Penanaman Pendidikan Nilai Akhlak dalam Perspektif Kitab Washaya al-abaa Lil Abnaa’ dalam Upaya Mengatasi Krisis Moral Remaja di Era Globalisasi
Cantika Yuliana Putri
Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstrak
Dalam penelitian mempunyai tujuan untuk menjelaskan mengenai bagaimana penanaman nilai-nilai akhlak dalam perspektif kitab Washaya al-abaa Lil Abnaa’ dalam upaya mengatasi krisis moral pada remaja di era globalisasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode librabry research. Dalam artikel ini berisi mengenai bagaimana akhlak-akhlak dalam perspektif kitab Washaya al-abaa Lil Abnaa’ karya Syekh Muhammad Syakir. Menurut kitab ini dijelaskan mengenai bagaimana akhlak kita kepada Allah, akhlak kepada Rasulullah, akhlak sebagai sesama manusia, dan macam-macam akhlak. Dijelaskan pada kitab ini, bahwa macam-macam akhlak ada 2 yaitu, akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Penanaman nilai-nilai akhlak dapat dilakukan dengan memberi pemahaman kepada remaja bagaimana konsep akhlak itu sendiri. Dalam kitab ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memberi pemahman mengenai konsep akhlak. Penanaman nilai-nilai akhlak sangat penting pada kalangan remaja karena adanya arus globalisasi dan maraknya westernisasi yang marak pada kalangan remaja. Karena dengan adanya westernisasi tersebut dapat memicu munculnya sekularisme dan liberalisme. Oleh karena itu dengan penanaman nilai-nilai akhlak pada kalangan remaja sangatlah penting dalam menghadapi tantangan westernisasi di era globalisasi pada saat ini.
Keywords: Penanaman, Nilai Akhlak, Remaja, Globalisasi.
PENDAHULUAN
Pendidikan Akhlak
Pendidikan merupakan suatu proses, atau usaha untuk mengembangkan bakat atau potensi yang dimiliki oleh seseorang dengan melakukan pembiasaan, pengajaran dengan ketentuan- ketentuan tertentu. Adapun pengertian menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sidiknas) Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik (siswa) secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”
Dalam konteks kajian Islam pendidikan merupakah suatu hal yang sangat penting. Bahkan dalam Islam dijelaskan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi umat muslim. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam pendidikan sangat diperhatikan. Terdapat suatu hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Anas yang menjelaskan mengenai kewajiban menuntut ilmu bagi umat muslim. Hadist tersebut sebagai berikut:
طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِثْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap umat muslim.”
Jadi menurut hadist di atas dijelaskan bahwa kewajiban menuntut ilmu itu sifatnya umum, maksudnya untuk semua umat muslim tidak memandang anak kecil, remaja, dewasa, ataupun orang tua. Dapat kita simpulkan bahwa dalam Islam sangat menekankan pada pentingnya menuntut ilmu atau pendidikan. Hal ini karena pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peradaban manusia dan eksistensinya dalam perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Dalam konteks ini pendidikan tidak hanya terpacu pada hal-hal yang sifatnya akademik saja, namun diperlukan juga dengan keseimbangan pendidikan moral, karakter, atau pendidikan akhlak. Apalagi pada sekarang ini karena arus globalisasi yang menyebabkan banyak perubahan bahkan tantangan dengan munculnya westernisasi yang marak diikuti oleh remaja pada generasi z saat ini.
Kehidupan remaja pada saat ini memprihatinkan, karena banyak terjadi kasus pembunuhan, perzinaan, seks bebas, tindakan kriminal, pencurian, narkoba dan lain sebagainya. Kasus yang sudah dianggap biasa terjadi pada saat ini yaitu banyak remaja yang terbawa oleh westernisasi dengan berpakaian seperti orang barat, dengan pakaian yang terawang, pakaian yang kurang sopan dan problematika ini bertentangan dengan ajaran agama Islam. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk mengatur, memberi pemahaman kepada masyarakat khususnya pada remaja saat ini mengenai penguatan akhlak, karakter dan moral. Sebagai upaya untuk mencegah semakin parahnya westernisasi oleh remaja pada generasi z saat ini.
Dalam islam akhlak bersifat mutlak, maksudnya tidap dipengaruhi oleh faktor kondisional dan juga situasional, perilaku yang baik dan tidak baik/buruk tetap sama meskipun dengan kondisi dan situasi seperti apapun. Jadi sikap baik ataupun tidak baik tidak dipengaruhi oleh dimana dan kapan waktunya. Hal ini sejalan dengan bagaimana Rasulullah memberikan tauladan atau contoh kepada kita agar selalu berbuat baik dalam keadaan apapun, dimanapun dan kapanpun, tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. Memperbaiki dan menguatkan akhlak pada kalangan remaja dapat dengan menanamkan nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran. Dalam hal ini penulis menggunakan perspektif Kitab Washaya al-abaa Lil Abnaa’ karya Syekh Muhammad Syakir sebagai sumber dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada remaja di era globalisasi.
Profil Syekh Muhammad Syakir
Syekh Muhammad Syakir merupakan tokoh yang alim, dan berasal dari keluarga Abi ‘Ulayya’ yang mana dikenal dengan keluarga yang sangat dermawan di Kota Jurja. Beliau dilahirkan di Kota Jurja tepatnya pada pertengahan tahun 1282 H. Beliau melakukan studi di Universitas Al-Azhar. Beliau juga diberi amanah untuk memberi fatwa dan menjabat sebagai Ketua Mahkamah Mudiniyyah Al-Qulyulbiyyah pada tahun 1307 H dan beliau menetap disana selama tujuh tahun. Disamping itu, beliau menjadi wakil para guru di Kampus Al-Azhar Mesir, yang mana beliau menebarkan hal-hal yang baik. Selain itu beliau juga mendirikan Jam’iyyat Tasni’iyyah pada tahun 1913 M. Beliau wafat disebabkan karena sakit dan beliau lumpuh, beliau wafat pada tahun 1358 H atau bertepatan pada 19939 M.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan dalam melakukan suatu penelitian dan untuk mendapat suatu data secara objektif, valid, dan sesuai dengan fakta yang sesungguhnya sebagai tujuan untuk membuktikan, menemukan, memecahkan dan untuk mengatasi suatu problematika yang terjadi. Metode penelitian dalam artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan library research.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penanaman Nilai-Nilai Akhlak perspektif Kitab Washaya al-abaa Lil Abnaa’ pada Remaja
- Akhlak Kepada Allah SWT
Kita sebagai umat muslim harus berakhlak kepada Allah SWT, karena telah diberikan nikmat yang banyak, dan dijadikan makhluk yang paling sempurna. Kita sudah seharusnya bersyukur kepada Allah atas semua yang dilimpahkan- Nya kepada kita, tidak hanya bersyukur ketika kita diberi kenikmatan saja. Terdapat beberapa hal yang mengharuskan bagi kita sebagai umat muslim untuk berakhlak yang baik kepada Allah SWT. Hal yang pertama yaitu atas kehendak Allah karena kita manusia diciptakapan dari air yang mana air tersebut dari tulang rusuk dan punggung, yang kedua kita merupakan makhluk yang sebaik- baiknya mempunyai akal, mempunyai merupakan panca indera, kita telah diberi kenikmatan dengan disediakannya apapun di alam semesta oleh Allah, seperti lautan, pegunungan, langit dan lain sebagainya.
- Takwa Kepada Allah SWT
Takwa secara umum mempunyai makna menjaga nafsi dari segala sesuatu yang sifatnya membawa kepada kemudharatan. Jadi takwa kepada Allah artinya kita patuh kepada apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Apabila terdapat seorang hamba yang bertakwa kepada Allah maka orang tersebut mempunyai sikap furqan yaitu bisa membedakan mana yang hal yang baik dan mana yang tidak baik.
Dalam kitab Washaya al-abaa Lil Abnaa’ terdapat penjelasan sebagai berikut: “Wahai anakku sesungguhnya ketaatan kepada Allah adalah salah satu kelezatan dan ketenangan jiwa yang tidak dapat diketahui kecuali dengan latihan. Wahai anakku, taatilah Tuhanmu dengan jalan berlatih agar kamu mengetahui kelezatan serta dapat merasakan ketengangan ini dan mengetahui keihlasanku memberimu nasehat” (Syakir, 2001: 10).
“Wahai anakku, sesungguhnya Tuhanmu mengetahui apa saja yang tersembunyi di dalam dadamu (hatimu) dan apa saja yang diucapkan lidahmu. Allah Maha Mengetahui semua perbuatanmu, maka bertakwalah kepada- Nya”(Syakir, 2001: 8).
Dari penggalan kitab diatas dapat kita ketahui bagaimana pentingnya bertakwa kepada Allah SWT. Kita sebagai muslim harus bertakwa kepada Allah SWT dengan berusaha menjaga nafsu, dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang. Nilai ketakwaan ini dapat kita tanamkan kepada para remaja dalam pembelajaran. Dengan menyampaikan pemahaman mengenai apa itu takwa, bagaimana pentingnya taqwa dan apa essensial dari takwa itu sendiri dalam kehidupan bermasyarakat. Mungkin hal ini perlu diperhatikan untuk saat ini.
- Hak-Hak Atas Allah SWT
Terdapat suatu hadist yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa hak Allah di atas hamba yaitu dengan beribadah kepada Allah SWT dan tidak syirik kepada Allah SWT dengan sesuatu apapun.
Dikutip dalam kitab washaya al-abaa Lil Abnaa’ sebagai berikut:
“Bukankah Dia yang telah memberimu beberapa kenikmatan sebagai anugerah dan kebaikan itu berkuasa mengambilnya kembali bila kamu membuat-Nya murka dan Dia murka kepadamu. Wahai anakku, pertama kali yang kamu lakukan kepada Penciptamu Yang Maha Luhur adalah mengetahui sifat-sifat-Nya yang sempurna, bersemangat dalam melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dan hendaklah kamu berkeyakinan bahwa kebaikan adalah apa yang Allah pilihkan bagimu bukan yang baik menurut dirimu, maka jangan sampai kamu terhalang mentaati-Nya karena karena syahwat dan kecenderunganmu bermain-main. Begitu juga jangan sampai kamu terhalang mentaati-Nya karena ketaatanmu kepada seorang makhluk baik yang lebih mulia atau yang lebih hina” (Syakir, 2001:15)
Berdasarkan kutipan kitab diatas dapat kita simpulkan bahwa dengan kenikmatan yang Allah SWT berikan kepada kita, maka sepantasnya kita sebagai seorang hamba tidak membuat-Nya murka, dengan senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya, atau sering disebut sebagai amar ma’ruf nahi munkar. Selain itu kita juga harus mempunyai kesadaran bahwa apa yang Allah SWT kehendaki dalam kehidupan kita itu merupakan yang terbaik untuk kita.
Pada saat ini tidak sedikit dari remaja ataupun bahkan orang dewasa yang sering merasa bahwa takdir kehidupannya tidak seberuntung orang lain. Hal inilah yang sebenarnya sering kita tidak menyadari bahwa hal-hal seperti ini merupakan suatu bentuk kekufuran atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Dan tidak sedikit juga terdapat remaja yang merasa insecure, istilah ini mungkin tidak familiar di kalangan remaja, rasa insecure yang sering dirasakan oleh remaja pada saat ini dapat memicu adanya kekufuran nikmat yang Allah berikan, jadi kebiasaan-kebiasaan yang seperti ini baiknya diperbaiki dengan belajar bersyukur, tidak membanding- bandingkan diri kita dengan orang lain, dan berusaha menerima apa yang memang Allah berikan kepada kita.
Adapun hal lain yang dapat kita ambil dari kutipan kitab diatas yaitu kita harus menyadari bahwa perbuatan yang memicu syahwat itu tidak diperbolehkan untuk dilakukan. Hal ini terdapat korelasi yang sangat kuat dengan kebiasaan-kebiasaan remaja di era globalisasi, yang mana pada saat ini karena dampak westernisasi marak di kalangan remaja seks bebas. Zina dianggap menjadi suatu hal yang biasa, bahkan dianggap sebagai suatu hal yang wajar. Diambil data dari BKKBN tahun 2023 terdapat 50 ribu anak hamil diluar nikah. Hal seperti inilah yang perlu diperhatikan pada saat ini, pentingnya memberikan edukasi, pembelajaran akhlak dan juga pemahaman kepada mereka mengenai ketakwaan.
- Akhlak Kepada Rasulullah SAW
Rasulullah SAW ditugaskan dimuka bumi ini untuk memperbaiki akhlak manusia. Rasulullah sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin artinya Rasulullah SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam. Akhlak kepada Rasulullah SAW maksudnya dengan kita mencintainya, selalu senantiasa bersholawat kepada beliau. Bahkan terdapat salah satu hadist yang diriwayatkan dari shahih bukhari yang menjelaskan bahwa tidak sempurna keimanan seseorang kecuali dengan mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi daripada mencintai orang tua dan juga anaknya.
Dikutip dari kitab washaya al-abaa Lil Abnaa’ sebagai berikut:
“Wahai anakku, diantara kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah pengutusan para Rasul a.s. untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada manusia pada sesuatu yang baik bagi langkah, agama dan kehidupan mereka. Dan Rasul Allah yang terakhir adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Beliau berkebangsaan Arab keturunan Hasyim (suku termulia di Arab). Sebagaimana wajib bagi kamu mentaati Tuhan yang menciptakanmu maka wajib pula mentaati Rasul-Nya yang paling mulia” (Syakir, 2001: 16).
Dari kutipan diatas dapat kita pahami bahwa kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW karena rasulullah sudah memberikan petunjuk, bimbingan kepada kita. Oleh karena itu kita harus berakhlak kepada Rasulullah dengan kita mentaati Rasulullah sebagaimana kita mentaati Allah SWT.
Akhlak Kepada Sesama Manusia
- Akhlak Kepada Orang Tua
Adab atau akhlak kepada orang tua merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dan sangat penting. Di era globalisasi ini sebagai orang tua harus memberikan pemahaman-pemahaman akhlak yang baik kepada anaknya. Hal ini karena tidak sedikit anak pada saat ini yang berani kepada orang tuanya, bahkan terdapat kasus kriminal yang mana seorang anak membunuh ibunya karena dipicu perasaan kesal kepada karena dianggap tidak dapat membahagiakan orang tuanya. Oleh sebab itu saya pikir begitu pentingnya penanaman nilai-nilai akhlak kepada anak sejak dini, khusunya kepada remaja di era globalisasi saat ini.
Dikutip dari kitab washaya al-aba Lil Abnaa’ sebagai berikut:
“Wahai anakku, hati-hatilah jangan sampai kamu membuat ayah atau ibumu marah. Sesungguhnya murka Allah bersama kemarahan ibu bapakmu. Barang siapa dibenci Allah akan rugi di dunia dan akhirat” (Syakir, 2001: 21).
“Wahai anakku, taatilah ayah dan ibumu dan janganlah sebaliknya, kecuali keduanya menyuruhmu berbuat maksiat kepada Tuhanmu” (Syakir, 2001: 21). Dari kutipan diatas dapat kita pahami bahwa kita harus berhati-hati kepada kedua orang tua kita, jangan sampai tindakan atau perilaku kita membuat mereka marah, karena murka Allah bersama murka orang tua kita. Begitu juga dengan ridha Allah merupakan ridha orang tua kita. Bahkan tedapat ayat dalam al-Qur’an yang menjelaskan bahwa kita dilarang mengucapkan ah kepada kedua orang tua kita. Akan tetapi perlu diperhatikan dalam konteks taat kepada kedua orang tua kita. Apabila dari kedua orang tua kita ingin kita berbuat maksiat maka kita diperbolehkan untuk mengingatkan kepada mereka dan tidak mengikuti apa yang mereka perintahkan kepada kita.
- Akhlak Kepada Guru
Guru merupakan pengganti orang tua kita pada saat kita melakukan pembelajaran. Oleh karena itu guru dan juga orang tua kita merupakan orang-orang yang patut kita muliakan. Hal ini saya kira perlu diperhatikan seiring dengan perkembangan zaman dan di era globalisasi ini, terutama pada kalangan remaja, yang mungkin saja masih terdapat remaja yang tidak mempumyai etika yang baik kepada guru.
Dalam kitab washaya al-abaa Lil Abnaa’ dijelaskan sebagai berikut:
“Wahai anakku, jika engkau menerima nasehat, maka akulah yang paling berhak kamu terima nasehatnya. Aku adalah gurumu, pendidik dan pembina rohanimu. Kamu tidak akan menjumpai orang yang lebih memperhatikan kebaikanmu selain aku” (Syakir, 2001: 4)
Dapat kita pahami bahwa guru merupakan pendidik dan pembina rohani kita, oleh karena itu kita harus senantiasa memuliakannya, menghormatinya, mendoakannya.
- Akhlak Kepada Teman
Dalam berteman juga terdapat ketentuan atau aturan-aturan tertentu. Seperti tidak boleh saling menyakiti antar sesama, menghormati teman, tidak merendahkan teman, serta senantiasa tolong menolong antar sesama. Dalam memilih teman juga harus hati-hati, jangan sampai kita salah pergaulan. Karena teman sangat berpengaruh terhadap kebiasaan kita. Terdapat suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa sesorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dia siapa yang dijadikan sebagai teman. Seperti halnya jika kita berteman dengan orang yang baik agamanya, maka kita juga ikut terkena dampak positifnya, sebaliknya apabila kita berteman dengan orang yang tidak baik agamanya, maka kita dianggap tidak baik juga secara agamanya. Karena teman sangat berpengaruh terhadap kebiasaan-kebiasaan kita.
Dalam kitab washaya Lil Abnaa’ dijelaskan sebagai berikut:
“Wahai anakku, sekarang kamu telah menjadi salah seorang pelajar ilmu yang mulia dan telah mempunyai banyak teman belajar. Mereka adalah sahabatsahabatmu dan teman pergaulanmu. Untuk itu, janganlah kamu menyakiti salah seorang diantara mereka atau merusak pergaulan yang telah terjalin dengannya” (Syakir, 2001: 23)
Begitu pentingnya menjaga pergaulan dan pertemanan. Dimana kita tidak diperkenankan untuk menyakiti, merusak pergaulan yang sudah terjalin, dengan kita menjadi teman yang baik.
- Adab Sebagai Peserta Didik
Sebagai pelajar kita harus memperhatikan adab atau akhlak dalam belajar. Salah satunya yaitu adab dalam menuntut ilmu. Dalam menuntut ilmu kita perlu memperhatikan niat daripada menuntut ilmu itu sendiri.
“Wahai anakku, hiasan ilmu adalah tawadhu’ dan sopan santun. Barang siapa yang merendahkan diri (tawadhu’) karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya dan akan dicintai manusia. Barang siapa sombong dan berakhlak buruk niscaya Allah akan menjatuhkannya di hadapan manusia, Allah membencinya dan hampir tidak ada seorangpun yang mau memuliakan dan mengasihinya” (Syakir, 2001: 31)
Dari penggalan kitab diatas perlu kita ketahui bahwa hiasan ilmu adalah tawadhu dan sopan santun. Maksudnya kita bertawadhu’ kepada guru kita dan sopan santun kepada mereka. Dan ketika kita tawadhu (merendahkan diri) maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya.
“Jika kamu menginginkan kebaikan bagi dirimu, janganlah kamu membaca pelajaran sendirian, tetapi carilah seorang teman diantara teman-temanmu untuk menemanimu, ikut membaca dan mendekatkan pemahamanmu.”
Jadi dalam menuntut ilmu kita harus saling berbagi dan tidak boleh pelit ilmu. Apabila kita ingin kebaikan kepada kita maka kita jangan membaca pelajaran sendiri, tetapi dengan mengajak teman untuk semakin mudah dalam memahami pekajaran tersebut.
Adapun adab dalam suatu majlis dan pertemuan ketika kita ikut atau bergabung suatu majlis tanpa izin terlebih dahulu apalagi sampai ikut campur dalam pembahasan yang sedang dibahas.
Dikutip dalam kitab Washaya al-abaa Lil Abnaa’:
“Janganlah memasuki suatu majlis tanpa izin, barangkali mereka tidak suka dicampuri oleh orang lain dalam membicarakan suatu masalah” (Syakir, 2001: 44).
Dalam kutipan kitab tersebut dapat kita pahami bahwa ketika kita ingin bergabung dalam suatu majelis hendaknya meminta izin untuk bergabung dan tidak ikut campur dalam pembahasan yang sedang berlangsung.
Macam-Macam Akhlak dalam Kitab Washaya al-abaa Lil Abnaa’
Dalam kitab washaya al-abaa Lil Abnaa’ terdapat dua macam akhlak, yaitu
- Akhlak Mahmudah Akhlak mahmudah merupakan akhlak yang baik atau Yang termasuk akhlak mahmudah yaitu sikap amanah, jujur, menahan diri (‘iffah), mempunyai jiwa yang mulia (‘izzatun nafs), menjaga harga diri (muru’ah), bijaksana (as-syahamah), sabar, syukur,bersikap zuhud, bertaubat dengan taubatan nasuha (taubat dengan sesungguh-sungguhnya), qona’ah, khauf atau takut, dan berharap kepada Allah (roja’).
- Akhlak Madzmumah. Sedangkan madzmumah merupakan akhlak yang tidak baik atau akhlak tercela. Adapun yang termasuk akhlak madzmumah yaitu sikap menggunjing orang lain atau biasa disebut ghibah, iri dengki (hasad), congkak atau sombong (kibr), menipu orang lain (ghurur), dan namimah atau mengadu
Pentingnya Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Remaja di Era Globalisasi
Pendidikan akhlak yang ditanamkan oleh orang tua, guru, ataupun lingkungan mempunyai korelasi yang kuat terhadap moral atau akhlak pada remaja. Jadi bagaimana seorang anak itu diperlakukan oleh orang tuanya itu dapat mempengaruhi bagaimana moral atau akhlak daripada anak itu sendiri. Oleh karena itu penanaman nilai-nilai akhlak pada remaja ini sangatlah penting.
Pada faktanya banyak orang tua yang menganggap remeh akan pentingnya penanaman nilai-nilai akhlak pada anak-anaknya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengabaikan perihal pendidikan anaknya, mereka tidak memberikan pengertian atau perhatian kepada anaknya. Hal yang demikian inilah yang menyebabkan krisis moral terjadi pada remaja. Apalagi remaja yang menjadi korban broken home, sebagian besar dari mereka mengalami krisis moral karena mereka merasa kurang perhatian, pengawasan dari orang tuanya. Hal seperti ini saya kira harus diperhatikan, apalagi seiring oerkembangan zaman yang semakin canggih dan arus globalisasi yang menyebabkan westernisasi.
Perlu kita pahami bahwa remaja mempunyai tingkat emosional yang tergolong labil, Jadi mereka mudah terpengaruh, bertindak nekat, dan mereka pada fase mencari jati dirinya sendiri. Peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada anaknya sangat penting. Dengan memberi pemahaman apa itu akhlak yang baik, kepada anak-anaknya sejak dini. Selain itu orang tua juga harus menjadi role model atau suri tauladan yang baik bagi anaknya. Karena pada dasarnya seorang anak akan mengikuti apa yang menjadi kebiasaan orang tuanya.
Di era globalisasi ini remaja sangat rentan mengikuti budaya westernisasi atau budaya kebarat-baratan. Seperti berpakaian ala-ala orang Barat, mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang Barat, yang dalam konteks kebiasaan tidak baik. Karena westernisasi ini dapat memicu munculnya sekularisme dan liberalisme yang mana dalam hal ini tidak hanya dalam bidang politik, sosial dan budaya, ekonomi, bahkan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari pun mengikuti pada kebiasaan-kebiasaan orang barat.
Pada saat ini terdapat masyarakat muslim yang secara tidak sadar telah terdampak oleh arus westernisasi dengan mereka yang mengikuti gaya kehisupan orang Barat seperti dengan memakai pakaian yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, hedonisme dan berperilaku tabarruj atau berlebih-lebihan.
Oleh karena itu penanaman nilai-nilai akhlak dalam pergaulan remaja pada saat ini harus diperhatikan agar dapat menumbuhkan moral yang baik, karakter yang baik, dan akhlak yang sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Berdasarkan kitab washaya al-abaa Lil Abnaa’ telah dijelaskan bagaimana akhlak-akhlak yang baik harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh krena itu dapat kita jadikan referensi ataupun sumber dalam pengajaran atau pembelajaran dalam upaya menanamkan nilai-nilai akhlak kepada remaja.
KESIMPULAN
Dalam kitab washaya al-abaa Lil Abnaa’ karya dari Syekh Muhammad Syakir telah dijelaskan secara rinci bagaimana akhlak yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Di dalam kitab tersebut terdapat beberapa ketentuan akhlak seperti bagaimana akhlak kita kepada Allah SWT, akhlak kepada Rasulullah SAW, Akhlak kepada sesama manusia. Dalam kitab ini terdapat dua macam akhlak, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Akhlak mahmudah yaitu akhlak yang terpuji atau baik, sedangkan akhlak madzmumah yaitu akhlak atau perilaku yang tidak terpuji.
Akhlak mempunyai peranan yang penting terhadap perilaku sesorang. Dalam mengahdapi tantangan arus globalisasi yang memicu munculnya westernisasi terutama pada kalangan remaja, maka perlu diperhatikan dalam penanaman nilai-nilai akhlak. Remaja pada saat ini mudah terpengaruh oleh budaya-budaya barat seperti dalam cara berpakaian, cara hidup yang berkiblat pada orang Barat, bahkan kebiasaan- kebiasaan seperti seks bebas, yang mana pada kenyataan sekarang ini menganggap bahwa perilaku zina merupakan suatu hal yang dianggap biasa saja atau bahan dianggap wajar.
Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada remaja pada saat ini kitab ini cukup lengkap dan bisa dijadikan rujukan dalam melakukan pemahaman mengenai konsep akhlak kepada remaja saat ini.
REFERENSI
(Zaenullah 2017)“DALAM MENUMBUHKAN PERILAKU AKHLAKUL KARIMAH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA AL-HASAN PANTI JEMBER Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Jember Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S . Pd ) Fakultas Tarbiyah Dan Ilm.” 2021.
Wahyudi, Tian. 2020. “Strategi Pendidikan Akhlak.” Jurnal Studi Pendidikan Islam 3(2): 14– 34.
Zaenullah. 2017. “Kajian Akhlak Dalam Kitab Washaya Al-Abaa’ Lil Abnaa’ Karya Syaikh Muhammad Syakir.” LIKHITAPRAJNA Jurnal Ilmiah 19(September): 9–19.
(Wahyudi 2020)“DALAM MENUMBUHKAN PERILAKU AKHLAKUL KARIMAH DI SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA AL-HASAN PANTI JEMBER Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Jember Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S . Pd ) Fakultas Tarbiyah Dan Ilm.” 2021.
Nahdiyah, Peran Pendidikan Akhlak terhadap Moralitas Remaja, 2018.
0 Comments