Metode Interaktif dan Teknologi dalam Pengajaran Akidah untuk Memperkuat Iman Generasi Z

Oleh: Najeh Alimudin
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
ABSTRAK
Pentingnya akidah dalam membentuk identitas dan moral Generasi yang tumbuh di tengah perubahan cepat dan informasi yang beragam. Penelitian ini menggunakan metode literasi untuk mengeksplorasi peran akidah sebagai pilar utama dalam pencarian identitas diri dan sebagai pedoman etika yang kuat. Hasil menunjukkan bahwa akidah memberikan dasar kokoh bagi Generasi Z untuk memahami nilai-nilai yang mereka anut, membedakan antara yang benar dan yang salah, serta mengembangkan karakter yang bertanggung jawab. Metode pembelajaran interaktif, seperti diskusi kelompok dan proyek kolaboratif, terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang akidah, sementara penggunaan teknologi, termasuk aplikasi edukasi dan media sosial, menciptakan pengalaman belajar yang dinamis. Dengan demikian, kombinasi antara akidah yang kuat dan metode pengajaran yang tepat dapat membangun ketahanan iman di era digital, mendukung Generasi Z dalam menghadapi tantangan zaman, serta memungkinkan kolaborasi antara keluarga dan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengajaran akidah, sehingga generasi mendatang dapat tumbuh menjadi individu yang beriman, kritis, dan bertanggung jawab.
Kata Kunci : Akidah, Generasi Z, Pembelajaran interaktif
PENDAHULUAN
Generasi Z, yang mencakup individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, merupakan kelompok demografis yang tumbuh dalam era digital. Mereka adalah generasi pertama yang tidak mengenal dunia tanpa internet, sehingga karakteristik dan pola pikir mereka sangat dipengaruhi oleh teknologi dan akses informasi yang cepat. Salah satu ciri khas Generasi Z adalah keterhubungan yang tinggi; mereka dikenal sebagai “digital natives” yang menghabiskan banyak waktu di media sosial dan platform digital, terhubung dengan teman-teman serta informasi dari seluruh dunia (Munawir dkk., 2024). Hal ini memberikan mereka pandangan yang lebih global dan terbuka terhadap berbagai ide dan budaya. Selain itu, Generasi Z cenderung lebih kritis dan skeptis terhadap informasi yang mereka terima, mampu membandingkan berbagai sudut pandang, dan sering kali mempertanyakan sumber serta kebenaran informasi. Mereka juga tumbuh dalam lingkungan yang lebih beragam dan inklusif, menghargai perbedaan, dan berusaha menciptakan ruang bagi semua orang, terlepas dari latar belakang agama atau identitas lainnya. Keberanian mereka untuk bertindak nyata pada isu-isu sosial menunjukkan bahwa mereka peduli akan dampak positif di lingkungan sekitar.
Namun, pendidikan agama, khususnya pengajaran akidah, menghadapi berbagai tantangan dalam menjangkau Generasi Z. Persepsi negatif terhadap agama yang sering dipaparkan melalui media dapat menyebabkan skeptisisme atau penolakan terhadap ajaran agama tertentu. Selain itu, banyak materi pendidikan agama yang tidak disajikan dengan cara yang menarik bagi mereka, yang lebih menyukai konten interaktif dan multimodal. Budaya populer juga kerap bertentangan dengan nilai-nilai akidah, memengaruhi keyakinan dan praktik keagamaan mereka. Di tengah pencarian identitas diri, generasi ini sering merasa terjebak antara tradisi agama dan modernitas, mengalami kebingungan dalam menerapkan ajaran agama dalam konteks kehidupan sehari-hari yang kompleks (Akhmad dkk., t.t.). Meskipun teknologi memberikan akses yang lebih luas terhadap informasi, tidak semua individu dalam Generasi Z memiliki kesempatan yang sama untuk belajar tentang akidah, yang dapat disebabkan oleh kurangnya sumber daya atau dukungan lingkungan (Hasan & Zubairi, 2023). Oleh karena itu, memahami karakteristik dan tantangan yang dihadapi Generasi Z adalah kunci untuk merancang pendekatan pengajaran akidah yang efektif, membantu mereka menemukan makna dalam akidah dan memperkuat iman di tengah tantangan zaman modern.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif deskriptif yang berlandaskan pada studi pustaka. Tujuan utamanya adalah menelaah berbagai teori, konsep, serta hasil riset sebelumnya yang berkaitam dengan penggunaan metode interaktif dan teknologi dalam pembelajaran akidah, khususnya dalam memperkuat iman dikalangan Generasi Z.
Studi ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode kajian literatur, dimana seluruh data dikumpulkan melalui telaah terhadap sumber-sumber sekunder yang terpercaya seperti jurnal akademik, buku referensi, dan artikel ilmiah yang relevan.
Proses analisis data dilakukan dalam tiga tahapan utama, yaitu (a) membaca dan menelaah isi dari setiap sumber literatur yang telah dipilih, (b) mengelompokkan temuan ke dalam tema-tema kunci seperti metode interaktif, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan agama, serta kesesuaian pendekatan tersebut dengan karakteristik Gen Z, (c) menyusun kesimpulan melalui sintetis terhadap berbagai temuan yang telah dianalisis.
Melalui pendekatan ini, penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai peluang, kendala, dan efektifias pemanfaatan metode interaktif serta teknologi dalam pengajaran akidah guna memperkuat keimanan Generasi Z.
PEMBAHASAN
Pentingnya Akidah Bagi Identitas Dan Moral Generasi Z.
Akidah, sebagai inti dari keyakinan agama, memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk identitas dan moral Generasi Z. Dalam konteks dunia yang penuh dengan perubahan cepat dan beragam informasi, akidah memberikan dasar yang kuat bagi individu untuk memahami siapa diri mereka dan nilai-nilai yang mereka anut (Muliati, 2020). Pertama-tama, akidah berfungsi sebagai pilar utama dalam pencarian identitas diri. Generasi Z, yang sering kali berada dalam fase eksplorasi, mencari makna dan tujuan hidup. Dengan memiliki akidah yang jelas, mereka dapat menemukan jati diri mereka yang sejati, yang membantu mereka menghadapi tantangan dan tekanan sosial yang mungkin muncul.
Selain itu, akidah juga berkontribusi signifikan terhadap perkembangan moral Generasi Z (Munawir dkk., 2024). Dalam masyarakat yang sering kali dihadapkan pada ambiguitas moral dan nilai-nilai yang saling bertentangan, akidah memberikan pedoman etika yang kokoh. Nilai-nilai yang terkandung dalam akidah membantu mereka untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, serta membentuk sikap empati terhadap sesama. Dengan landasan moral yang kuat, Generasi Z dapat mengembangkan karakter yang baik dan bertanggung jawab, serta berkontribusi positif kepada masyarakat.
Namun, untuk memastikan bahwa akidah dapat diinternalisasi dengan baik, metode pengajaran yang efektif sangatlah penting (Akhmad dkk., t.t.). Di sinilah metode interaktif dalam pengajaran berperan. Pengajaran akidah yang didukung oleh metode interaktif dapat membuat materi lebih menarik dan relevan bagi Generasi Z. Misalnya, melalui diskusi kelompok dan proyek kolaboratif, siswa dapat mengeksplorasi konsep akidah dengan cara yang lebih mendalam dan bermakna. Metode ini tidak hanya mendorong keterlibatan, tetapi juga memungkinkan siswa untuk berbagi pandangan dan pengalaman mereka, yang semakin memperkuat pemahaman mereka tentang akidah.
Selain itu, penggunaan teknologi dalam pengajaran akidah, seperti aplikasi edukasi dan platform media sosial, dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih dinamis. Dengan mengadopsi pendekatan yang interaktif, pendidik dapat membantu Generasi Z tidak hanya memahami akidah secara teori, tetapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pengalaman langsung dan partisipasi aktif, siswa akan lebih mampu menginternalisasi nilai-nilai akidah yang penting bagi identitas dan moral mereka. Dengan demikian, kombinasi antara akidah yang kuat dan metode pengajaran interaktif akan menghasilkan generasi muda yang tidak hanya beriman, tetapi juga siap untuk menghadapi tantangan zaman dengan integritas dan tanggung jawab.
Teknik Pembelajaran Berbasis Diskusi Dan Partisipasi Aktif.
Teknik pembelajaran berbasis diskusi dan partisipasi aktif adalah metode yang efektif untuk mengajarkan akidah kepada Generasi Z. Metode ini mendorong siswa untuk berinteraksi, berbagi pemikiran, dan memperdalam pemahaman mereka melalui dialog konstruktif. Diskusi kelompok memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi berbagai perspektif mengenai ajaran akidah, memfasilitasi pemikiran kritis, dan memperkuat keterampilan komunikasi (Sy dkk., 2014). Dengan terlibat secara aktif, siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi juga mengolah dan mendiskusikannya, yang memperkuat pemahaman mereka.
Contoh Kegiatan Interaktif yang Dapat Diterapkan
Beberapa kegiatan interaktif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran akidah meliputi:
- Forum Diskusi
Mengadakan forum diskusi di kelas di mana siswa dapat membahas topik-topik akidah tertentu. Misalnya, topik tentang nilai-nilai moral dalam ajaran agama dapat menjadi bahan diskusi yang menarik. Siswa dapat dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan pandangan mereka sebelum berbagi dengan kelas.
- Debat Terstruktur
Mengorganisir sesi debat tentang isu-isu kontemporer yang relevan dengan akidah. Siswa dapat dibagi menjadi dua tim, satu mendukung dan satu menentang, sehingga mereka bisa mengembangkan argumen yang berlandaskan pada nilai-nilai akidah yang relevan.
- Studi Kasus
Menyajikan studi kasus yang terkait dengan tantangan moral dan etika yang dihadapi Generasi Z. Siswa dapat bekerja dalam kelompok untuk menganalisis kasus tersebut dan merumuskan solusi berdasarkan prinsip-prinsip akidah.
- Proyek Kreatif
Mengajak siswa untuk membuat presentasi atau video yang menggambarkan ajaran akidah yang mereka pelajari. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga memungkinkan mereka untuk mengekspresikan kreativitas.
Memanfaatkan Teknologi untuk Pengajaran Akidah
Teknologi dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam mendukung teknik pembelajaran berbasis diskusi dan partisipasi aktif. Penggunaan platform digital, seperti forum online, aplikasi edukasi, dan media sosial, dapat memperluas ruang diskusi di luar kelas. Berikut beberapa cara untuk memanfaatkan teknologi:
- Platform Pembelajaran Daring
Menggunakan platform seperti Google Classroom atau Edmodo untuk memfasilitasi diskusi kelas. Siswa dapat memposting pertanyaan, komentar, dan jawaban di forum online, memungkinkan mereka untuk berinteraksi meski tidak bertatap muka.
- Video Konferensi
Mengadakan sesi diskusi atau webinar melalui Zoom atau Microsoft Teams. Ini memungkinkan partisipasi siswa dari berbagai lokasi, meningkatkan aksesibilitas dan keterlibatan.
- Aplikasi Edukasi
Memanfaatkan aplikasi seperti Kahoot atau Quizlet untuk membuat kuis interaktif yang berkaitan dengan akidah. Siswa dapat berkompetisi dalam kelompok, menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan menarik.
- Media Sosial
Menggunakan platform media sosial untuk menciptakan grup diskusi atau kampanye mengenai nilai-nilai akidah. Siswa dapat berbagi artikel, video, atau konten yang relevan, mendorong diskusi yang lebih luas.
Dengan mengintegrasikan teknik pembelajaran berbasis diskusi dan partisipasi aktif dengan teknologi, pengajaran akidah menjadi lebih dinamis dan relevan bagi Generasi Z. Metode ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka tentang akidah, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan penting yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Aplikasi Dan Platform Digital Yang Mendukung Pembelajaran.
Di era digital saat ini, berbagai aplikasi dan platform dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran akidah, menjadikannya lebih interaktif dan menarik bagi Generasi Z. Aplikasi seperti Muslim Pro, Quran Companion, dan Al-Quran Digital menyediakan akses mudah ke materi akidah, tafsir, dan pelajaran agama lainnya. Selain itu, platform pembelajaran daring seperti Google Classroom dan Edmodo memungkinkan pengajar untuk membagikan materi, tugas, dan melakukan diskusi secara online, sehingga siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja.
- Penggunaan Media Sosial sebagai Alat Dakwah dan Edukasi
Media sosial juga memainkan peran penting dalam dakwah dan edukasi. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube memungkinkan penyebaran informasi secara cepat dan luas. Melalui konten kreatif yang menarik, seperti video pendek, infografis, dan ceramah online, para pendakwah dan pendidik dapat menjangkau audiens yang lebih luas. Misalnya, akun-akun yang membagikan kutipan inspiratif dari kitab suci, penjelasan tentang nilai-nilai akidah, serta diskusi tentang isu-isu kontemporer dapat menarik perhatian Generasi Z.
Penggunaan media sosial juga memungkinkan interaksi langsung antara pendidik dan siswa. Siswa dapat mengajukan pertanyaan, berdiskusi, dan berbagi pengalaman mereka, menciptakan ruang dialog yang terbuka. Dengan cara ini, media sosial tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai platform untuk pembelajaran yang aktif dan partisipatif.
- Membangun Ketahanan Iman di Era Digital
Di tengah arus informasi yang sangat cepat dan seringkali membingungkan, membangun ketahanan iman di kalangan Generasi Z menjadi sangat penting. Ketahanan iman dapat diperkuat melalui pendekatan yang berbasis pada pemahaman yang mendalam tentang akidah dan nilai-nilai agama. Aplikasi dan platform digital dapat digunakan untuk menyediakan materi yang mendidik dan memperkuat iman. Misalnya, program pembelajaran daring yang mencakup kajian akidah, diskusi interaktif, dan pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan siswa pemahaman yang lebih baik tentang keyakinan mereka.
Selain itu, penting untuk mengajarkan Generasi Z cara kritis dalam mengevaluasi informasi yang mereka terima melalui media digital. Dengan keterampilan ini, mereka dapat membedakan antara informasi yang bermanfaat dan yang menyesatkan, sehingga dapat menjaga iman mereka dari pengaruh negatif. Mengintegrasikan nilai-nilai akidah dalam konteks digital dapat membantu mereka menghadapi tantangan zaman modern dengan lebih percaya diri.
Secara keseluruhan, aplikasi dan platform digital, bersama dengan media sosial, memberikan peluang besar untuk mendukung pembelajaran akidah dan dakwah. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat membangun ketahanan iman di era digital, membantu Generasi Z untuk tumbuh sebagai individu yang beriman dan bertanggung jawab dalam masyarakat yang semakin kompleks.
- Strategi untuk menghadapi tantangan informasi dan disinformasi.
Di era digital, tantangan informasi dan disinformasi semakin meningkat, terutama bagi Generasi Z yang sering terpapar pada berbagai sumber informasi. Untuk menghadapi tantangan ini, penting untuk mengembangkan strategi yang efektif. Pertama, keterampilan literasi media perlu ditingkatkan. Siswa harus diajarkan cara mengevaluasi sumber informasi, memahami bias, dan mengenali berita palsu. Ini dapat dilakukan melalui pelatihan di sekolah dan komunitas yang fokus pada cara mencari dan menilai informasi yang akurat.
Kedua, penguatan akidah menjadi penting sebagai filter dalam menyaring informasi. Dengan memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai agama, Generasi Z dapat lebih mudah mengenali informasi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip akidah mereka. Ketiga, diskusi terbuka mengenai isu-isu kontemporer dapat membantu siswa membangun pemikiran kritis. Dengan mendiskusikan berita dan informasi terkini dalam konteks akidah, mereka dapat belajar untuk menganalisis dan memberikan pendapat yang berlandaskan pada nilai-nilai yang mereka anut.
- Praktik Spiritual yang Dapat Dilakukan dalam Kehidupan Sehari-hari
Praktik spiritual dalam kehidupan sehari-hari sangat penting untuk memperkuat iman. Salah satu praktik yang dapat dilakukan adalah melaksanakan ibadah rutin, seperti shalat lima waktu, membaca Al-Qur’an, dan berdoa. Kegiatan ini tidak hanya menumbuhkan kedekatan dengan Tuhan, tetapi juga memberikan kedamaian dalam hidup sehari-hari.
Selain itu, refleksi diri juga merupakan praktik yang bermanfaat. Meluangkan waktu untuk merenungkan tindakan dan tujuan hidup dapat membantu individu untuk tetap fokus pada nilai-nilai akidah. Mempraktikkan amal dan kebaikan, seperti membantu sesama dan terlibat dalam kegiatan sosial, juga merupakan cara untuk memperkuat iman dan membangun komunitas yang lebih baik.
- Peran Keluarga dan Komunitas dalam Peningkatan Iman
Keluarga dan komunitas memiliki peranan yang sangat penting dalam peningkatan iman Generasi Z. Keluarga adalah lingkungan pertama di mana nilai-nilai keagamaan ditanamkan. Dengan menciptakan atmosfer yang mendukung, seperti melibatkan anak-anak dalam ibadah, diskusi tentang nilai-nilai akidah, dan kegiatan keagamaan, keluarga dapat membantu memperkuat iman anak-anak mereka.
Komunitas juga berperan dalam memberikan dukungan sosial dan spiritual. Kegiatan seperti pengajian, seminar, dan acara sosial yang berbasis pada nilai-nilai agama dapat memperkuat ikatan antara anggota komunitas. Melalui interaksi dan kolaborasi dalam kegiatan positif, Generasi Z dapat merasa lebih terhubung dan memiliki tempat untuk berbagi pengalaman serta mendapatkan dukungan dalam perjalanan spiritual mereka.
Secara keseluruhan, menghadapi tantangan informasi dan disinformasi, mempraktikkan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari, serta melibatkan keluarga dan komunitas dalam peningkatan iman adalah langkah-langkah penting untuk membantu Generasi Z tumbuh menjadi individu yang beriman, kritis, dan bertanggung jawab.
Pentingnya Dukungan Lingkungan Dalam Pengajaran Akidah.
Dukungan lingkungan sangat penting dalam pengajaran akidah, karena lingkungan yang positif dapat memperkuat pemahaman dan penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan yang terdiri dari keluarga, sekolah, dan komunitas berperan sebagai fondasi dalam pembentukan karakter dan iman anak-anak (Hasan & Zubairi, 2023). Ketika orang tua, guru, dan anggota komunitas saling mendukung, mereka menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan spiritual dan moral anak-anak. Hal ini memungkinkan anak-anak merasa aman untuk bertanya, berdiskusi, dan mengeksplorasi ajaran akidah, sehingga mereka dapat menginternalisasi nilai-nilai tersebut dengan lebih baik.
Contoh Kolaborasi antara Orang Tua, Guru, dan Komunitas
Salah satu contoh kolaborasi yang efektif adalah program pengajian keluarga yang melibatkan orang tua dan anak-anak. Dalam program ini, orang tua dan guru dapat berkolaborasi untuk mengadakan sesi pembelajaran akidah secara rutin, di mana orang tua juga terlibat dalam proses belajar. Misalnya, mereka dapat menyelenggarakan diskusi tentang nilai-nilai akidah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti kejujuran, toleransi, dan empati. Dengan melibatkan orang tua, anak-anak merasa didukung oleh kedua pihak, sehingga mereka lebih termotivasi untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
Selain itu, kegiatan komunitas seperti seminar atau workshop yang diadakan di masjid atau pusat komunitas dapat menjadi sarana kolaborasi yang baik. Kegiatan ini bisa melibatkan narasumber yang mengedukasi orang tua dan anak-anak tentang pentingnya akidah dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengundang pembicara yang inspiratif untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang isu-isu kontemporer yang berkaitan dengan akidah dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan mendalam. Kegiatan ini juga bisa mencakup sesi tanya jawab di mana anak-anak dapat berinteraksi langsung dengan narasumber, semakin memperkuat pemahaman mereka.
Program mentoring di mana guru dapat bekerja sama dengan orang tua untuk memantau perkembangan spiritual anak-anak juga merupakan contoh kolaborasi yang efektif. Dalam program ini, orang tua dan guru dapat saling bertukar informasi tentang kemajuan anak dalam memahami akidah, serta tantangan yang mereka hadapi. Dengan cara ini, semua pihak dapat berkontribusi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengajaran akidah dan membangun ketahanan iman di kalangan generasi muda.
Kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis pada nilai-nilai agama, seperti klub diskusi, kelompok seni religi, atau kegiatan sosial di lingkungan sekitar, juga dapat menjadi contoh kolaborasi yang bermanfaat. Dalam kegiatan ini, anak-anak dapat belajar bekerja sama dengan teman-teman sebaya sambil memperdalam pemahaman mereka tentang akidah. Melalui kegiatan tersebut, mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga berlatih menerapkan nilai-nilai agama dalam tindakan nyata.
Secara keseluruhan, dukungan lingkungan yang melibatkan kolaborasi antara orang tua, guru, dan komunitas sangat penting dalam pengajaran akidah. Dengan bekerja sama, mereka dapat menciptakan suasana yang mendukung dan positif, yang pada gilirannya membantu anak-anak untuk menginternalisasi nilai-nilai akidah dan tumbuh menjadi individu yang beriman, kritis, dan bertanggung jawab. Melalui kolaborasi yang solid, kita dapat mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi tantangan zaman dengan iman yang kokoh dan karakter yang baik.
KESIMPULAN
Pengajaran akidah kepada Generasi Z memerlukan pendekatan yang inovatif dan relevan dengan karakteristik unik mereka. Dalam menghadapi tantangan dalam pendidikan agama, penting untuk memahami bahwa akidah berperan krusial dalam membentuk identitas dan moral mereka. Metode pembelajaran interaktif, seperti diskusi dan partisipasi aktif, dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan membantu mereka menginternalisasi nilai-nilai akidah dengan lebih baik. Selain itu, memanfaatkan teknologi dan media sosial sebagai alat edukasi dan dakwah memberikan akses yang lebih luas kepada Generasi Z untuk belajar tentang agama mereka.
Membangun ketahanan iman di era digital juga menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, strategi untuk menghadapi disinformasi serta praktik spiritual yang dapat dilakukan sehari-hari sangat penting untuk menjaga keimanan mereka. Dukungan dari keluarga dan komunitas menjadi faktor kunci dalam pengajaran akidah, di mana kolaborasi antara orang tua, guru, dan anggota komunitas dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan spiritual anak-anak.
Dengan menerapkan metode yang tepat dan menciptakan kolaborasi yang solid antara semua pihak, kita dapat membangun generasi yang tidak hanya beriman, tetapi juga memiliki akhlak yang baik dan mampu menghadapi tantangan zaman dengan keyakinan yang kokoh. Harapan kita adalah agar Generasi Z tumbuh menjadi individu yang kritis, bertanggung jawab, dan dapat berkontribusi positif bagi masyarakat dan dunia.
REFERENSI
Akhmad, M. C. A., Ichsan, Y., Putra, B., Putri, A. K., & Putri, S. M. (t.t.). PENDIDIKAN AQIDAH AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL GHAZALI.
Hasan, Z., & Zubairi, Z. (2023). Strategi Dan Metode Pebelajaran Akidah Akhlak. TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, 2(1), 38–47. https://doi.org/10.36769/tarqiyatuna.v2i1.312
Mahmud, A. (2018) Akidah Akhlaq. Gunadarma Ilmu
Muliati. (2020). Ilmu Akidah. IAIN Parepare Nusantara Press
Munawir, M., Putri, M., & Diasti, U. S. P. (2024). Urgensi Pendidikan Akidah Akhlak di Era Globalisasi. Jurnal Basicedu, 8(2), 1402–1410. https://doi.org/10.31004/basicedu.v8i2.7269
Sy, S., Hairunnisa, H., & Rahmawati, L. (2014). Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Darussalam Martapura Kabupaten Banjar. TASHWIR, 1(2). https://doi.org/10.18592/jt.v1i2.164
0 Comments