PERAN PEMIMPIN DALAM MODERNISASI PENDIDIKAN

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Aqimuddin dan Siti Luluk

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstrak

Dalam lembaga pendidikan, pemimpin mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi, yaitu sebagai komponen terdepan yang berperan langsung. Seorang pemimpin bisa mengarahkan, bagaimana cara mengarahkan bawahannya untuk melakukan pekerjaan yang dimaksud menuju suatu tujuan dan target yang diinginkan. Pemimpin sebagai pembimbing dan sebagai pengarah berfungsi menyusun rencana dan memecahkan persoalan-persoalan yang menerpa organisasi-organisasi secara bersamasama dengan para anggotanya. Menciptakan perpaduan tanpa menghilangkan perbedaan, baik antar individu maupun antar kelompok di dalam suatu organisasi maupun dalam lembaga pendidikan dan memupuk semangat kebersamaan, moralitas, kreativitas serta percaya diri.

Kata Kunci: Modern, pemimpin, pendidikan

PENDAHULUAN

Pemimpin dalam dunia pendidikan bisa berupa kepala sekolah, kepala yayasan, wali kelas dan lain sebagainya. Sebagai sorang pemimpin mau tidak mau harus dituntut untuk profesional dalam menjalankan roda kepemimpinan Kepemimpinan sebenarnya merupakan kewajiban perwujudan dan memiliki aturan-aturan yang memiliki teladan yang baik.

Namun dalam fakta dilapangan tidak sedikit pemimpin pendidikan yang prinsip-prinsip yang seharusnya dimiliki oleh setiap pemimpin. modernisasi Pendidikan merupakan bentuk reformasi, restrukturisasi, dan inovasi secara akademis yang dilakukan agar dapat menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ada saat ini.

Pembaruan dalam Pendidikan tidak harus dengan mengubah kurikulum. Tidak mesti pembaruan itu harus sepenuhnya baru dan memulai dari awal. Pembaruan itu baru akan terjadi ketika terdapat inivasi yang lebih efektif dan efisien, dalam hal ini perubahan/transformasi yang perlu ditinggalkan adalah tradisi kepemimpinan yang tidak relevan dengan perkembangan zaman.

Modernisasi Pendidikan seharusnya dimulai dari kecakapan pendidik/guru dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman. Semakin cakap guru dalam menghadapi perubahan zaman maka semakin bagus juga dalam memenejemen metode pembelajaran yang semakin berkembang mengikuti zaman. selain itu aspek fasilitas, sarana dan prasarana juga harus dipenuhi guna menunjang siswa dalam mendapatkan ilmu, selain itu lingkungan yang mendukung serta integrasi antar elemen sekolah juga berperan penting dalam sektor modernisasi pendidikan.

Pengertian Pemimpin

Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi, pemimpin itu ialah seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir), dan merupakan kebutuhan dari situasi/zaman., sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan. Dia juga mendapatkan pengakuan serta dukungan dari bawahannya, dan mampu menggerakkan bawahan ke arah tujuan tertentu.

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutisna (1993) merumuskan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Soepardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggerakkan, menasihati, membimbing, menyusun, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya; adanya pengikut serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.1

Sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasi tugas. Pemimpin juga harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan terhadap tenaga kependidikan.

Ki Hadjar Dewantara, seorang bapak Taman Siswa, menganggap pendidikan sebagai daya upaya untuk mewujudkan bertumbuhnya budi pekerti, kekuatan batin, karakteristik, pikiran (intelek) dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan dunianya. Apabila pengertian kepemimpinan dipadukan dengan pengertian pendidikan, maka akan muncul pengertian kepemimpinan pendidikan. Dirawat dan kawan- kawan memberikan definisi kepemimpinan pendidikan sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya kegiatan-kegiatan yang diajukan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.

Fungsi pemimpin yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai, antara lain terdiri dari:

  • Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan supaya anggota dapat bekerja sama mencapiai tujuan
  • Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan yang baik.
  • Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang
  • Pemimpin berfungsi menggunakan kesanggupan dan minat khusus anggota
  • Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam perencanaan masalah yang dihadapi oleh
  • Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan dan tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas, sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan

Al-Ghazali mengemukakan syarat-syarat kepribadian seorang pendidik, sebagai berikut:

  1. Sabar menerima masalah-masalah yang ditanyakan murid dan harus diterima
  2. Senantiasa bersifat kasih dan tidak pilih kasih
  3. Jika duduk harus sopan dan tunduk, tidak riya’ (pamer)
  4. Tidak takabbur, kecuali terhadap orang yang dhalim, dengan maksud mencegah dari
  5. Bersikap tawadhu’dalam pertemuan-pertemuan

Pengertian Era Modern

Istilah “modern” secara etimologis memiliki makna terbaru, mutakhir, sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman

Ada beberapa sitilah yang sering diasosiasikan dengan perubahan. Dalam bahasa Arab, kata yang memiliki kesepadanan makna dengan kata pembaharuan adalah tajdid . Dalam bahasa Inggris, pembaharuan biasa disebut dengan modernization. Selain itu ada beberapa kata sepadan dengan kata pembaharuan, diantaranya, renewel (pembaharuan, perpanjangan), modernisasi, reconstruction(pengembalian seperti semula), reaktualisasi (penyegaran), reorientation (peninjauan kembali), reinterpretasi (penafsiran kembali), revival (kebangkitan baru), revitalisasi (menggiatkan kembali), modernisasi, dan renaissance (kebangunan kembali). Beberapa kata tersebut meskipun bersinonim tetapi memiliki arti tersendiri.2

Menurut Muljono Damopolii, penggunaan istilah modernisasi dan modernisme seringkali disamakan pengertiannya. Padahal, kedua istilah tersebut cukup memiliki perbedaan mendasar, baik dari segi pengertian maupun konteksnya. Istilah modernisasi lazim diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini. Adapun modernism lazim diartikan sebagai gerakan yang bertujuan menginterpretasi kembali doktrin tradisional, menyesuaikannya dengan aliran- aliran modern dalam filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Demikian juga dalam sudut pandang Harun Nasution, pembaruan disebut juga modernisasi dan modernism yang masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham- paham, adat-istiadat, institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern3.

Pembaruan dalam sektor pendidikan bermakna sama dengan upaya adaptasi pendidikan dengan perkembangan terkini atau terbaru. Upaya yang dilakukan utuk memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal dengan menggunakan penemuan yang mutakhir manusia di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Pengertian Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan adalah tempat berlangsungnya atau dilaksanakannya kegiatan pendidikan yang fasilitasnya dapat berupa:

  1. Rumah
  2. Madrasah
  3. Masjid
  4. Mushala atau surau
  5. Majelis taklim Pondok pesantren
  6. Balai musyawarah
  7. Sekolah perkantoran; dan

Lembaga pendidikan formal berupa sekolah, pondok pesantren yang sederajat dengan madrasah yang diakui, bahkan diakreditasi oleh Dinas Pendidikan Nasional. Lembaga pendidikan nonformal adalah keluarga dan lingkungan masyarakat. Dengan memanfaatkan berbagai fasilitas umum yang dimiliki masyarakat, misalnya masjid, mushala, balai musyawarah, rumah penduduk, dan sebagainya untuk melaksanakan pendidikan Islam. Kelembagaan pendidikan Islam dapat dikembangkan di masyarakat tanpa terpadu oleh lembaga-lembaga yang sifatnya formal. Oleh karena itu, pengembangannya akan mempermudah masyarakat menerima dan menambah ilmu pengetahuan agama Islam khususnya dan umumnya berbagai ilmu yang bermanfaat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.4

Semua aktivitas pendidikan berlangsung dan dilaksanakan dalam lembaga (badan) pendidikan. Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia, yang karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan ini memberi pendidikan kepada si terdidik, sesuai dengan badan tersebut. Saat ini lembaga pendidikan Islam sudah banyak, baik yang berada di jalur formal, informal, maupun nonformal. Di jalur formal, ada Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan Perguruan Tinggi Islam dengan berbagai stratanya. Di jalur nonformal, ada Roudatul Athfal (RA), Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), Taman Pendidikan Seni baca Al-Qur’an (TPSA), Didikan Subuh (Shubuh) Pondok Pesantren, Majelis Taklim dengan berbagai variasinya, Remaja Masjid.

Peran Pemimpin Pendidikan Di Era Modern

Kepemimpinan merupakan salah satu hal penting yang mampu menggerakkan suatu oraganisasi, baik organisasi di mana pun tempatnya. Kepemimpinan menjadi salah satu amanah yang tak bisa ditinggalkan, begitu juga dengan sebuah lembaga pendidikan, yaitu sekolah, misalnya. Semua orang tahu, sekolah dipimpin oleh kepala sekolah, pengelolaan lembaga pendidikan ini seharusnya dilaksanakan oleh kepala sekolah penuh tanggung jawab dan loyalitas secara penuh, dan mampu mengikuti perkembangan zaman seiring dengan majunya teknologi dan informasi di era sekarang ini. Jika kepala sekolah tidak mampu memimpin lembaganya, maka ketertinggalan proses pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut akan tertinggal jauh dengan pendidikan di luar sana.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa mengatur, mampu mempengaruhi yang bersifat membangun, memberikan contoh sikap yang positif sehingga mampu bekerja Bersama-sama. Kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap spirit kerja dari sebuah kelompok. Sebab kepala sekolah sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan menjadi roda penggerak bagi guru-guru yang ada, maka kepala sekolah harus mampu memahami secara komplek semua personal yang ada di lembaga tersebut. Menjadi pimpinan tidaklah mudah, ini merupakan sesuatu yang sangat penting. Bagaimana sifat dan karakter seorang guru dengan guru yang lainnya sangat berbeda, tingkah laku, sikap dan sifatnya. Ini yang menjadi vital. Maka kepala sekolah sebagai pemimpin harus bisa bekerja secara efektif dan efisien.

Era modern adalah era baru. Dimana semuanya dipermudah, teknologi semakin merajalela. Jika dulu orang ingin berkomunikasi dengan orang lain, sanak saudara, atau kolega, terlebih dulu harus menulis sepucuk surat. Kemudian harus diantar ke kantor pos. baru akan bisa dibaca oleh orang yang dituju beberapa hari kemudian, itu jika tidak ada halangan di perjalan dalam pengantaran surat. Jika ada hambatan di tengah jalan, akan menambah waktu berlebih dalam pengantaran surat.

Berbeda dengan saat ini, saat dimana segalanya serba ada, seolah-olah hidup manusia dipermudah. Mereka yang merasakan tetap dalam kesulitan adalah mereka yang tidak mampu memanfaatkan berbagai ragam teknologi yang telah ada. Gaptek adalah satu hal yang menjadi suatu bagian dari generasi kuno, tetapi tidak semua generasi muda merasa dipermudah, sebab bagi mereka yang tidak mampu-mau-mengikuti perkembangan zaman, maka mereka tergerus dalam putaran dunia.

Pemimpin yang mampu menciptakan iklim kepemimpinan sesuai dengan tuntunan Islam yang kontekstual, sehingga mampu membawa lembaga pendidikannya mampu menemukan tujuan yang diimpikannya. Antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Masyarakat
  • Pemberian motivasi

Pemberian motivasi merupakan salah satu hal penting di dalam kepemimpinan sesorang, keberhasilan seorang pemimpin dalam memberikan dorongan, semangat, ataupun spirit terhadap yang dipimpinnya adalah dengan memberikan motivasi. Sedikit banyak motivasi akan memberikan stimulus, yang akan mampu mempengaruhi etos kerja seseorang. Dalam sudut pandang Stooner dan Freeman bahwa motivasi ini adalah merupakan salah satu faktor yang mampu menggali dan menopang perilaku seseorang untuk mewujudkan sesuatu.

  • Membangun komunikasi

Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya membangun efektifitas kerja dalam sebuah organisasi. Gagasan-gagasan yang diciptakan oleh pemimpin akan mampu tersalurkan kepada yang dipimpin, manakala pemimpin mampu memberikan ide segarnya, selanjutnya mampu dieksekusi oleh yang dipimpin, ini akan menjadi lembaga pendidikan semakin menemukan arah dan tujuannya.

Kepemimpinan berbasis masyarakat ini akan mampu memberikan ruang kepada nggota untuk sumbangsih pemikiran. Pendapat dari anggota sangatlah penting, sebab selama kegiatan organisasi berlangsung, yang tahu pasti di lapangan adalah anggota. Jika anggota tidak menyampaikan apa yang terjadi di lapangan, suatu saatnya nanti akan terjadi ketidakstabilan yang berada dalam sebuah organisasi itu. Dengan adanya kesempatan berpendapat inilah, komunikasi dalam sebuah organisasi akan terawat dengan baik, ketika satu membutuhkan yang lain, yang lain akan saling melengkapi.

  1. Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Karakter

Pada umunya karakter diidentikan dengan sebuah keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan. Oleh karena itu, segala sesuatu yang didengarkan, dirasakan, dilihat, dan kemudian dilaksanakan oleh anggota organisasi akan mampu menciptakan karakter dan sifat mereka. Di samping itu, pemimpin dituntut harus memberikan sebuah keteladanan dan pembiasaan yang baik untuk menciptakan sebuah kondisi budaya serta lingkungan yang kondusif guna mendorong sebuah keefektifan dalam berorganisasi. Dari sana pula seorang bawahan akan melihat sebuah citra yang baik yang ditampilkan seorang pemimpin untuk dijadikan sebagai tauladan yang baik bagi mereka dan pada akhirnya akan menciptakan karakter yang positif bagi bawahan itu sendiri demi tericiptanya lingkungan yang kondusif dalam menjalankan sebuah organisasi dalam pendidikan.

  1. Kecerdasan Emosional dalam Pengendalian Konflik

Pengendalian konflik dengan mengupayakan kecerdasan emosional bukan merupakan sebuah bakat yang dimiliki oleh seseorang untuk menjadi modal sebagai seorang pemimpin, melainkan sebuah ketrampilan yang harus dipupuk dan disemaikan, sebab untuk selalu membangun relasi dengan orang lain secara positif seorang pemimpin seyogianya mempunyai keahlian memahmi dan mengendalikan emosi, baik emosinya sendiri maupun emosi orang lain. Kecerdasan emosional mempunyai empat ciri pokok sebagai berikut: kendali diri, empati, pengaturan diri, dan ketrampilan sosial.

Faktor Penentu Keberhasilan Pemimpin Pendidikan Di Era Modern

Keberhasilan organisasi sekolah banyak ditentukan keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan peranan dan tugas kepemimpinanya. Ada banyak pandangan yang mengkaji tentang kepemimpinan kepala sekolah. Campbell, Corbally & Nyshand (1983) mengemukakan tiga klasifikasi peranan kepala sekolah dasar, yaitu:

  • peranan yang berkaitan dengan hubungan personal, mencakup kepala sekolah sebagai figurehead atau simbol organisasi, leader atau pemimpin, dan liaison atau
  • peranan yang berkaitan dengan informasi, mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor, disseminator, dan spokesman yang menyebarkan informasi ke semua lingkungan
  • peranan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, yang mencakup kepala sekolah sebagai entrepreneur, disturbance handler, penyedia segala sumber, dan

Keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola kantor, mengelola sarana prasarana sekolah, membina guru, atau mengelola kegiatan sekolah lainnya banyak ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Apabila kepala sekolah mampu menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan anggota secara tepat, segala kegiatan yang ada dalam organisasi sekolah akan bisa terlaksana secara efektif. Sebaliknya, bila tidak bisa menggerakkan anggota secara efektif, tidak akan bisa mencapai tujuan secara optimal.

Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya mengerakkan para bawahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, kepala sekolah mempunyai tugas melaksanakan fungsifungsi kepemimpinan, baik fungsi yang berhubugan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam membangun model pembaharuan lembaga pendidikan:

  • Kepemimpinan Visioner

Pemimpin yang memiliki visi yang jelas tentang masa depan lembaga pendidikan akan lebih mudah membawa perubahan. Visi ini berfungsi sebagai arah dan panduan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam merancang strategi pembaharuan. Seorang pemimpin visioner dapat menginspirasi dan mendorong orang lain untuk beradaptasi dengan perubahan.

  • Kemampuan Komunikasi yang Efektif

Kemampuan komunikasi yang baik adalah kunci untuk menyampaikan visi, tujuan, dan rencana perubahan kepada semua pihak terkait, termasuk staf, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat. Pemimpin yang berhasil membangun model pembaharuan mampu mengomunikasikan gagasannya secara jelas dan persuasif, serta mendengarkan umpan balik dengan terbuka.

  • Keterampilan Manajemen Perubahan

Pembaharuan lembaga pendidikan biasanya melibatkan perubahan besar dalam struktur, budaya, dan proses. Pemimpin perlu memiliki keterampilan dalam mengelola perubahan, termasuk mengatasi resistensi dari berbagai pihak, membangun kepercayaan, dan memfasilitasi transisi yang mulus. Pemimpin harus mampu mengelola risiko, memprioritaskan inisiatif, dan menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendukung perubahan.

  • Partisipasi dan Kolaborasi

Keberhasilan pembaharuan bergantung pada keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan, termasuk guru, staf administrasi, siswa, orang tua, dan komunitas. Pemimpin yang melibatkan mereka dalam proses perubahan akan meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab bersama. Kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak akan mempercepat penerimaan perubahan dan pelaksanaannya.

  • Fokus pada Pengembangan Kapasitas

Pemimpin yang berhasil memperhatikan pengembangan kapasitas tenaga pendidik dan staf. Ini melibatkan pelatihan, peningkatan keterampilan, dan dukungan berkelanjutan agar mereka dapat beradaptasi dengan model pembaharuan. Jika tenaga pengajar dan staf merasa diberdayakan dan memiliki kemampuan yang cukup, maka perubahan akan lebih mudah diimplementasikan.

  • Budaya Inovasi

Pemimpin yang mendorong budaya inovasi di lembaga pendidikan menciptakan lingkungan yang mendukung pembaharuan. Budaya ini mencakup dukungan terhadap eksperimen, kreativitas, dan pendekatan baru dalam proses pembelajaran. Membangun budaya inovasi juga berarti pemimpin membuka ruang untuk ide-ide baru dan merangkul teknologi serta pendekatan pembelajaran yang lebih modern.

  • Pemantauan dan Evaluasi Berkelanjutan

Pembaharuan memerlukan evaluasi secara terus-menerus untuk menilai efektivitas dan dampaknya. Pemimpin yang sukses memantau kemajuan model pembaharuan, melakukan evaluasi kinerja, dan membuat penyesuaian yang diperlukan berdasarkan data dan umpan balik. Evaluasi ini memastikan bahwa perubahan yang diterapkan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan lembaga pendidikan.

  • Kepemimpinan yang Berbasis Nilai

Pemimpin yang memiliki integritas, komitmen pada keadilan, dan orientasi pada siswa akan lebih dihormati dan diikuti oleh komunitas pendidikan. Nilai-nilai ini memberikan landasan etis untuk proses pembaharuan dan mendorong penerimaan perubahan yang lebih luas.

  • Adaptasi terhadap Perubahan Eksternal

Keberhasilan juga dipengaruhi oleh kemampuan pemimpin untuk memahami dan menanggapi faktor-faktor eksternal, seperti kebijakan pendidikan nasional, teknologi baru, atau perubahan demografis. Pemimpin harus tanggap terhadap perubahan eksternal dan mampu menyesuaikan strategi mereka untuk tetap relevan dan efektif.

  • Pengelolaan Sumber Daya yang Efektif

Ketersediaan sumber daya seperti dana, teknologi, dan waktu juga sangat mempengaruhi keberhasilan pembaharuan. Pemimpin harus memastikan bahwa sumber daya ini dialokasikan dengan bijaksana untuk mendukung inisiatif perubahan dan memberikan hasil yang diinginkan. Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, seorang pemimpin akan mudah mengimplementasikan model pembaharuan di lembaga pendidikan secara sukses.

Penutup

Pemimpin model pembaharuan dalam lembaga pendidikan adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan memimpin perubahan secara efektif. Mereka memiliki visi yang progresif dan inovatif dalam mengembangkan lembaga pendidikan, serta mampu menyesuaikan strategi dengan perkembangan zaman. Pemimpin ini tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga berperan sebagai agen perubahan, mendorong seluruh elemen lembaga untuk berinovasi dan beradaptasi demi mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.

Peran pemimpin dalam pembaharuan lembaga pendidikan sangat penting, terutama dalam menyusun visi dan misi lembaga yang relevan dengan kebutuhan modern. Mereka bertanggung jawab untuk memotivasi guru, staf, dan siswa, menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran, serta mendorong pengembangan profesional bagi tenaga pendidik. Pemimpin juga harus mampu membangun budaya kerja yang kolaboratif, di mana semua pihak terlibat aktif dalam menciptakan dan menerapkan inovasi yang meningkatkan kualitas pendidikan.

Keberhasilan pemimpin dalam mengimplementasikan pembaharuan di lembaga pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting. Di antaranya adalah kemampuan pemimpin untuk memiliki visi yang jelas, berkolaborasi dengan tim secara efektif, serta beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Selain itu, pemimpin harus memiliki sumber daya yang cukup serta kemampuan komunikasi yang baik untuk memastikan semua elemen lembaga mendukung dan terlibat dalam proses perubahan. Faktor-faktor ini menjadi kunci dalam membangun model pembaharuan yang sukses di lembaga pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Faiqoh, Nurul. 2020. Modernisasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Pada Era 4.0.ibriez. Idris, Syarifuddin. Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia,no. 2 (2015).

Minsih, Minsih, Rusnilawati Rusnilawati, dan Imam Mujahid. 30 Juli 2019. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Membangun Sekolah Berkualitas Di Sekolah Dasar.Profesi Pendidikan Dasar 1. https://doi.org/10.23917/ppd.v1i1.8467.

Musgar. 22 Februari 2019. Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan,.

https://doi.org/10.5281/ZENODO.2575108.

Komariah, Aan dan Cepi Triatna. 2004. “Visionary Leadership Menunuju Sekolah Efektif,”

Jakarta: Bumi Aksara.

Mantja, W. 2002. “Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran,” (Kumpulan KaryaTulis Terpublikasi). Malang: Wineka Media

Campbell, R.F., Corbally, J.E., & Nystrand, R.O. 1983. Introduction to Educational Administration. Boston: Allyn and Bacon, Inc

Zainuddin, dkk. 1991. “Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali.” Jakarta: Bumi Aksara.


0 Comments

Leave a Reply