Allah dan Berpasrah Diri pada-Nya
Oleh: Fahmi Fardiansyah.
Menarik jika mernahami firman Allah di surat Ali Imron (3) ayat26-27:
“Katakanlah: Wahai Allah rajanya raja berikanlah kepada orang yang Engkau kehendaki dan cabutlah kerojaan dari orang yang Engkau kehendaki, Engkau mulyakan orang yang Engkau kehendaki, Engkau menghina orang yang Engkau kehendaki, dengan tangan-Mu ado kebaikan, sesungguhnya Engkau kepada segala sesuatu itu berkuasa “, (26) “Engkau masukkan malam ke dalam siang dun memasukkan siang ke dalam malam, dan mengeluarkan hidup dari mati don mengeluarkan mati dari hidup, dan memberikan rizki kepada yang Engkau kehendaki tanpa batas “. (27).
Diriwayatkan oleh Ibnu Aby Hatimdari Qatadah berkata, babwa Rasulullah SAW memohon kepada Allah SWT agar menjadikan kerajaan Roma dan Persia, maka turunlah ayat ini.
Pada saat ini manusia mengupayakan dirinya untuk bisa menguasai segala yang ia bisa kuasai untuk menenangkan kehidupan dun ianya. Menggunakan ilmunya untuk mencapai karier intelektual yang tinggi, menggunakan ekonomi sebagai sarana menguasai pasar internasional, menguasai politik unruk menjadi orang yang lidahnya memiliki kekuatan mernerintahkan orang lain, menggunakan jabatan untuk menjadi tangan yang berkuasa atas bawahannya, bahkan menggunakan ilmu agama, mengatas namakan agama, berdalil al-Qur’an dan Sunnah untuk menarik golongan yang membela dirinya, menyanjung dirinya, dan menjadi tentaranya. Hingga manusia lupa Allah adalah rajanya raja, rneski manusia bisa menguasai dunia, manusia tidak bisa mengusai pergantian siaug dan malam, hidup dan mati. Hingga Allah mengingatkan kekuasaan yang ada ditangan manusia adalah atas kehendak Allah. Hanya Allah yang berkuasa memberikan kekuasaan kepada yang dikehendakinya dan mencabut kekuasaan itu, hanya Allah yang berkuasa memulyakan manusia dan menghinakannya. Manusia lupa akan semua hal itu.
Allah mengingatkan, usaha yang kalian mati-matian bela tidak bisa berhasil tanpa adanya ke”iya”an dari-Ku, hitungan yang kalian perhirungkan dalam setahun kedepan, Lima tahun kedepan, sepuluh tahun kedepan tidak bisa tercapai tanpa ada ijin dari Allah, semua atas kuasa Allah, seperti dalamAl-Quran:
“Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki” (QS al-Buruj: 16)
Indahnya manusia ingin memikirkan ini dan menghadirkan Allah dalam segala perhitungan sehari-harinya, indahlah apa yang dikatakan Nabi Daud As kepada anaknya Nabi Sulaiman As, “bahwa ketaqwaan seseorang dirunjukkan dengan 3 hal: bagusnya tawakkul (berpasrab diri kepada Allah) didalam apa yang tidak diperolebnya, dan bagusnya ridlo didalam apa yang telah diperolebnya, dan bagusnya kesabaran didalam apa yang telah terlewatkan”.
Apa yang diartikan Indah oleh as-Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas al-Maliki aJ-Makky tentang tawakkul, tawakkul adalah keyakinan hati bahwasanya perkara-perkara semuanya berada ditangan Allah wujud dan tidak wujudnya, semua perkara tidak bisa memberi bahaya, bennanfaat, memberi manfaat, pencegah selain Allah, kemudian tenangnya hati dan diamnya kepada janji Allah dan jaminan-Nya, hingga gentar dan guncang ketika faktanya berbalik dengan keinginan, semua kejadian dikembalikan kepada Allah.
Berusaha tetap tapi perlu diingat kuasa Allah diatas usaha manusia, usaha tetap selama usaha sesuai tuntunan Allah, usaha tetap selama untuk jayanya agama Allah, usaha tetap selama tidak menyakiti hati rasulullah shalallahualaihiwasalam, uasaha tetap dilakukan selama untuk mewujudkan kemaslahatan kaum muslimin, hanyalah Allah yang menghendaki adanya semua itu untuk mengetahui mana diantara manusia ini yang bagus responnya akan ketentuanAUah, dalam ayat:
“Dialah yang menciptakan mati dan hidup untuk menjadi cobaan dalam mengetahui mana diantara (hamba Allah ini) lebih bagus amalnya (respon baik akan ketentuanAllah). “(Q.S al-Mulk: 2)
Nabi bersabda: “Jibril mendatangiku, dan berkata: “wahai Muhammad, hiduplah sesukamu maka sesungguhnya kamu adalah mayyit (akan mati), dan cintailah apapun yang engkau kehendaki maka sesungguhnya kamu akan berpisah dengan itu, dan berbuatlah apapun yang kamu kehendaki maka sesungguhnya kamu dibalas dengan hal itu, dan ketahuilah sesungguhnya mulyanya seorang mukmin ketika dia menegakkan sholat malam, dan keagungan seorang mukmin ketika merasa cukup diantara manusia.” Diriwayatkan Baihaqi dari Jabir. (HR. Baihaqi dari Jabir)
0 Comments