, proses mengolah/menganalisis data, dan proses menyimpulkan data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidikan Akidah Akhlak
Pendidikan akidah akhlak berfokus pada ajaran Islam sebagai dasar untuk mempelajari etika dan moralitas. Aqidah adalah keyakinan dan keimanan. Aqidah berasal dari kata “aqd”, yang berarti “pengikatan”. sebuah pengikat yang melekat pada seseorang yang sulit untuk dilepaskan. Seseorang memiliki aqidah yang dipegang teguh dan diyakini. Orang yang berakidah adalah orang yang memiliki prinsip moral. Aqidah sulit untuk diubah karena timbul secara alami dari keinginan pribadi tanpa tekanan dari orang lain atau pihak mana pun, sehingga harus dibenarkan untuk menjadi agama. Aqidah keyakinan seseorang menghilangkan keraguan dan berfungsi sebagai sandaran dalam hidup mereka, yang pada gilirannya akan menumbuhkan akhlak yang mulia pada diri mereka sendiri di masa depan. Akidah yang kuat akan berpengaruh pada bagaimana seseorang menjalani kehidupannya karena berdampak pada semua yang mereka lalui. Adanya pendidikan memungkinkan pemahaman dan pendidikan lebih lanjut tentang prinsip-prinsip ini. Akidah diajarkan dalam pendidikan.
dan memperkuat iman kita.
Akhlak adalah bagaimana seseorang berperilaku. Kata akhlaq atau khuluq berarti budi pekerti, perangai, atau tabiat. Ibrahim Anis, menurut Mujam al-Wasith, menggambarkan akhlak sebagai sifat yang ada di dalam diri seseorang dan menjadi sumber dari tindakan mereka, baik itu baik atau buruk. Akhlak adalah sifat manusia yang terdidik. Pendidikan Islam sangat penting untuk membangun akhlak mulia, yang menunjukkan betapa pentingnya pendidikan Islam untuk mewujudkan akhlak mulia. [1]
Pendidikan moral sangat penting karena berdampak pada perilaku anak dan remaja secara keseluruhan. Ini disebabkan oleh fakta bahwa pendidikan ini mengajarkan anak-anak dan remaja untuk mencapai kebahagiaan duniawi dan akhirat. Dengan mengajarkan aqidah akhlak, anak-anak dan remaja dibimbing untuk mencapai keseimbangan antara kemajuan fisik dan rohani, serta hubungan manusia dengan Tuhan. upaya untuk menumbuhkan murid-murid yang berakhlakul karimah. Pertama, untuk mencapai tujuan ini, guru harus memberi siswa mereka pemahaman yang mendalam tentang moralitas, contoh, dan strategi untuk mencegah anak-anak terjebak dalam kesenangan; meningkatkan hubungan pendidik-siswa; menanamkan moralitas dalam berbagai cara yang sesuai dengan situasi siswa; dan membangun dan mengontrol lingkungan siswa. [2]
Media Sosial Menurut Prespektif Islam
Media sosial membantu manusia memainkan realitas mereka dalam hal yang tidak nyata. Tidak diragukan lagi, masyarakat umum tertarik dengan kebebasan ekspresi yang diberikan oleh sosial media. Kebebasan ini dapat mencakup berbicara, mendapatkan informasi, atau menggunakan media sosial. Mengontrol aktivitas Anda di semua jejaring media sosial akan membantu Anda menghindari hasil yang tidak diinginkan dari penggunaan media sosial ini.
Islam memiliki batasan untuk bagaimana para penganutnya menggunakan media sosial. Agama ini mendorong mereka untuk selalu mengutamakan kebajikan di setiap aspek kehidupan mereka. Islam tidak memperhatikan kemajuan teknologi. Islam mendukung dengan mempertahankan etika yang mengarahkan moral dan akhlak ke arah yang benar.
Konsep dari media sosial di dalam Al-Qur’an sebenarnya telah menjadi korelasi dari zaman dahulu akan tetapi dirombak menjadi lebih canggih. Pada dasarnya media sosial merupakan salah satu bentuk dari media komunikasi yang di dalamnya memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk menyebarkan informasi secara bebas dan meluas, sehingga dalam hal ini banyak orang tidak menggunakan ketidak bijakannya dalam menggunakan media sosial. Bahkan dalam penggunaannya telah dijelaskan didalam Al-Qur’an telah diatur mengenai akhlak yang harus dibentuk dalam penggunaan media sosial tersebutdimana hal tersebut diatur dalam Al-Qur’an.
Allah berfirman: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar” (Q.S Al-Azhab:70). Ayat tersebut merupakan perintah dari Allah SWT yang ditujukan kepada orang yang beriman untuk senantiasa selalu berkata jujur dan berbuat baik. Apabila hal ini dihubungkan dengan fenomena bersosial mediayakni hendaklah berkomunikasi serta menyebarluaskan informasi yang harus disertai dengan kebenaran dan kejujuran. [3]
Adapun beberapa adab bermedia sosial dalam Islam diantaranya:
- Meluruskan Niat
Semua orang Islam harus bertindak dengan niat baik, seperti halnya media sosial harus digunakan dengan niat baik. Karena kita memiliki kemampuan untuk dengan jahat membawa kita ke hal-hal yang berdosa.
- Menyebarkan Kebaikan dan Mencegah Keburukan
Sebagai seorang muslim memiliki banyak keuntungan, tetapi juga banyak hal yang harus dipertimbangkan. Jangan gunakan media sosial sebagai alat untuk menggunjing orang lain, menyebarkan fitnah, berhubungan dengan orang yang dapat menyebarkan fitnah, atau menonton video yang tidak berguna.
- Tidak Menghina dan Menebar Kebencian
Untuk menanggapinya, umat Islam harus menjadi duta Islam yang baik. Sangat penting untuk mempertimbangkan dengan cermat sebelum me-retweet, membagikan, atau mengomentari sesuatu yang dapat menimbulkan pertengkaran atau lebih parah lagi menimbulkan fitnah. Berhati-hatilah dengan berita yang tidak jelas asal usulnya, menurut ajaran Islam.
- Memanfaatkan Waktu Sebaik Mungkin
Segala sesuatu yang berlebihan dapat berdampak buruk pada kehidupan dan kesehatan seseorang. Ada kemungkinan kebiasaan bermain media sosial akan menghalangi ibadah. Islam selalu mengajarkan orang untuk bijak menggunakan waktu mereka. Waktu adalah usia manusia secara alami, jadi usia berkurang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus memanfaatkan waktu luang kita dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat baik di dunia nyata maupun di media sosial. [4]
Metode Pengajaran Akidah
Pengajar memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran akidah di kelas. Mereka juga berkontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran akidah. Dengan melihat generasi sekarang yang memiliki banyak pengetahuan berkat teknologi canggih. Hal ini harus dilakukan oleh pendidik untuk membuat kelas menjadi menarik dengan metode pembelajaran yang menarik dan dapat diterima oleh generasi Z. Tidak hanya guru yang harus berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran, tetapi siswa juga harus berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran melalui inovasi dan kreativitas.
Penting bagi guru untuk menerapkan strategi pembelajaran sebagai orang yang utama. Pendidik adalah contoh yang dapat ditiru oleh siswa dalam percakapan dan tindakan mereka. Guru harus memiliki moral atau etika yang baik. Peran penting dalam pembelajaran akhlak adalah bahwa guru harus mampu menjaga sikap, tutur kata, dan perbuatannya. ketidaksesuaian antara apa yang dia katakan dan apa yang dia lakukan. Perilakunya mencerminkan ucapannya. Peran penting ini adalah tugas dan amanah yang diemban oleh guru; mereka harus melakukannya dengan jujur dan tanggung jawab. [5]
Strategi pembelajaran telah berkembang di dunia pendidikan saat ini. Dengan kemajuan teknologi saat ini, kreativitas karyawan pendidikan telah berkembang dan berkembang dalam proses pembelajaran. Sangat penting untuk mempertimbangkan elemen atau objek pelajaran yang sesuai dengan keahlian siswa saat menerapkan strategi dalam proses pembelajaran. Pendidik dapat memanfaatkan teknologi untuk membuat pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Ada banyak media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajar, seperti halnya di era masyarakat.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan:
- Selama proses pembelajaran, guru menggunakan pendekatan pembelajaran campuran, yang menggabungkan pendekatan pendidikan tradisional dengan pendekatan pendidikan kontemporer. Metode ini memungkinkan pendidik menggunakan gaya pertemuan dengan 80 persen menggunakan sistem tatap muka biasa dan 20 persen menggunakan sistem online. Dalam pembelajaran akidah, metode pembelajaran campuran pasti dapat membantu meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pelajaran. Metode ini juga dapat membantu mengubah pendidikan islam yang sudah ada dan berkembang di masyarakat menjadi sesuatu yang lebih baik.
- Pendidik memberi tugas kepada siswa untuk menyelesaikan masalah melalui pembelajaran proses berpikir kritis. Peserta didik dapat menggunakan situs web yang dapat digunnakan untuk mencari solusi untuk masalah yang berkaitan dengan konten pendidikan agama islam yang legal dan akurat. Selain itu, Anda dapat menggunakan teknologi internet untuk mengumpulkan tugas melalui email, Google Classroom, atau alat lainnya. Pengajar yang mengajar akidah akhlak dapat membentuk dua kelompok di dalam kelas. Misalnya, mereka dapat memberi tugas kepada kelompok A untuk mencari informasi tentang akidah, dan kelompok B harus mencari informasi tentang akhlak dari sumber-sumber yang ditulis di internet. Kemudian, kelompok-kelompok ini membahas informasi tersebut di kelas.
- Guru menggunakan metode baru untuk menjelaskan materi dalam pembelajaran. Saat ini, guru menggunakan kata-kata, contoh, PowerPoint, dan alat lainnya untuk mengatur pembelajaran di kelas daripada metode lama seperti menulis di papan tulis.
- Dalam proses pembelajaran, guru menggunakan metode pembelajaran berbasis web. Proses pembelajaran dengan metode ini hanya dapat dilakukan di tempat yang memiliki jaringan internet. Metode ini digunakan untuk mengajar dengan menggunakan teknologi internet saat ini. seperti pembelajaran melalui internet, yang sudah banyak digunakan dalam sistem pendidikan saat ini. Seorang pendidik dapat mengarahkan siswa mereka untuk mengumpulkan informasi dan menyiapkan materi untuk diajarkan di kelas.
- Dengan berkembangnya teknologi internet di dunia pendidikan, guru dapat menggunakannya untuk membantu siswa belajar. Guru dapat menerapkan sistem pembelajaran online dengan melacak kegiatan siswa dan memberikan arahan di media sosial. Penggunaan teknologi ini dapat membantu siswa menggunakannya dengan baik dan memiliki efek negatif. Ketika guru tidak dapat hadir di kelas, pendidik dalam mengajar dapat memanfaatkan fitur WhatsApp yang digunnakan untuk mengatue, memberi informasi kepada siswa, dan memberi penugasan. Teknologi ini memungkinkan siswa memanfaatkan media sosial dengan menyimpan konten yang diberikan oleh guru.
KESIMPULAN
Di era sosial media, metode pengajaran akidah mengalami transformasi dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana penyampaian nilai-nilai keimanan. Generasi Z yang lekat dengan dunia digital membutuhkan pendekatan yang interaktif, visual, dan relevan dengan kehidupan mereka. Penggunaan media sosial secara bijak oleh para pendidik, baik formal maupun informal, terbukti mampu menjadi jembatan dalam menanamkan pemahaman akidah secara lebih menarik dan menyentuh. Oleh karena itu, integrasi antara nilai-nilai keislaman dan kecanggihan teknologi menjadi kunci dalam meningkatkan keimanan Generasi Z di tengah tantangan era digital.
DAFTAR PUSTAKA
Kamal, Faisal. “STRATEGI INOVATIF PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MAN WONOSOBO JAWA TENGAH,” 2017.
Kusumawati, Silviana Putri. “PENDIDIKAN AQIDAH-AKHLAK DI ERA DIGITAL.” EDUSOSHUM: Journal of Islamic Education and Social Humanities 1, no. 3 (December 30, 2021): 130–38. https://doi.org/10.52366/edusoshum.v1i3.16.
Munawir, Munawir, Melinda Putri, and Ulfa Shafira Putri Diasti. “Urgensi Pendidikan Akidah Akhlak di Era Globalisasi.” Jurnal Basicedu 8, no. 2 (May 9, 2024): 1402–10. https://doi.org/10.31004/basicedu.v8i2.7269.
Nadila Putri Saharani, Julia Indah Islami, Ella Nurul Fauzi, Citra Dewi Lestari, Amanda Maharani, and Yayat Suharyat. “PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM.” JURNAL RISET RUMPUN AGAMA DAN FILSAFAT 1, no. 2 (October 8, 2022): 116–25. https://doi.org/10.55606/jurrafi.v1i2.514.
Zaky Raihan, Dinda Putri Hasanah, Wardah Yuni Kartika, Lidyazanti Lidyazanti, and Wismanto Wismanto. “Dampak Media Sosial Terhadap Akhlak Di Era Globalisasi.” Jurnal Budi Pekerti Agama Islam 2, no. 2 (April 17, 2024): 301–15. https://doi.org/10.61132/jbpai.v2i2.264.
[1] Silviana Putri Kusumawati, “PENDIDIKAN AQIDAH-AKHLAK DI ERA DIGITAL,” EDUSOSHUM: Journal of Islamic Education and Social Humanities 1, no. 3 (December 30, 2021): 130–38, https://doi.org/10.52366/edusoshum.v1i3.16.
[2] Munawir Munawir, Melinda Putri, and Ulfa Shafira Putri Diasti, “Urgensi Pendidikan Akidah Akhlak di Era Globalisasi,” Jurnal Basicedu 8, no. 2 (May 9, 2024): 1402–10, https://doi.org/10.31004/basicedu.v8i2.7269.
[3] Zaky Raihan et al., “Dampak Media Sosial Terhadap Akhlak Di Era Globalisasi,” Jurnal Budi Pekerti Agama Islam 2, no. 2 (April 17, 2024): 301–15, https://doi.org/10.61132/jbpai.v2i2.264.
[4] Nadila Putri Saharani et al., “PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM,” JURNAL RISET RUMPUN AGAMA DAN FILSAFAT 1, no. 2 (October 8, 2022): 116–25, https://doi.org/10.55606/jurrafi.v1i2.514.
[5] Faisal Kamal, “STRATEGI INOVATIF PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MAN WONOSOBO JAWA TENGAH,” 2017.
0 Comments