SYA’BAN, BUKAN BULAN BIASA

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Ahmad Nahid S.Pd.I

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl: 97)

Satu bulan sebelum menapakkan kaki di bulan ramadhan, kita terlebih dahulu berjumpa dengan bulan sya’ban, satu bulan yang mulia, bulan yang pernah di sebut dalam doa nabi Muhammad saw “allahumma baarik lana fi rajaba wa sya’bana wa ballighna ramadhan” ya allah berkahilah kami di bulan rajab dan sya’ban dan sampaikan kami pada bulan ramadhan.

Pada bulan sya’ban juga terdapat satu peristiwa penting yakni tahwil (perpindahan) arah kiblat yang semula menghadap baitul maqdis di Palestina lalu berganti menjadi ka’bah di masjidil haram Makkah dengan turunnya firman Allah surat al-baqoroh ayat 144 “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.”

Sya’ban merupakan bulan yang penting namun sayang banyak yang melupakannya. Nabi Muhammad saw bersabda “Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai (dari beramal shalih), antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di saat amal-amal dibawa naik kepada Allah Rabb semesta alam, maka aku senang apabila amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku mengerjakan puasa sunah.” (HR. Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah).

Salah satu keistimewaan bulan sya’ban adalah diangkatnya amal-amal manusia kepada Allah swt sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Dan juga di bulan ini terdapat satu malam yang mulia yang disebut dengan malam nisfu sya’ban yakni malam ke 15 bulan sya’ban. Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha berkata bahwa Rasulullah saw bangun pada malam dan melakukan shalat serta memperlama sujud, sehingga aku menyangka beliau telah diambil. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau berkata, “Wahai Asiyah, (atau wahai Humaira’), apakah kamu menyangka bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu kepadamu?” Aku menjawab, “Tidak ya Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa Anda telah dipanggil Allah karena sujud Anda lama sekali.” Rasulullah saw bersabda, “Tahukah kamu malam apa ini?” Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Ini adalah malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan sya’ban). Dan Allah muncul kepada hamba-hamba-Nya di malam nisfu sya’ban dan mengampuni orang yang minta ampun, mengasihi orang yang minta dikasihi, namun menunda orang yang hasud sebagaimana perilaku mereka.” (HR Al-Baihaqi). Hadits tersebut  meski tidak sampai derajat shahih, namun oleh para ulama diterima juga. Oleh karena itu pantaslah bagi umat muslim untuk ber-juhud (memperbanyak beribadah) pada malam nisfu sya’ban dengan berdoa, berdzikir dan beristighfar sebanyak-banyaknya, memohon ampun dan memohon rahmat kepada Allah swt dzat yang maha mengampuni dan maha memberi rahmat.

Beramal shalih di bulan sya’ban memang tidak lebah baik jika dibandingkan dengan melakukannya di bulan ramadhan. Hal ini membuat banyak orang yang mengabaikan bulan sya’ban dan lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan urusannya masing-masing. Banyak yang beranggapan lebih baik memperbanyak ibadah nanti saja di bulan ramadhan karena pahalanya lebih besar. Padahal nabi menjelaskan bahwa bulan sya’ban adalah saat diangkatnya amal kepada Allah swt. Maka  nabi Muhammad saw memperbanyak puasa di bulan sya’ban melebihi puasa beliau di bulan bulan yang lain karena beliau senang jika amal beliau dihaturkan kepada Allah dalam keadaan berpuasa.

Diriwayatkan dari Aisyah R.A berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).  Imam Ash-Shan’ani dalam kitab subulus salam berkata: Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw mengistimewakan bulan Sya’ban dengan puasa sunnah lebih banyak dari bulan lainnya.

Bulan sya’ban juga merupakan waktu untuk kita berlatih menghadapi bulan ramadhan. Bulan ramadhan adalah saat dimana amal ibadah akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah swt. Sehingga kita harus mengisinya dengan banyak beribadah seperti shalat, membaca alquran, berdzikir, dan bersedekah. Untuk membiasakan diri melakukan ibadah di bulan ramadhan kita perlu berlatih di bulan sya’ban. Dengan latihan tersebut kita tidak akan merasa berat dan malas beribadah di bulan ramadhan, sehingga kita bisa beribadah dengan istiqamah. Jika diibaratkan dengan tanaman maka bulan rajab adalah saat menanam ibadah , bulan sya’ban adalah saat menyiramnya, dan bulan ramadhan adalah saat memanennya. Maka barangsiapa yang tidak menanam dan menyiram tanaman ibadahnya di bulan rajab dan sya’ban maka bagaimana mungkin ia akan merasakan buahnya di bulan ramadhan. Dengan kata lain tidak akan ada peningkatan ibadah di bulan ramadhan. Maka, mari kita bersegera untuk melatih diri memperbanyak ibadah sebelum bulan ramadhan benar-benar datang.

Ketika Allah mentakdirkan kita sampai di bulan ramadhan, maka ibadah-ibadah yang sudah dilakukan sejak bulan sya’ban akan mudah kita lakukan dengan teratur/istiqamah. Bahkan bisa saja ibadah-ibadah itu akan semakin meningkat seiring dengan menipisnya rasa malas dan meningkatnya semangat beribadah di bulan ramadhan.

Pada akhirnya, seorang muslim yang baik pasti akan selalu beramal shalih tidak peduli di saat apapun, mereka akan selalu meningkatkan amal ibadahnya, senantiasa menambah dan memperbanyaknya karena pada hakikatnya dia beramal untuk mengharapkan ridha Allah swt.


0 Comments

Leave a Reply