ANALISIS MATERI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN MAHASISWA

Published by Buletin Al Anwar on

Najeh Ahmad Alimudin

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Email: [email protected]

Abstrak

Indonesia memiliki keuntungan demografis dengan populasi anak muda yang lebih banyak dibandingkan orang tua. Hal ini menciptakan peluang bagi generasi muda untuk berkontribusi dalam berbagai bidang, namun juga dihadapkan pada tantangan moral akibat pengaruh budaya Barat dan globalisasi. Krisis moral di kalangan generasi milenial menjadi masalah serius yang mempengaruhi perilaku dan disiplin mereka. Pendidikan akidah akhlak diharapkan dapat membentuk karakter siswa melalui pembelajaran yang terstruktur, yang menekankan pentingnya disiplin dan moralitas. Melalui pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, siswa dapat diharapkan memiliki akhlak yang baik, serta mampu beradaptasi dengan tantangan zaman, sehingga mampu menjadi individu yang beriman dan bertakwa.

Kata kunci :  Demografi, Generasi Muda, Krisis Moral, Pendidian Akidah Akhlak, Disiplin, Karakter, Ajaran Islam.

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara yang saat ini diuntungkan secara demografis, di mana jumlah anak muda lebih banyak daripada orang tua. Hal ini tentu akan menjadi keuntungan bagi negara Indonesia untuk mengelola dan mempekerjakan pekerja muda. Baik melalui kreativitas mereka di bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan kesehatan untuk memajukan bangsa ini.

Saat ini, seiring waktu, perubahan difokuskan pada pundak generasi muda. Diharapkan membawa lebih banyak perubahan dari sebelumnya. Baik pada tingkat moral, akademik, intelektual, agama, adat istiadat, moral dan karya seni. Sepanjang sejarah, generasi muda telah berada di garis depan dalam mengubah masa depan bangsa. Namun kenyataannya saat ini justru sebaliknya, kita dapat melihat bahwa generasi milenial semakin prihatin, virus pemikiran dan budaya Barat telah membawa mereka ke ambang kehancuran. Kencan, pergaulan bebas, seks kasual, aborsi, narkoba, belanja, kejahatan fisik dan LGBT juga menghiasi kehidupan milenial.

Hal ini menyebabkan krisis moral dan kepercayaan yang lemah. Ini adalah penurunan moral dan etika nyata yang kita lihat bersama. Ditambah dengan arus globalisasi yang tak tertahankan, kasus-kasus terus meningkat bahkan di pedesaan. Hal di atas terjadi karena kurangnya kesadaran generasi muda tentang perilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari, perilaku disiplin berperan penting dalam membentuk karakter dan kepribadian secara umum. Disiplin dalam proses pendidikan sangat diperlukan, karena tidak hanya berfungsi untuk menjaga kondisi kelancaran belajar mengajar, tetapi juga untuk menciptakan kepribadian yang kuat pada setiap siswa.

Banyak lembaga pendidikan di Indonesia yang mampu memberikan pengetahuan kepada mahasiswanya, namun hanya sedikit lembaga pendidikan yang mampu menjadikan mahasiswa sebagai anak bermoral. Kecanggihan teknologi justru gagal membentuk karakter moral mahasiswa, padahal kecanggihan teknologi dapat membuat mahasiswa menjadi individualis, kurang memperhatikan aturan atau adat istiadat di lingkungannya. Guru sebagai pendidik di sekolah memiliki peran penting dalam membentuk sikap siswa terhadap perilaku disiplin. Setiap guru harus selalu menjadi panutan dan pusat perhatian bagi siswanya. Guru merupakan faktor penting dalam proses membimbing siswa dan mengarahkan mereka ke arah yang diinginkan. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan dan kehancuran suatu bangsa bergantung pada guru yang menjadi pemimpin generasi muda.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab besar untuk mencapai tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional, yaitu mengembangkan potensi siswa untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki akhlak yang mulia. Sehingga, selain mencerdaskan bangsa, sekolah juga bertugas membentuk semangat mahasiswa yang baik mulai dari disiplin. Kita masih menemukan dan melihat masalah kemerosotan moral, apalagi saat ini semakin banyak tantangan dan godaan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, saat ini orang dapat dengan mudah berkomunikasi tentang apa pun di dunia ini, baik maupun buruk, karena ada sarana komunikasi. Peristiwa baik dan buruk lebih mudah dilihat melalui televisi, internet, faks, dll. Ada juga banyak film, buku, dan hiburan yang menggambarkan adegan penistaan. Hal yang sama berlaku untuk obat-obatan dan alkohol.

Krisis moral tidak membedakan antara kasta dan usia, baik di desa maupun di kota, laki-laki atau perempuan, dan tanpa sapaan, Dia dapat menyerang siapa saja yang tidak mengambil sikap tegas. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa krisis moral, perilaku, dan kedisiplinan tidak hanya mempengaruhi generasi milenial, tetapi kini telah memasuki dunia pendidikan, dan merupakan masalah yang cukup rumit (Ridwanulloh et al, 2022).

Pendidikan Akidah Akhlak

Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus memperhatikan perbedaan kepribadian siswa, baik dalam aspek fisiologis, psikologis maupun intelektual. Kerangka kerja ini dimaksudkan untuk memudahkan guru dalam mendekati siswa secara pribadi.

Menurut Chauhan, pembelajaran merupakan upaya untuk memberikan stimulus, arahan, dan bimbingan serta dorongan kepada siswa sehingga terjadi proses transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Chauhan juga mengungkapkan bahwa “belajar adalah proses dengan perilaku (dalam arti yang lebih luas) diubah melalui praaktif atau pelatihan.” (Belajar adalah proses perubahan perilaku (dalam arti luas) yang dibawa atau diubah melalui latihan atau praktik.) Belajar adalah hal terpenting dalam proses pembelajaran (Sunhaji, 2014).

Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan dalam pendidikan. Dalam kegiatan pembelajaran akan melibatkan semua komponen pembelajaran dan akan menentukan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa dilibatkan dalam proses interaksi dan materi pembelajaran sebagai media (Mujiyem, 2019).

Kegiatan belajar mengajar merupakan wadah pendukung untuk menanamkan nilai-nilai dan membangun karakter siswa, karena dalam pembelajaran guru dapat mengasosiasikan materi pelajaran dengan pembentukan karakter siswa. Selain itu, guru dapat memberikan contoh yang baik bagi siswa, baik dalam kegiatan belajar mengajar. Dan siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat (Hasanah, 2021). Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan memperoleh ilmu yang telah ditetapkan.

Gordon di Aunurrah dalam proses pembelajaran, pengembangan potensi mahasiswa harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi. Perkembangan potensi siswa yang tidak seimbang pada gilirannya membuat pendidikan cenderung lebih mementingkan pengembangan satu aspek kepribadian tertentu, khusus dan parsial. Gagne, Briggs & Wager di Rusmono, mengatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian 8 kegiatan yang telah dirancang untuk memungkinkan proses pembelajaran terjadi.

Menurut bahasanya, Akidah berasal dari kata al-‘aqd (العقد .) Itu adalah ikatan, berputar, menetapkan, memperkuat, mengikat dengan kuat, berpegang teguh, diperkuat dan diyakinkan. Sedangkan dalam istilah, kredo adalah hal-hal yang harus dibenarkan oleh hati, dan jiwa merasa nyaman tentang hal itu, sehingga keyakinan menjadi teguh tanpa keraguan.

Menurut syaha’ adalah keyakinan yang teguh pada segala hal yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang berhubungan dengan tiga pokok syahadat Islam, yaitu:

  • Ketuhanan: meliputi atribut dan nama Allah Ta’ala dan segala karya-Nya
  • Kenabian: mencakup kualitas Nabi dan hewan peliharaan mereka dalam menyampaikan wahyu, percaya pada mukjizat dan mukjizat yang diberikan kepada mereka dan kitab-kitab yang diungkapkan kepada mereka
  • Alam kebangkitan: meliputi: a) Alam spiritual, yaitu alam yang tidak dapat dilihat dengan mata, B) Alam kubur, yang membahas alam kubur hingga bangkit kembali pada hari kiamat, C) Kehidupan di akhirat, yaitu pada saat pembalasan atas perbuatan (Firdaus, 2006).

Pengertian akhlak secara etimologis berasal dari kata “Khuluq” dan jamanya “Akhlaq”, yang berarti etika, etika, moral. Demikian pula, kata “Khuluq” memiliki kesesuaian dengan “Khilqun”, kecuali bahwa khuluq adalah temperamen manusia dari dalam (spiritual) sedangkan khilqun adalah temperamen manusia dari luar (fisik) (Abdullah, 2005).

Pengertian akhlak dari segi linguistik berasal dari bahasa Arab yaitu isim mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan wazan tsulasi majidaf’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti temperamen, perilaku, karakter, perilaku, karakter, kebiasaan, dan lain-lain. Dan definisi Akhlak dalam istilah menurut Ibnu Miskawih (w. 421 H/1030 M) yang dikenal sebagai ahli terkemuka dan sebelumnya di bidang Akhlak yang mengungkapkan akhlak adalah:

“Sifat yang tertanam dalam jiwalah yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”

Sementara itu, menurut Imam Al-Ghazali Akhlak adalah:

“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang memunculkan berbagai tindakan dengan mudah dan mudah, tanpa perlu dipikirkan dan dipertimbangkan.”

Ibnu Maskawaih dalam bukunya “Tahdzibul Akhlak Wa That-hirul A‟raq” mendefinisikan moralitas sebagai keadaan gerak jika yang mendorong ke arah melakukan tindakan tanpa perlu berpikir (Abdullah, 2005).

Belajar aqidah akhlak merupakan upaya sadar dan terencana dalam mempersiapkan siswa untuk mengetahui, memahami, hidup dan beriman kepada Allah SWT dan mewujudkannya dalam perilaku akhlak luhur dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits melalui bimbingan, pengajaran, pelatihan, dan penggunaan pengalaman. Dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dan hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujudnya persatuan dan persatuan bangsa (Depag, 2004).

Pelajaran Akidah Akhlak sebagaimana tertuang dalam Kurikulum Madrasah tahun 2004 merupakan upaya sadar dan terencana dalam mempersiapkan siswa untuk mengetahui, memahami, menginternalisasikan, dan beriman kepada Allah SWT dan melibatkannya dalam akhlak luhur yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan, pengalaman, dan pembiasaan. Dalam masyarakat yang majemuk, di bidang keagamaan, pendidikan kredo moral juga diarahkan untuk memperkuat kredo di satu sisi dan juga meningkatkan toleransi dan saling menghormati agama lain dengan tujuan mewujudkan persatuan dan persatuan bangsa (Depag, 2004). Dari beberapa pemahaman di atas dapat dirumuskan bahwa belajar Aqidah Akhlak adalah proses transfer pengetahuan dan pengetahuan dari guru kepada siswa dan sumber belajar yang mengajarkan tentang tauhid atau kepercayaan yang teguh kepada Tuhan, yang harus disembah dan amal baik atau mulia dilakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pelatihan, pengajaran, pelatihan,  dan pembiasaan.

Singkatnya, dapat disimpulkan bahwa moralitas bertujuan untuk memberikan bimbingan atau pencerahan kepada manusia dalam mengetahui dan menentukan antara perbuatan baik dan perbuatan buruk, kemudian dalam hal perbuatan baik ia berusaha melakukannya, dan terhadap perbuatan buruk ia berusaha meninggalkannya.

Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak Kepada Siswa

  • Menanamkan nilai-nilai dan ajaran Islam sebagai pedoman untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup di dunia dan akhirat.
  • Memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta mengembangkan akhlak luhur siswa semaksimal mungkin, melanjutkan pendidikan yang telah dilaksanakan dalam keluarga.
  • Penyesuaian mental dan diri siswa terhadap lingkungan fisik dan sosial dengan bekal kredo moral.
  • Peningkatan masalah kelemahan siswa dalam keyakinan, praktik ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
  • Mengajarkan tentang informasi dan pengetahuan tentang iman dan moral, serta sistem fungsionalnya.
  • Penyediaan siswa untuk mengeksplorasi keyakinan moral pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Tujuan Pembangunan Karakter

Pembentukan karakter pada sdasarnya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, berakhlak, toleran, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai dengan keimanan saleh kepada Allah sesuai dengan ajaran Islam. Pembentukan karakter dilakukan melalui berbagai media yang meliputi keluarga, satuan pendidikan, komunitas, pemerintah, dunia usaha dan media massa. Selain itu, pembangunan karakter berfungsi untuk:

  • Kembangkanpotensi dasar untuk berbuat baik, berpikir dengan baik, dan berperilaku baik.
  • Memperkuat dan membangun perilaku bangsa multicultural
  • Meningkatkan peradaban bangsa yang berdaya saing dalam hubungan dunia.

Hubungan Pembelajaran Akidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Disiplin Siswa

Aqidah Akhlak adalah mata kuliah di sekolah atau madrasah yang membahas ajaran Islam dalam kaitannya dengan aqidah dan moralitas, juga diintegrasikan ke dalam tema Islam yang memberikan bimbingan bagi siswa, sehingga siswa dapat memahami, hidup dan percaya pada kebenaran ajaran Islam. Pada saat yang sama, pembentukan karakter merupakan bagian penting dari orientasi pendidikan agama Islam.

Dengan tujuan membentuk bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, berakhlak, toleran, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah sesuai ajaran Islam. Sehingga mampu membimbing siswa (memahami, menghidupi dan percaya kebenaran ajaran Islam) siswa diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai moral yang menjadi dasar utama pembentukan kepribadian muslim. Hal ini agar mahasiswa dapat menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta memiliki akhlak mulia.

Oleh karena itu, belajar Aqidah Akhlak memiliki hubungan atau hubungan dengan pembentukan karakter disiplin siswa, karena dengan belajar Akidah Akhlak hal ini dapat mempengaruhi siswa untuk menjadi manusia yang berkarakter dan berkarakter, serta memberikan pengalaman belajar kepada siswa sehingga siswa dapat menerapkan ilmu yang dipelajari di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Pembentukan karakter pada dasarnya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, berakhlak, toleran, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai dengan keimanan saleh kepada Allah sesuai dengan ajaran Islam. Pembentukan karakter dilakukan melalui berbagai media yang meliputi keluarga, satuan pendidikan, komunitas, pemerintah, dunia usaha dan media massa. Selain itu, pembentukan karakter bekerja untuk:

  • Mengembangkan potensi dasar untuk berbuat baik, berpikir dengan baik, dan berperilaku baik
  • Memperkuat dan membangun perilaku bangsa multicultural
  • Meningkatkan peradaban suatu bangsa yang berdaya saing dalam hubungan dunia.

Hubungan pembelajaran Akidah Akhlak dalam pembentukan karakter kedisiplinan siswa. Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran di sekolah atau madrasah yang membahas ajaran Islam dalam kaitannya dengan aqidah dan moralitas, juga diintegrasikan ke dalam tema agama Islam yang memberikan bimbingan bagi siswa, sehingga siswa dapat memahami, hidup dan percaya pada kebenaran ajaran Islam. Pada saat yang sama, pembentukan karakter merupakan bagian penting dari orientasi pendidikan agama Islam.

Dengan tujuan membentuk bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, berakhlak, toleran, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah sesuai ajaran Islam. Sehingga mampu membimbing siswa (memahami, menghidupi dan percaya kebenaran ajaran Islam) siswa diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai moral yang menjadi dasar utama pembentukan kepribadian muslim. Hal ini agar mahasiswa dapat menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta memiliki akhlak mulia.

Oleh karena itu, belajar Aqidah Akhlak memiliki hubungan atau hubungan dengan pembentukan karakter disiplin siswa, karena dengan belajar Akidah Akhlak hal ini dapat mempengaruhi siswa untuk menjadi manusia yang berkarakter dan berkarakter, serta memberikan pengalaman belajar kepada siswa sehingga siswa dapat menerapkan ilmu yang dipelajari di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi

Ridwanulloh, M. U., & Wulandari, A. D. W. (2022). Peran Pendidikan Agama Di Era Modernisasi Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Baik. SITTAH: Journal of Primary Education, 3(1), 28–44. https://doi.org/10.30762/sittah.v3i1.53

Sunhaji. (2014). Konsep Manajemen Kelas Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran, Jurnal Kependidikan IAIN Purwokerto, vol. 2, no. 2, 2014

Sapti, M. (2019). Efektivitas Pembelajaran Aqidah Akhlak Berbasis Manajemen Kelas. Jurnal Al-Ta’dib, 53.9 (2019), 127–44

Hasanah, N. (2021). The Role of Madrasah Ibtidaiyah in Building Student Characters in The Era Of The 4.0 Industrial RevolutionNazhruna: Jurnal Pendidikan Islam4(2), 310-319. https://doi.org/10.31538/nzh.v4i2.1304

Firdaus, Al Hisyam. (2006). Indonesian Arabic Dictionary. Surabaya: Gita Media Press

Al-Atsari, Abdullah bin “Abdil Hamid. (2005). Complete Guide to Aqidah. Bogor: Pustaka Ibn Kathir

Depag RI. (2004). Kurikulum 2004, Pedoman Khusus Al-Qur`an & Hadits Madrasah Aliyah.


0 Comments

Leave a Reply