Urgensi Pemahaman Akidah Untuk Menjaga Moral Pemuda Akhir Zaman
Ramadhani Wahyudi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstrak: Dewasa ini, nilai-nilai moral yang seharusnya terjaga pada kehidupan para pemuda mulai memudar. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kasus kriminalitas oleh para pemuda di lingkungan masyarakat, seperti tawuran, judi, serta minuman keras. Hal ini mengindikasikan adanya degradasi nilai-nilai moral pada para pemuda tersebut, sehingga dibutuhkan adanya penguatan-penguatan moral dengan melalui penanaman pemahaman Akidah dalam lingkungan masyarakat khususnya bagi kalangan pemuda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa penting pemahaman akidah bagi para pemuda dalam menjaga moral di era maraknya tindakan amoral seperti saat ini. Penelitian ini menggunakan metode library research dengan pendekatan kualitatif. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat memberikan informasi mengenai bagaimana pentingnya pemahaman akidah dalam menjaga moral pemuda di akhir zaman.
Kata Kunci: Akidah, Moral, Pemuda, Pemahaman
Pendahuluan
Degradasi nilai-nilai moral pada para pemuda saat ini semakin meresahkan bagi orang tua, guru, juga masyarakat, mengingat semakin luasnya berbagai budaya dan pengetahuan yang heterogen dalam lingkungan masyarakat. Lebih menghawatirkan lagi bahwa pemuda dengan usia 18-23 tahun menduduki peringkat tertinggi, dimana usia tersebut adalah saat-saat pemuda tersebut menduduki bangku perkuliahan dengan lingkungan pergaulan yang sangat luas dan rentan. Hal ini menjadikan rentang usia ini adalah usia rentan yang dapat mempengaruhi arah hidup masing-masing individu. Berbagai perubahan yang dihadapi dalam dunia perkuliahan yang sangat heterogen dapat berpotensi menimbulkan kecenderungan perubahan negatif jika tidak selektif dalam memilih lingkungan pergaulan yang dilandasi dengan nilai-nilai akidah keislaman yang baik.
Akidah bisa menjadi memiliki peranan sebagai mekanisme kontrol pada diri pemuda yang masih labil. Pemuda yang betul-betul memahami dan memaknai terhadap nilai-nilai akidah atau dengan kata lain memiliki religiusitas tinggi, akan selalu mawas diri dalam berpikir, berucap, dan bertindak agar terhindar dari segala macam bahaya kenakalan pemuda maupun kecenderungannya. Pemahaman akan akidah yang benar dan mendalam akan menjadi benteng bagi generasi muda islam dari berbagai macam fitnah yang muncul di akhir zaman ini, sehingga masa depan Islam akan terjaga ketika generasi mudanya baik-baik saja akidahnya.
Dalam upaya meningkatkan nilai-nilai moral pada generasi muda saat ini, pemuda perlu mencari dan meningkatkan pemahaman mengenai akidah yang benar kepada orang atau sosok guru yang tepat, sehingga dengan pemahaman akidah yang lurus tersebut para generasi muda tidak akan mudah terjerumus dalam pemikiran-pemikiran yang bersifat radikal, liberal, maupun tindakan-tindakan kriminal.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan, di mana data dikumpulkan dari literatur yang relevan dengan masalah yang diteliti. Peneliti membaca dan menganalisis buku, artikel, dan sumber lain yang berkaitan dengan topik penelitian, yang kemudian dijadikan teks untuk dianalisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis untuk menguraikan dan menggambarkan data yang ditemukan dalam kalimat-kalimat yang disertai bukti dari data penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif, di mana data dijelaskan menggunakan frase dan kutipan untuk memahami informasinya. Penelitian ini mengkaji masalah mengenai Akidah dan Urgensinya Dalam Menjamin Keselamatan Diri Manusia dengan menggunakan sumber data dari buku-buku dan artikel yang relevan dengan topik penelitian.
Pembahasan
A. Pengertian Akidah
Kata akidah sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya ma’uqida ‘alaihi al-qolb wa al-dlomirialah sebuah ketetapan yang dipercayai oleh hati serta perasaan seseorang yang mana berarti matadayyana bihi alinsan wa i’taqoduhuyaitu sebuah keyakinanan yang dipercayai kebenarannya oleh manusia. Sementara akidah apabila dilihat dari segi etimologis bersumber dari kata ‘aqida-ya’qidu ‘aqdan-aqidatan yang berkaitan dengan arti kata aqdan dan akidah merupakan kepercayaan yang tertanam secara kokoh pada hati seseorang, dimana bersifat mengikat serta mengandung sebuah perjanjian.
لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi.” (QS. Al Baqarah: 177).
Secara istilah, menurut pendapat Haroen, kata akidah berasal dari kata ‘aqada yang berarti membuhul, mengikat, menyimpulkan, menjanjikan serta mengokohkan. Penjelasan ini dikuatkan oleh gagasan Yanuhar Ilyas, ia memberitahukan sebuah gagasan bahwa akidah adalah sebuah keyakinan yang bersimpul kuat didalam hati manusia, yang bersifat mengikat serta mengandung sebuah perjanjian. Berdasarkan semua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa akidah ialah sebuah keyakinan yang diyakini oleh setiap orang terhadap suatu ketentuan yang menjadi suatu landasan pendirian serta tujuan hidup.
Dari definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa kebenaran yang dapat langsung diterima oleh manusia terbagi menjadi dua, yaitu ilmu dlarury dan ilmu nazhariy. Ilmu dlarury adalah pengetahuan yang diperoleh melalui indra dan tidak memerlukan pembuktian, sementara ilmu nazhariy adalah pengetahuan yang memerlukan pembuktian. Manusia memiliki fitrah masing-masing untuk mengakui kebenaran, karena kebenaran bersumber dari indra. Untuk menguji kebenaran tersebut, wahyu diperlukan sebagai pedoman dalam memutuskan mana yang benar dan mana yang tidak benar.
Inti dari segala hal adalah akidah, yang merupakan keyakinan pada Allah Yang Maha Esa, mencakup pengakuan terhadap keberadaan dan keagungan-Nya. Keyakinan pada Allah adalah yang paling penting, karena dari situ akan timbul keyakinan pada pokok-pokok iman lainnya. Selama seseorang memiliki iman pada Allah, ia juga telah beriman pada malaikat, kitab suci, para utusan (Rasul), hari akhir, dan takdir baik dan buruk, karena semua ini adalah cabang dari keimanan pada Allah. Dalam konteks pendidikan, pendidikan akidah bertujuan untuk memperkuat iman dan ketakwaan pada Allah. Pentingnya pembinaan akidah muncul dari perannya sebagai landasan utama dalam pembinaan dalam Islam.
Pada syariat Islam terdapat dua bagian utama yang penting dalam akidah. Pertama, akidah sebagai keyakinan pada rukun iman, dimana hal ini terletak pada hati manusia serta tidak berkaitan dengan aturan beribadah, bagian ini merupakan asas utama dalam akidah. Kedua, mengenai perbuatan ialah cara dalam beramal serta beribadah seperti syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji. Penilaian pada perbuatan ini tergantung pada yang pertama ialah akidah. Oleh karena itu, akidah merupakan sebuah jaminan yang sangat penting bagi keselamatan manusia baik didunia maupun akhirat.
Akidah merupakan simpul keyakinan seorang mukmin, dasar pijakan agamanya, dan pondasi seluruh gerak amalnya. Karena itu setiap muslim perlu bertanya dan terus melakukan koreksi apakah akidah (keyakinan) nya sudah benar atau tidak, apakah akidahnya sudah bersih dan murni, apakah akidahnya sudah bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih sesuai dengan yang dipahami oleh para Sahabat dari Nabi. Karena masalah akidah adalah masalah taqifiyah (berdasarkan dalil nash), tidak boleh diyakini semata-mata berdasarkan logika atau akal manusian. Akidah juga merupakan inti dasar dari keimanan yang harus ditanamkan kepada para generasi muda sejak dini. Hal ini harus dilakukan dalam rangka membentuk karakter berbasis akidah dalam kehidupan yang akan di tempuh untuk meneruskan perjuangan agama tauhid, yaitu Islam.
B. Urgensi Pemahaman Akidah bagi Pemuda
Urgensi pembinaan akidah (keimanan) lahir dari kedudukannya sebagai landasan utama yang menjadi pijakan pembinaan di dalam Islam. Ia merupakan langkah awal yang kemudian diikuti dengan langkah-langkah selanjutnya dalam membangun keperibadian manusia, baik secara pemikiran, perilaku dan jasmani. Adapun urgensi akidah yang relevan dengan pendidikan moral pemuda sebagai berikut:
Pertama, Akidah merupakan fokus utama dalam pembinaan awal seorang muslim. Ini adalah inti keyakinan yang menjadi landasan agamanya dan fondasi dari segala tindakan yang dilakukannya. Oleh karena itu, setiap muslim perlu terus mempertanyakan dan mengoreksi kebenaran akidahnya, memastikan bahwa keyakinannya bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dipahami oleh para Sahabat Nabi. Akidah adalah masalah yang didasarkan pada dalil-dalil yang jelas, dan tidak boleh disangkal semata-mata berdasarkan akal manusia.
Kedua, Kecenderungan alami manusia untuk memiliki keyakinan agama dan akidah tidaklah hanya dipengaruhi oleh faktor luar seperti pengajaran atau pengaruh lingkungan, meskipun faktor-faktor tersebut turut berperan dalam perkembangannya. Sebenarnya, kecenderungan ini adalah potensi yang Allah tanamkan dalam diri manusia. Potensi ini mendorong manusia untuk mempercayai dan mengenali Allah melalui penciptaan-Nya, sehingga mendorong manusia untuk memiliki iman kepada-Nya.
Semua manusia lahir dengan fitrah yang telah bersaksi untuk mengakui akidah akan rububiyah Allah Ta’ala. Akidah yang sesuai dengan fitrah ini pada dasarnya adalah benar dan murni, bebas dari segala bentuk kesyirikan. Ini sama dengan saat Allah mengambil janji manusia ketika mereka masih dalam kandungan, di mana kebenaran akidah telah ditanamkan. Namun, penyimpangan dan kesalahan yang mungkin terjadi disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang memengaruhinya, sehingga menjauhkan jiwa dari fitrah yang suci.
Ketiga, Pentingnya akidah dalam membentuk kepribadian seseorang telah ditekankan dalam berbagai agama, filsafat, dan pemikiran. Dalam konteks ini, Islam menonjol sebagai panduan yang paling jelas dan tulus di antara semua ajaran. Islam dianggap sebagai jalan yang lurus dan mulia, sesuai dengan fitrah manusia dan tata aturan alam, karena berasal dari Allah yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang sifat dasar ciptaan-Nya. Pengaruh akidah dimulai dari hati sebagai tempat kediaman, sehingga jika seseorang telah meresapi akidah dengan sepenuh hati dan selalu menjaga hubungan dengan Allah dalam segala keadaan, merasakan keagungan dan kekuasaan-Nya, serta yakin bahwa segala sesuatu berada di tangan-Nya, hal itu akan menguatkan kepribadian seorang mukmin, memberikan ketenangan dan kedamaian batin, serta memperkuat keimanan yang kokoh.
Keempat; Akidah yang benar memiliki manfaat besar dalam melindungi jiwa manusia dari kebingungan dan kekacauan yang timbul akibat menjauh dari Allah dan kekosongan hati dari ibadah kepada-Nya. Akidah yang tulus hanya kepada Allah menjadi penjaga jiwa manusia dari gangguan tersebut, memberikan ketenangan, kelapangan, dan kebahagiaan. Hati yang tenteram dan lapang karena bersih dari segala sesuatu yang menyebabkan kekacauan dan kebingungan. Akidah yang benar mengarahkan semua tujuan manusia menjadi satu, yaitu mencari keridhaan Allah. Ini mendorong seseorang untuk mengarahkan segala usahanya sesuai dengan kehendak Allah, serta memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal ghaib yang tidak bisa dijawab oleh akal manusia sendiri. Akidah juga memberikan pemahaman yang jelas tentang Allah dan keyakinan yang tulus bahwa tidak ada tuhan selain-Nya yang layak disembah dan diharapkan.
C. Pemahaman Akidah Sebagai Penjaga Moral
Kita dapat menemui sebuah interpretasi dari pengaruh pemahaman akidah bagi manusia dalam menjaga moral yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 3 :
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
Dari ayat diatas, dapat kita pahami bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah (memiliki akidah yang baik) akan melakukan amal sholeh lainnya seperti menunaikan sholat, dan menginfakkan rizqinya di jalan Allah SWT.
Selain beramal sholeh, peran akidah juga berpengaruh besar terhadap keberlangsungan agama islam oleh generasi pemuda-pemuda islam melaui pendidikan, seperti yang terdapat dalam surah Al-An’an ayat 74-79 yang menjelaskan tentang kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam dalam menegakkan kalimat tauhid, terdapat beberapa nilai-nilai Pendidikan yang dapat di contoh bagi Pendidikan islam saat ini. Ada beberapa nilai sebagai berikut, sebagai berikut:
- Membentuk Karakter Pemuda
Karakter merupakan nilai utama yang tercermin dalam kepribadian seorang pemuda, yang terbentuk baik oleh pengaruh keyakinan maupun lingkungannya. Dalam surah Al-An’am ayat 74, diceritakan tentang keberanian Nabi Ibrahim dalam menyampaikan dakwah kepada orangtuanya dan kaumnya yang menyembah berhala. Ini menunjukkan karakter dan keberanian beliau dalam memperjuangkan tauhid di tengah masyarakat yang tenggelam dalam penyembahan berhala. Ketika Nabi Ibrahim dihadapkan pada permasalahan akidah, keimanan menjadi hal terpenting baginya yang dapat menyelamatkannya dari kesesatan. Hal ini menjadi contoh yang patut diikuti oleh pemuda saat ini agar tidak tersesat dalam arus pendidikan zaman sekarang.
- Membentuk Kecerdasan Dalam Berlogika Dan Berfikir
Dalam surah Al-An’am ayat 76-78, kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menunjukkan kecerdasan dan ketajaman logika beliau dalam menghadapi argumentasi kaumnya tentang penyembahan selain Allah Ta’ala. Dengan logika yang cermat, Nabi Ibrahim mampu membantah kaumnya secara tegas. Beliau menyoroti kekonyolan dalam keyakinan mereka, menyatakan bahwa bagaimana mungkin mereka mengharapkan petunjuk dari tuhan-tuhan yang tidak mampu memberitahu siapa yang telah merusak patung-patung mereka, dan bagaimana mungkin mereka berharap pada perlindungan dari tuhan-tuhan yang bahkan tidak bisa melindungi diri mereka sendiri.
- Ruang lingkup Akidah
Ruang lingkup Akidah terdiri dari tiga bagian:
Pertama, Aspek akidah yang terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma’ al-husna, iman kepada Alla kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, malaikat-malaikat Allah dan hari akhir serta qada qadar.
Kedua, Aspek akidah yang terdiri atas dasar tauhid, ikhlaas, ta’at, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyaar, sabar, syukur, qanaa’ah, tawaadu’.
Ketiga, Aspek yang tercela tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadab, tamak, takabur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah.
Kesimpulan
Akidah merupakan inti dari keimanan seorang mukmin, menjadi dasar yang kokoh bagi praktik agamanya, serta fondasi dari semua amal sholehnya. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk secara konsisten mengevaluasi kebenaran akidahnya, memastikan bahwa keyakinannya bersih, murni, dan berakar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dipegang teguh oleh para Sahabat Nabi. Akidah adalah hal yang ditetapkan oleh dalil-dalil yang jelas, sehingga tidak boleh ditegakkan semata-mata berdasarkan logika atau pemikiran manusia. Pemahaman akidah juga merupakan bagian esensial dari pendidikan bagi generasi muda, dengan tujuan membentuk karakter yang kuat berlandaskan akidah, yang menjadi pondasi untuk menjalani kehidupan dalam perjuangan agama tauhid, yaitu Islam.
Daftar Pustaka
Nur Azizah Putri, S. (2022). Urgensi Pendidikan Akidah Bagi Pendidikan Islam. At-Tazakki: Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan Islam dan Humaniora, 4(2), 149-162
Zed, M. Metode peneletian kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor, 2008)
Azty, Alnida, dkk. 2018. Hubungan Antara Akidah dan Akhlak dalam Islam. Jurnal of Education Humaniora and Social Sciences. Vol. 1. No. 2. Desember.
Fitriana. 2019. Urgensi Penanaman Akidah Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Tadarus Tarbawi. Vol. 1. No. 2
Mahmudah, Siti, dkk. 2022. Urgensi Pendidikan Akidah Akhlak Menurut KH. Ahmad Dahlan. Tamaddun : Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Keagamaan. Vol. 23
Ahmad, Nuraziza, dkk. 2015. Akidah dan Urgensinya Sebagai Landasan Agama. Pekanbaru : UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
0 Comments