Voice Note dari Surga Menyampaikan Nilai Akidah Lewat Pesan Suara dan Daily Reminder Islami untuk Gen Z

Published by Buletin Al Anwar on

Nailah Aqilah Fadliya Hayah

Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

[email protected]

­­Abstrak: Generasi Z (Gen-Z) merupakan generasi yang tumbuh dalam dunia yang serba digital, cepat, dan visual. Mereka akrab dengan media sosial, audio – visual, dan teknologi mobile yang membuat mereka lebih menyukai konten singkat, padat, namun bermakna. Dalam konteks pendidikan akidah, tantangan muncul ketika materi disampaikan dengan metode konvensional yang kurang menyentuh sisi emosional dan keseharian mereka. Artikel ini menawarkan metode pengajaran akidah yang inovatif dan kontekstual melalui pemanfaatan voice note Islami dan daily reminder atau pengingat harian berbasis audio. Media suara memiliki karakteristik yang lebih personal, intim, dan dapat diakses secara fleksibel, sehingga memungkinkan nilai-nilai keimanan seperti tauhid, syukur, sabar, dan keikhlasan disampaikan secara ringan namun menyentuh. Melalui pendekatan literatur dan studi kasus dakwah digital yang berkembang di kalangan muda, artikel ini membahas potensi voice note sebagai media penyampaian spiritual yang mampu menyentuh hati Gen – Z. Dengan kombinasi antara kedekatan pesan dan relevansi konten dengan realitas mereka, pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan spiritual dan membentuk pengalaman keberagamaan yang lebih reflektif dan bermakna bagi Gen – Z.

Kata Kunci: Generasi Z, akidah, voice note Islami, penguatan iman, dakwah digital, media audio

Pendahuluan

            Di era modern yang sarat dengan perkembangan teknologi informasi, pendidikan mengalami transformasi yang signifikan, termasuk dalam aspek metode dan media pembelajaran. Generasi Z (Gen-Z), yang merupakan kelompok usia kelahiran antara tahun 1995 hingga 2010, tumbuh di tengah pesatnya perkembangan digital. Mereka sangat lekat dengan internet, media sosial, dan perangkat digital, sehingga membentuk karakteristik belajar yang berbeda dari generasi sebelumnya. Gen-Z memiliki kecenderungan untuk belajar secara visual dan interaktif, lebih menyukai pendekatan yang cepat, fleksibel, dan relevan dengan kehidupan nyata .

Pendidikan agama, khususnya mata pelajaran Akidah Akhlak, menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan diri dengan karakteristik unik Gen-Z. Materi akidah yang bersifat konseptual, abstrak, dan kadang dianggap ‘berat’ menjadi kurang menarik bila diajarkan dengan pendekatan konvensional seperti ceramah satu arah, hafalan, atau diskusi yang kaku. Hal ini berdampak pada rendahnya minat dan kurangnya keterlibatan siswa dalam memahami dan menginternalisasi nilai-nilai keimanan yang diajarkan. Padahal, akidah merupakan fondasi utama dalam kehidupan spiritual seorang Muslim, dan penguatan iman merupakan tujuan utama dari pembelajaran ini.

Dalam konteks tersebut, inovasi metode pembelajaran menjadi kebutuhan yang mendesak. Salah satu strategi yang mulai banyak diterapkan adalah integrasi teknologi digital dalam proses pengajaran, seperti penggunaan media visual, video pendek, bahkan game edukatif. Namun, masih ada bentuk media lain yang belum banyak dieksplorasi secara optimal, yaitu media suara Islami seperti podcast dakwah, voice note motivasi, dan audio pengingat dzikir. Media ini memiliki potensi besar dalam menyampaikan nilai-nilai keimanan secara lebih personal, reflektif, dan emosional. Selain mudah diakses kapan saja, konten audio juga dapat disesuaikan dengan konteks keseharian siswa, seperti saat perjalanan ke sekolah, waktu istirahat, atau menjelang tidur .

Menariknya, pendekatan berbasis suara juga lebih mampu menjangkau ranah afeksi dan spiritual siswa. Ketika seseorang mendengarkan suara yang menyentuh misalnya suara seorang ustaz yang memberikan nasihat penuh kasih, atau lantunan dzikir yang menenangkan maka bukan hanya pengetahuan yang diterima, tetapi juga penghayatan makna yang mendalam. Hal ini dapat menjadi celah strategis untuk menyentuh hati Gen-Z yang secara spiritual sedang mencari jati diri di tengah hiruk pikuk dunia digital yang sering kali hampa makna.

Dengan latar belakang tersebut, artikel ini akan mengangkat sebuah gagasan konseptual mengenai metode pengajaran akidah melalui pendekatan suara Islami yang relevan dengan karakteristik Gen – Z. Fokus pembahasan meliputi urgensi inovasi pembelajaran akidah, analisis kebutuhan belajar Gen – Z, serta potensi media suara Islami sebagai jembatan dalam menanamkan nilai-nilai keimanan secara lebih kontekstual dan menyentuh aspek batiniah siswa.bangsa.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi pustaka (library research). Studi pustaka dipilih karena memberikan keleluasaan bagi peneliti untuk menggali teori, gagasan, dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan topik pengajaran akidah serta peningkatan keimanan pada generasi Z. Melalui pendekatan ini, penulis dapat menyusun gagasan dan strategi berdasarkan hasil analisis terhadap sumber literatur yang kredibel dan mutakhir.

Data dalam penelitian ini bersumber dari artikel jurnal ilmiah, buku akademik, hasil penelitian, dan dokumen lainnya yang membahas pendidikan akidah, karakteristik Gen – Z, perkembangan keimanan remaja, serta inovasi pembelajaran di era digital. Pemilihan sumber dilakukan secara purposive, yaitu memilih sumber yang sesuai dan relevan dengan fokus kajian. Keakuratan dan kredibilitas sumber menjadi prioritas dalam proses ini, terutama yang berasal dari publikasi lima tahun terakhir.

Analisis data dilakukan melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Tahapan ini diawali dengan membaca secara mendalam, mencatat poin-poin penting, mengelompokkan data berdasarkan tema, dan menyusun interpretasi terhadap setiap informasi yang ditemukan. Hasil dari analisis ini kemudian dijadikan dasar untuk merumuskan strategi pembelajaran akidah yang inovatif dan aplikatif dalam membentuk keimanan Gen – Z yang kokoh.

Dalam praktiknya, metode studi pustaka sangat cocok untuk mengkaji isu-isu konseptual dan teoritik, seperti yang dinyatakan oleh Nugraha dan Munir, bahwa pendekatan literatur dapat memperkuat landasan konseptual dalam pengembangan strategi pendidikan Islam kontemporer. Sementara itu, Hidayat menekankan pentingnya studi literatur dalam memetakan model pembelajaran yang relevan dengan konteks sosial budaya peserta didik masa kini. Fauziah dan Setiawan  juga menegaskan bahwa pengajaran agama kepada generasi Z menuntut pemahaman yang holistik, yang bisa dibangun melalui telaah sistematis terhadap literatur yang beragam dan representatif.

Hasil dan Pembahasan

Pendidikan akidah untuk Generasi Z tidak bisa lagi disampaikan melalui cara-cara konvensional semata. Generasi ini lahir dan tumbuh dalam era digital yang serba cepat, instan, dan visual. Mereka lebih tertarik pada bentuk penyampaian yang praktis, singkat, dan menyentuh emosi. Maka, untuk menanamkan nilai-nilai keimanan, dibutuhkan media yang sesuai dengan gaya hidup mereka. Voice note dan daily reminder Islami menjadi pilihan efektif karena mampu menjangkau mereka secara personal dan konsisten.

  1. Voice Note sebagai Media Dakwah Emosional

Voice note Islami bekerja bukan hanya pada aspek intelektual, tetapi juga pada dimensi emosional. Nada suara, intonasi, dan waktu pengiriman voice note memainkan peran penting dalam memperkuat pesan yang disampaikan. Misalnya, voice note yang dikirim pagi hari bisa membangun semangat spiritual untuk memulai hari.

Banyak komunitas Islami kini membuat grup WhatsApp atau Telegram khusus untuk voice note tausiyah, dengan durasi maksimal 2 menit. Ini sesuai dengan attention span Gen Z yang relatif pendek. Tidak hanya guru, bahkan teman sebaya bisa menjadi penyampai pesan akidah lewat voice note, sehingga kesannya lebih akrab dan tidak menggurui.

Lebih jauh, voice note juga dapat menjadi alat terapi spiritual, misalnya dalam menghadapi stres, kegagalan, atau kehilangan. Mendengar kalimat seperti

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۗ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286), dari suara yang familiar, mampu memberi ketenangan jiwa secara langsung.

  1. Daily Reminder Islami : Menumbuhkan Konsistensi Iman

Dalam psikologi pendidikan, pengulangan adalah kunci pembelajaran jangka panjang. Daily reminder Islami memanfaatkan prinsip ini dengan memberikan asupan ruhani yang ringan namun terus-menerus. Contohnya adalah aplikasi seperti “Muslim Pro” atau “RemindMe Islamic” yang mengirim notifikasi harian berupa ayat, hadis, atau quotes Islami.

Pesan-pesan seperti “Jangan menunda tobat, karena ajal tak pernah menunggu” atau “Ketenangan hati datang dari mengingat Allah” akan terus melekat jika dibaca setiap hari. Seiring waktu, hal ini menumbuhkan kesadaran tauhid, bahwa semua aspek hidup berkaitan dengan keimanan.

Menurut Handayani (2022), model penguatan akidah berbasis digital ini sangat cocok bagi siswa SMA dan mahasiswa awal karena menyesuaikan dengan ritme kehidupan mereka yang sibuk namun akrab dengan gawai .

  1. Penanaman Akidah Melalui Bahasa yang Relatable

Poin penting dalam menyampaikan nilai akidah ke Gen Z adalah penggunaan bahasa yang dekat dengan keseharian mereka. Banyak pesan agama gagal diterima bukan karena isinya, tetapi karena bahasanya terlalu formal, kaku, atau tidak menyentuh pengalaman mereka.

Contoh voice note yang efektif misalnya:

“Lagi overthinking tugas? Ingat, Allah Maha Mengatur. Mungkin Dia sedang mengatur yang lebih baik dari rencanamu.”

Dengan cara ini, materi akidah seperti iman kepada qadha dan qadar atau sifat-sifat Allah menjadi lebih mudah dicerna dan diterapkan.

Pendekatan ini juga sejalan dengan kajian Wahyuni (2020) bahwa bahasa yang bersifat empatik dan kontekstual sangat penting dalam pendidikan akidah berbasis digital.

  1. Pengaruh Figur Seleb-Dakwah dan Influencer Muslim

Dalam realitas media sosial, peran influencer tak bisa diabaikan. Banyak Gen Z lebih mengenal “Ustadz TikTok” atau “Kakak Voice Note Islami” ketimbang guru agama di sekolah. Mereka tertarik bukan hanya karena isi pesan dakwahnya, tetapi juga karena branding personal dan konsistensi konten.

Influencer seperti @felixsiauw, @ustadzabdulsomad, atau @hanan_attaki mampu menyisipkan pesan tauhid, sabar, dan syukur melalui format voice note, reels, atau story yang hanya berdurasi 30 detik namun menggugah. Ini menunjukkan bahwa media pendek pun dapat menjadi sarana dakwah akidah yang efektif asalkan dikemas dengan cerdas.

Menurut Fitria (2022), ini adalah bentuk dakwah kontemporer yang bisa meredam pengaruh negatif dari konten liberal dan sekuler di media sosial .

  1. Membangun Habit Islami Melalui Notifikasi Positif

Daily reminder tidak hanya membentuk pemahaman, tetapi juga membentuk kebiasaan. Misalnya, saat notifikasi berbunyi pada waktu Dhuha atau Ashar dengan isi seperti:

“Saatnya istirahat sejenak, ambil wudu, dan dekatkan diri pada-Nya.”

Tanpa sadar, notifikasi tersebut mengingatkan pengguna untuk menjaga salat dan zikir. Jika dilakukan terus menerus, hal ini berpotensi menjadi habit spiritual, bukan sekadar aktivitas ibadah temporer.

Menurut Kurniawan (2021), keberhasilan pendidikan Islam masa kini tidak cukup diukur dari pemahaman, tetapi dari habit (kebiasaan Islami) yang terbentuk lewat medium digital.

  1. Voice Note sebagai Sarana Introspeksi dan Tadabbur

Selain memberi motivasi, voice note juga bisa diarahkan untuk mengajak introspeksi. Misalnya:

“Sudahkah hari ini kamu bersyukur atas nikmat-Nya? Atau masih sibuk membandingkan hidupmu dengan orang lain?”

Pesan seperti ini bisa mendorong tadabbur dan memperkuat iman secara lebih reflektif. Dalam kondisi hati yang sedang gundah, introspeksi menjadi jalan untuk kembali pada Allah dan menyadari posisi kita sebagai hamba-Nya.

  1. Peluang Kolaborasi dalam Pendidikan Akidah dan digital

Selain memberi motivasi, voice note juga bisa diarahkan untuk mengajak introspeksi. Misalnya:

“Sudahkah hari ini kamu bersyukur atas nikmat-Nya? Atau masih sibuk membandingkan hidupmu dengan orang lain?”

Pesan seperti ini bisa mendorong tadabbur dan memperkuat iman secara lebih reflektif. Dalam kondisi hati yang sedang gundah, introspeksi menjadi jalan untuk kembali pada Allah dan menyadari posisi kita sebagai hamba-Nya.

  1. Peran Konsistensi dan Repetisi dalam Penguatan Akidah

Gen Z adalah generasi yang multitasking dan sering berpindah perhatian dari satu aplikasi ke aplikasi lainnya. Maka, penguatan akidah tidak cukup dengan satu kali ceramah atau satu kali pertemuan. Harus ada konsistensi dan pengulangan pesan agar tertanam secara mendalam.

Voice note dan daily reminder Islami bekerja dengan prinsip repetisi positif. Setiap hari mereka mendengar pesan singkat seperti “Allah Maha Mengetahui niatmu”, “Jangan putus asa, Allah bersamamu”, atau “Rezeki akan datang kepada orang yang bertawakal”.

Menurut Hasan (2021), pengulangan pesan religi secara emosional terbukti mampu membentuk skema berpikir religius dalam diri remaja, terutama jika dimulai sejak masa SMA hingga usia kuliah awal .

  1. Internalisasi Akidah Melalui Pengalaman Digital yang Menyentuh

Tidak hanya mendengar, Gen Z juga terbiasa untuk berinteraksi dengan konten yang mereka konsumsi. Maka, pendekatan dakwah tidak cukup satu arah. Voice note bisa ditindaklanjuti dengan ajakan reflektif, misalnya:

“Setelah kamu dengarkan pesan ini, coba kamu tulis satu nikmat Allah yang kamu syukuri hari ini.”

Dengan cara ini, nilai akidah tidak hanya masuk sebagai pengetahuan, tetapi menjadi pengalaman spiritual personal. Internaliasi nilai iman menjadi lebih kuat karena terjadi proses berpikir dan merasa sekaligus (kognitif-afektif).

Dalam teori psikologi Islam, pendekatan ini sejalan dengan konsep tazkiyatun nafs: penyucian jiwa yang terjadi melalui perenungan, penghayatan, dan kesadaran diri terhadap kehadiran Allah.

 

Dengan demikian, voice note dan daily reminder Islami dapat menjadi media dakwah yang efektif, fleksibel, dan relevan dengan kehidupan spiritual Generasi Z. Media ini tidak hanya menyampaikan pesan-pesan akidah, tetapi juga menguatkan emosi, membangun rutinitas positif, serta menumbuhkan spiritualitas personal dalam format yang ringan dan praktis.

Melalui pendekatan yang menggabungkan teknologi, psikologi perkembangan remaja, dan nilai-nilai keimanan, pendidikan akidah bisa menjangkau Gen Z tanpa terkesan memaksa. Sebaliknya, mereka akan merasa dekat dan terlibat secara emosional, hingga akhirnya nilai-nilai tauhid tertanam secara alami dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Penutup

Media digital seperti voice note dan daily reminder Islami terbukti menjadi sarana efektif dalam menyampaikan nilai-nilai akidah kepada Generasi Z. Dengan gaya komunikasi yang singkat, emosional, dan relevan, media ini mampu menjangkau sisi personal Gen Z yang cenderung mencari makna hidup di tengah derasnya arus informasi dan distraksi digital.

Mulai dari kebutuhan spiritual yang ringan namun bermakna  , peran pesan singkat sebagai pengingat harian , hingga pemanfaatan platform populer seperti WhatsApp dan Instagram , media ini menjawab tantangan dakwah di era digital. Kehadiran seleb-dakwah dan influencer Muslim menambah kekuatan dengan pendekatan yang relatable dan inspiratif , sementara isu psikologis dan spiritual Gen Z menjadikan konten dakwah bernuansa empati sangat relevan .

Voice note Islami juga membuka ruang untuk pemaknaan ulang konsep akidah dalam konteks kekinian , didukung oleh konten berbasis penguatan iman dan kepercayaan diri spiritual , serta peran repetisi dan konsistensi dalam menanamkan nilai-nilai keimanan secara bertahap . Bahkan lebih jauh, media ini mendorong internalisasi akidah secara reflektif dan emosional , sehingga nilai-nilai tauhid tidak sekadar diketahui, tetapi dirasakan dan diamalkan dalam kehidupan nyata.

Secara keseluruhan, pendekatan ini membuktikan bahwa dakwah yang beradaptasi dengan kebutuhan dan karakter generasi akan lebih mampu menyentuh hati dan membentuk karakter religius mereka secara utuh.

DAFTAR PUSTAKA

ANDRIANTO. “MODERASI BERAGAMA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA,” n.d.

Ganesha, Universitas Pendidikan. International Education of Elementary. International Journal of Elementary Education. Vol. 6 (2), 2022.

Khiyaroh, Nada Laili. UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-FALAH, 2024.

Kusumawati, Silviana Putri. “Pendidikan Aqidah-Akhlak Di Era Digital.” EDUSOSHUM: Journal of Islamic Education and Social Humanities 1, no. 3 (2021): 130–38. https://doi.org/10.52366/edusoshum.v1i3.16.

Prof.Dr.HaidarPutraDaulay, M.A. PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA, 2022.

Sujai, Ahmad. “PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN MODERN MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,” no. 22200111 (2023).

Ulfa, Juliah Sri. “Peranan Guru Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa DI MTS Mazaakhirah Baramuli Kelas VIII Pinrang,” 2016, 1–23. http://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/latihan/article/view/1709.

Ummah, Masfi Sya’fiatul. “PENINGKATAN SKILL KOSA KATA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN MEDIA VIDIO PEMBELAJARAN SISWA Musdalifah.” Sustainability (Switzerland) 11, no. 1 (2019): 1–14. http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI.

 Silviana Putri Kusumawati, “Pendidikan Aqidah-Akhlak Di Era Digital,” EDUSOSHUM: Journal of Islamic Education and Social Humanities 1, no. 3 (2021): 130–38, https://doi.org/10.52366/edusoshum.v1i3.16.

[2] Universitas Pendidikan Ganesha, International Education of Elementary, International Journal of Elementary Education, vol. 6 (2), 2022.

M.A. Prof.Dr.HaidarPutraDaulay, PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA, 2022.

Masfi Sya’fiatul Ummah, “PENINGKATAN SKILL KOSA KATA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN MEDIA VIDIO PEMBELAJARAN SISWA Musdalifah,” Sustainability (Switzerland) 11, no. 1 (2019): 1–14, http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI.

Nada Laili Khiyaroh, UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-FALAH, 2024.

Ganesha, International Education of Elementary.

Prof.Dr.HaidarPutraDaulay, PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA.

Kusumawati, “Pendidikan Aqidah-Akhlak Di Era Digital.”

ANDRIANTO, “MODERASI BERAGAMA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA,” n.d.

Juliah Sri Ulfa, “Peranan Guru Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa DI MTS Mazaakhirah Baramuli Kelas VIII Pinrang,” 2016, 1–23, http://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/latihan/article/view/1709.

Ahmad Sujai, “PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN MODERN MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,” no. 22200111 (2023).


0 Comments

Leave a Reply