Memahami Kepemimpinan dan pengajaran Muadz bin Jabal: Sebuah Kajian Tokoh dalam Pendidikan Sejarah islam.

Published by Buletin Al Anwar on

Irfan Maulana Haqiqi

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Abstrak

Pendidikan Islam memainkan peran sentral dalam membentuk identitas spiritual dan intelektual umat Muslim di seluruh dunia. Artikel ini mengeksplorasi berbagai dimensi penting dari pendidikan Islam, mulai dari fondasi ajaran agama hingga nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi. Pendidikan Islam tidak hanya memfasilitasi pemahaman mendalam terhadap teks suci dan praktik ibadah, tetapi juga mengajarkan etika, moralitas, dan pengembangan diri yang berlandaskan prinsip-prinsip Islam.Sejak zaman awal, pendidikan Islam telah menjadi sarana utama dalam menyebarkan pengetahuan tentang agama, hukum, sejarah, dan ilmu pengetahuan lainnya kepada generasi-generasi Muslim. Artikel ini mengulas peran pendidikan Islam dalam membentuk masyarakat yang bermoral, adil, dan bertanggung jawab dalam lingkup global. Dalam hal ini seorang tokoh muslim terkenal yakni Muadz bin Jabal juga merupakan salah satu tokoh yang cukup menonjol dalam sejarah Pendidikan Islam, yang memiliki peran penting dalam penyebaran dan pemahaman ajaran agama Islam. Tulisan ini bertujuan untuk menjelajahi berbagai aspek kepemimpinan dan pengajaran pendidikan yang dimiliki oleh Muadz bin Jabal, serta dampaknya terhadap perkembangan masyarakat Muslim pada masa itu. Dengan menggali dari berbagai beberapa sumber, studi ini mengungkapkan kedalaman keilmuan, kebijaksanaan dalam penyebar Islam, serta keadilan dalam kepemimpinan yang menjadi ciri khas Muadz bin Jabal. Selain itu, penulisan artikel ini juga menyoroti pengaruh spiritual dan moralitasnya sebagai contoh teladan bagi umat Islam hingga saat ini. Melalui analisis yang cermat, diharapkan tulisan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kontribusi dan ketokohan Muadz bin Jabal dalam sejarah Pendidikan Islam serta relevansinya dalam konteks kontemporer.

Kata kunci : Islam, Sejarah, Pendidikan, Muadz bin Jabal

Abstract

‘ ‘Islamic education plays a central role in shaping the spiritual and intellectual identity of Muslims throughout the world. This article explores various important dimensions of Islamic education, starting from the foundation of religious teachings to the moral values ​​that are upheld. Islamic education not only facilitates a deep understanding of sacred texts and religious practices but also teaches ethics, morality, and self-development based on Islamic principles. Since early times, Islamic education has been the main means of spreading knowledge about religion, law, and history. , and other knowledge to generations of Muslims. This article reviews the role of Islamic education in forming a moral, just, and responsible society on a global scale. In this case, a famous Muslim figure, Muadz bin Jabal, is also a quite prominent figure in the history of Islamic education, who had an important role in spreading and understanding Islamic religious teachings. This article explores various aspects of Muadz bin Jabal’s leadership and educational teaching, as well as their impact on the development of Muslim society at that time. By digging from various sources, this study reveals the depth of knowledge, wisdom in the spread of Islam, and justice in leadership which were the characteristics of Muadz bin Jabal. Apart from that, this article also highlights his spiritual influence and morality as a role model for Muslims today. Through careful analysis, it is hoped that this article can provide a better understanding of the contribution and figure of Muadz bin Jabal in the history of Islamic Education and its relevance in the contemporary context.

Keywords: Islam, History, Education, Muadz ibn Jabal

Pendahuluan

Pendidikan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam membangun dasar spiritual dan intelektual bagi umat Muslim di seluruh dunia. Sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, pendidikan ini tidak hanya fokus pada pemahaman dan praktik ajaran agama, tetapi juga mencakup nilai-nilai moral, etika, dan pengembangan pribadi yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam.

Sejak zaman dahulu, pendidikan Islam telah menjadi pilar utama dalam penyebaran pengetahuan tentang agama, hukum, sejarah, serta berbagai ilmu lain kepada generasi-generasi Muslim. Tujuan utamanya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan spiritual individu, tetapi juga untuk membentuk masyarakat yang jujur, adil, dan memberi kontribusi positif dalam skala global.

Di era modern ini, pendidikan Islam dihadapkan pada tantangan dan peluang baru akibat kemajuan teknologi dan globalisasi yang mengubah cara pendidikan disampaikan dan diterima. Namun, nilai-nilai Islam yang tradisional tetap menjadi fondasi yang kuat untuk menghadapi dinamika zaman. Artikel ini akan mengeksplorasi berbagai aspek pendidikan Islam, termasuk tantangan masa kini, inovasi dalam pendidikan, serta peran penting pendidikan Islam dalam mendorong pemikiran kritis dan toleransi di tengah masyarakat yang multikultural. Oleh karena itu, pendidikan Islam tidak hanya relevan bagi umat Muslim, tetapi juga memiliki potensi sebagai sumber inspirasi dan pembelajaran bagi seluruh umat manusia dalam mencari kedamaian, keadilan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan mereka.

Pada pertengahan abad ke-6 Masehi, di tengah-tengah kegemilangan awal Islam, seorang tokoh terkemuka muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang tidak hanya dihormati sebagai seorang pemimpin ulung, tetapi juga sebagai seorang pendidik yang bijaksana. Dialah Muadz bin Jabal, seorang sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang dikenal karena kebijaksanaan, pengetahuannya yang luas, dan kepemimpinannya yang tegas. Dalam konteks pengajaran, Muadz bin Jabal menonjol sebagai figur yang memberikan kontribusi besar dalam menyebarkan ajaran Islam melalui pendidikan.

Artikel ini bertujuan untuk menyelidiki lebih dalam tentang kepemimpinan dan pengajaran Muadz bin Jabal dalam perspektif sejarah pendidikan Islam. Dengan memahami peran serta kontribusi beliau, kita dapat menggali wawasan yang berharga tentang bagaimana nilai-nilai pendidikan dan kepemimpinan Islam telah diterapkan pada masa awal perkembangan agama ini. Dalam konteks ini, artikel ini akan mengeksplorasi berbagai aspek kepemimpinan dan pendidikan yang diamalkan oleh Muadz bin Jabal.

Metode

Pendekatan kualitatif dan metode studi literatur digunakan dalam pembahasan ini. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis berbagai sumber literatur yang mencakup beragam dokumen dan referensi ilmiah. Data penelitian diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, internet, dan jurnal-jurnal penelitian yang relevan dengan tema penelitian.

Pembahasan

Pengertian Pendidikan Islam

Secara bahasa Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yakni “paedagogie” yang mengandung arti membimbing anak. Dari itu kemudia di terjemahkan ke bahasa Inggris menjadi “education” yang berarti bimbingan atau pengembangan, serta dalam bahasa Arab dengan istilah “tarbiyah” yang berarti Pendidikan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia Pendidikan berasal dari kkata “didik” dengan diberi awalan “pe” dan juga diberi akhiran “an” yang berarti “perbuatan  yang berkatian dengan hal,cara,serta sebagainya. Menurut Hasan Langgulung, Pendidikan ialah suatu kata yang diartikan sebagai usaha untuk memasukkan ilmu pengetahuan dari orang yang sudah memilikinya terhadap orang yang belum memilikinya. Sedangkan menurut M.J.Lavengeveld, Pendidikan merupakan usaha, pengaruh,bimibingan yang ditujukan untuk anak agar ia terbantu untuk pendewasaan yang lebih tepat dan cakap untuk menjalankan tugasnya sendiri. [1]

Dalam hal ini seiring berkembangnya pengetahuan Pendidikan diberi istilah lebih lanjut yakni dengan diartikan sebagai bimbingan atau pertolongan yang sengaja diberikan oleh orang yang sudah menguasai ilmu terhadap anak didik agar seorang anak didik tersebut dapat mengetahui ilmu yang dikuasai oleh pendidik.

Selanjutnya, Pendidikan mempunyai banyak sekali tahapan lanjutan yang salah satunya adalah Pendidikan agama islam yang dimaksud Pendidikan agama islam sendiri ialah usaha membimbing seorang anak didik agar nantinya dia bisa memahami dan dapat mengamalkan ajaran islam serta dijadikan sebagai pandangan hidup yang bisa menunutnnya kejalan yang benar. Sedangkan Menurut Ahmad Tafsir Pendidikan Islam merupakan ilmu Pendidikan yang menggunakan metode ilmiah, serta setiap teorinya harus mempunyai tanggung jawab sesuai dengan moral islam. Menurut Samsul Nizar, Pendidikan Islam merupakan tahapan dari berbagai rangkaian proses yang mempunyai sistem, terencana,serta komprehensif dan bertujuan untuk membagi ilmu serta nilai-nilai islam kepada anak didik sehingga nantinya anak didik mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah di dunia. Dan menurutu, Muzayyin Arifin dalam bukunnya, beliau menjelaskan bahwa Pendidikan islam adalah Pendidikan yang dimana sang pendidik berusaha membimbing serta mengembangkan pribadi manusia untuk aspek rohaniah yang dilakukan secara bertahap.[2]

Dari berbagai pengertian dan pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa Pendidikan islam merupakan ilmu yang berdasarkan Al-qur’an dan hadis yang mempelajari bagaimana usaha untuk membimbing dan membina jasama dan juga Rohani anak didik agar ia dapat bertanggung jawab serta semua komponen lainnya yang bersangkutan dengan Pendidikan islam haruslah didasari oleh ajaran islam tersebut.

Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan Pendidikan islam merupakan Gambaran dari nilai-nilai islam yang nantinya diharap terwujud dalam pribadi seorang peserta didik pada tahapan akhir dari sebuah Pendidikan. Dengan itu Pendidikan islam sangat diharapkan untuk perwujudan aspek-aspek islam dalam pribadi peserta didik yang melewati tahapan untuk focus pada pencapian hasil untuk berkepribadian islam, iman, ihsan dan berakhlakul karimah, sehat, mandiri, tanggung jawab, sehingga itu menjadikan pribadi dari peserta didik mempunyai pengen=mbangan menjadi hamba Allah yang bertaqwa dan memiliki pengetahuan untuk kehidupannya baik di dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, berkaitan dengan tujuan Pendidikan islam banyak dari tokoh islam memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai Pendidikan islam antara lain :

  1. Menurut Muhammad Athiyyah Al-Abrasyi Berpendapat bahwa tujuan Pendidikan islam itu sendiri adalah akhlak, dikarenakan Pendidikan akhlak atau budi pekerti sendiri merupakan Sebagian dari jiwa Pendidikan islam itu sendiri. Oleh karena itu tujuan Pendidikan islam itu sebenernya tercapainya sebuah akhlak yang baik dan sempurna. Tapi dengan garis bawah kita juga tidak boleh mengesampingkan pendidikan jasmani,akal, ataupun bagian dari ilmu pendidikan yang lainnya.
  2. Menurut Prof. Quraish Shihab, Beliau menjelaskan bahwa tujuan pendidikan islam adalah untuk pembinaan manusia baik itu individu atuapun kelompok sehingga manusia tersebut mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini.
  3. Menurut A. Fatih Syuhud memaparkan bahwa tujuan dari pendidikan islam itu sendiri adalah menciptkan manusia yang beriman serta bertaqwa yang sebenar-benarnya menuhankan Allah SWT. Dimana nantinya orang itu akan melaksanakan syariat islam serta segenap aktivitas sehari-harinya dengan wujud ketundukannya sebagai hamba Allah SWT.
  4. Sedangkan Menurut M. Natsir beliau menyatakan bahwa penghambaan kepada Allah merupakan tujuan dari hidup serta merupakan tujuan dari pendidikan itu sendiri, dikarenakan kebahagiaan akan dating dikarenakan penghambaannya kepada Allah. Itu merupakan tujuan hidup dari manusia dan juga tujuan dari ilmu pendidikan islam itu juga.

Secara teoritis tujuan dari pendidikan islam itu dibagi menjadi tiga bagian antara lain :

  1. Tujuan Normatif yaitu tujuan yang ingin dicapai dengan norma-norma yang ada serta nantinya di bekukan dengan nilai-nilai yang akan dipunyai, seperti ; tujuan selektif yakni agar seseorang dapat membedakan yang mana yang haq dan mana yang bathhil, tujuan formatif yakni tujuan yang bersifat memberi pondasi yang akan menjadi korektor nantinya, tujuan determinitif yakni tujuan yang akan memberikan kemampuan diri untuk mengarah terhadap target-target yang sesuai dengan pendidikan itu sendiri, tujuan integrative yaitu tujuan yang dimana tujuan itu akan mensinkronkan fungsi dari psikis kita.
  2. Tujuan Fungsional yaitu tujuan yang menargetkan agar peserta didik mampu untuk mengarahkan fungsi dari daya kognitif,afketif, serta psikomotorik dari hasil pendidikan yang telah ditekuninya dan sesuai dengan ketetapan yang berlaku, misalnya seperti; tujuan individual yang dimana tujuan tersebut mempunyai sasaran unruk memberikan kemampuan individual dalam mengamalkan nilai-nilai yang telah diterimanya dalam pribadi moral, skill, dan intelektualnya, selanjutnya ada tujuan sosial yang dimana tujuan itu menargetkan sasaran pada kemampuan peserta didik untuk mengamalkan nilai-nilai dalam kehidupan sosial, intrapersonal,dan interaksional dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan moral yakni tujuan yang memiliki sasaran utnuk memberikan ppengetahuan dan kemampuan untuk peserta didik agar berprilaku yang sesuai dengan. nilai moral dan norma dari lingkungan tertentu dengan dorongan motivasi yang bersumber langsung dari agama, sosial, biologis, serta psikologi .
  3. Tujuan operasional yaitu tujuan yang memiliki target sasarn teknis memanajemen. Seperti yang dijelaskan oleh Lavengeveld, tujuan ini memiliki enam macam bagian antara lain: tujuan khusus,tujuan umum,tujuan sementara, tujuan incidental, tujuan tak lengkap, serta juga tujuan intermedier.

Oleh karena itu dengan pertimbangan konsep-konsep serta prinsip-prinsip diatas, tujuan pendidikan isalam seharusnya berkembang dengan petunjuk-petunjuk wahyu yang diharapkan dapat mendongkrak tatanan masyarakat dan budaya pendidikan islam agar dapat menjadi seorang pemikir yang porduktif, aktif ,energik, serta kreatif yang juga mempunyai semangat juang yang tinggi dengan bekal keimanan dan taqwa serta akhlakuk karimah.[3]

Proses masuk islam Muadz bin Jabal

Mu’adz bin Jabal Bernama asli Mu’adz bin Jabal bin ‘Amr bin Aus bin Ka’ab bin Uday bin Sa’ad bin Ali bin As’ad bin Sarida bin Yazid bin Khazraj. Dari Namanya kitab bisa tahu bahwasanya Mu’adz bin Jabal ini merupakan kaum anshor dari bangsawan suku Khazraj. Ayah Muadz bin Jabal Bernama Jabal bin Amr Al khazraj dan ibunya bernama Hindun binti Sahl dari bani Rifa’ah. Muadz bin Jabal merupakan seorang dari golongan ternama, yang dalam keluarganya Mu’adz bin Jabal  diapanggil Abu Abdurrahman Al Anshari Al khazraji Al Madani, beliau memiliki 2 anak yakni Abdurrahman dan Ummu Abdullah.[4]

Muadz bin Jabal tumbuh dan berkembang dalam pengawasan Bani Salimah, walaupun ia berasal dari Bani Uday, itu dikeranakan setelah sang ayah wafat, sang ibu (Hindun binti Sahl) menikah dengan Al-jad bin Qais yang merupakan seorang lelaki dari Bani Salimah. Kondisi fisik Mu’adz bin Jabal sangatlah bagus beliau berkulit putih, mempunyai wajah yang cerah, lentik kedua matanya, gigi taring yang mengkilau, berambut keriting, serta berawakan gagah.

Mu’adz bin Jabal masuk islam pada umur ke 18, beliau memeluk islam dengan dakwahan Mus’ab bin Umair yang mana dengan ajakan yang lemah lembut dan penuh sikap kasih sayang, dan hikmah yang membuat Mu’adz bin Jabal tersentuh hatinya dan bertekad masuk islam. Mu’adz bin Jabal merupakan salah satu dari 70 orang yang mengikuti baiat aqabah (perjanjian aqabah). [5]

Muadz bin Jabal wafat Ketika beliau berada di palestina dan wafat dalam keadaan syahid dikaarrenakan terkena wabah. Beliau wafat pada umur ke 33 tahun. dan bertepatan pada tahun 18H/639M.[6]

Peran Mu’adz bin Jabal dalam Penyebaran Pendidikan Islam

            Setelah mengikuti perjanjian aqabah ke-2 di Mekkah, Mua’dz bin Jabal Kembali ke Madinah dan beliau pun langsung menyatakan secara terang-terangan Mu’adz dan beberapa pemuda yang Kembali dari perjanjian aqabah membuat rencana yang dimana bertujuan untuk menghancurkan semua berhala yang ada di Madinah serta merebut semua berhala dari kaum musyrik baik itu secara sembunyi ataupun terang-terangan. walaupun disisi lain pemuka masyrakat pada saat itu masih merupakan penyembah berhala, diantara mereka ialah Amr bin Al Jamuh.

Amr bin Al Jamuh merupakan orang tua dari bani salamah yang sangat terpandang di kaumnya, ia mempunyai berhala yang terbuat dari kayu yang  paling bagus dan diberi nama “mannah”. Amr selalu memperhatikan berhalanya, ia selalu wewangian setiap pagi bahkan memakaikan pakaian dari sutra.

”Setelah malam tiba Mu’adz bin Jabal berserta para pemuda menyelinap masuk kedalam rumah Amr bin Al Jamuh untuk mengambil berhalanya dan membuang ke lubang yang didalamnya sudah ada kotoran dan sampah. Keesokan harinya Amr bin Al Jamuh kaget dikarenakan berhalanya yang sudah tidak ada di tempat biasanya, ia pun mencari di seluruh tempat dan ia menemukan berhalanya berada pada lubang yang berisikan kotoran dan sampah. Ia berkata “Celakalah kalian yang telah berbuat berani kepada tuhan kami tadi malam!!” Amr yang sangat sedih dan marahpun mengambil berhalanya dari lubang tersebut dan memandikannya serta tidak lupa memberinya minyak wangi lagi. ”

Dan setelah itu begitu para pemuda tahu bahwa berhalanya sudah diambil Amr bin Al Jumuh lagi mereka melancarkan aksinya lagi, disaat Amr tertidur para pemuda pun Kembali masuk kerumahnya untuk mengambil berhalanya serta membuangnya lagi seperti yang dilakukan oleh para pemuda semalam. Sesampainya pagi tiba Amr pun Kembali mencari berhalanya dan berada pada lubang lainnya, Amr pun Kembali memandikannya dan memberinya wewangian lagi serta kali ini Amr memberi ancaman kepada para warga apabila berani macam-macam terhadap berhalanaya makai a akan menyiksanya.

Akan tetapi para pemuda tetap tidak gentar dan terus melaksanakan aksinya, sesampainya kejadian ini terjadi berulang-ulang dan Amr pun memberi berhalanya pedang dan menggantungkannya di leher berhala tersebut, ia berkata “Demi Allah, aku tidak tahu siapakah yang telah berbuat ini kepadamu, seperti yang engkau lihat. Jika engkau memiliki kebaikan, ya Manat, maka jagalah dirimu clan ini pedang aku berikan kepadamu!”

Pada saat malam tiba para pemuda yang sudah mengetahui bahwa Amr sudah tertidur pulas, mereka Kembali masuk ke rumah Amr dan kali ini mereka mendekati berhala serta mengambil pedang yang sudah diberikan Amr kepada berhalanya. Selanjutnya mereka mengikat berhala tadi pada leher seekor anjing yang mati dan mereka pun Kembali membuangnya ke lubang yang berisi kotoran dan sampah. Sesampainya pagi tiba Amr melihat sudah tidak ada berhalanya dan dengan amarah ia mencarinya lagi, hingga ia melihat bahwa berhalanya telah berada pada lubang yang berisi kotoran dan smpah serta lehernya terikat pada anjing yang sudah mati.

Setelah kejadian itu Amr bin Al Jamuh pun mengatakan berkata terhadap berhalanya “ Demi Allah, apabila engkau benar tuhan maka engkau tidak akan terikat dengan anjing didalam lubang yang kotor itu” Hingga akhirnya pun Amr bin Al Jamuh pun yang merupakan seorang tokoh masyarakat pun masuk islam dikarenakan olah dari Mu’adz bin Jabal dan para pemuda lainnya.[7]

Pengutusan Muadz bin Jabal untuk Pendidikan Islam

Muadz bin Jabal menemui Rasulullah . Lantas Nabi pun melontarkan pertanyaan ke Muadz “ Wahai Muadz, bagaimana kabarmu hari ini?” dan Muadz pun menjawab “Wahai Rasulullah pagi ini aku dalam keadaan iman kepada Allah SWT.” Nabi pun membalas “Sesungguhnya setiap apapun yang keluar dari mulut itu membuktikan pembuktian, lali bukti apa yang dapat membenarkan ucapanmu?”. Muadz pun Kembali menjawab “Wahai Rasulullah, aku tak akan pernah memasuki waktu pagi tanpa aku menduga bahwa aku tidak hidup sampai sore dan aku tidak pernah memasuki waktu sore tanpa aku menduga bahwa aku seolah-olah tidak hidup lagi sampai pagi”. Lantas rasul pun menjawab “ Engkau sudah tahu maka pegnaglah erat-erat!”.

Pada saat Nabi . Keluar untuk mengantarkan dan melepas kepergian Muadz. Nabi berbicara kepada Muadz bahwa beliau merasa ini merupakan pertemuan terakhir kali denganya di dunia, tentunya dengan ucapan yang sangat menyentuh. Muadz sendiri pun diutus oleh Nabi untuk pergi ke Yaman, Muadz yang tidak kuat mendengarkan ucapan yang sangat menyentuh dari nabi pun menangis dikarenakan ia akan berpisah dengan Rasulullah .

Berangkatlah Muadz untuk berdakwah ke Yaman dan mengajarkan syariat Islam kepada manusia. Diriwayatkan dari Sa’id bin Abi Burdah, dari Abu musa, Ketika Muadz diutus nabi ke Yaman Beliau bersabda “Permudahlah perkara jangan dipersulit dan bersikaplah lembuh serta jangan bersikap kasar”. Singkat cerita Abu musa pun lalu berkata kepadanya “Wahai Muadz sesungguhnya dalam negri kami terdapat minuman dari Madu yang cukup terkenal yakno Bit’u serta dari gandum yang dinamakan Mizr.” Diberikan pertanyaan seperti itu Muadz pun menjawab dengan ilmunya “Setiap minuman yang memabukkan itu termasuk haram.” [8]

Setelah Kembali dari Yaman dan di Madinah Muadz tidak melihat keberadaan Nabi  ﷺ. Lagi ia pun merasa seakan-akan nyawanya keluar dari jasadnya. Lantas ia merasa seluruh isi dunia ini telah membuat banyak kegelapan pada orang-orang disekitarnya. Lalu ia pun termenung dan masih mengenanng memori manis bersama Nabi . Yang telah dilaluinya di waktu yang telah lalu. Ia masih ingat bahwa ia belajar langsung dari Rasulullah . Dan ia menerima ilmu itu serta belajar sikap kasih saying dan akhlakul karimah.

Dari kisah Mu’adz bin Jabal diatas kita dapat belajar betapa pentingya ikhlas, serta kerendahan hati dari seorang murid kegurunya. Selagi seorang guru tidak menyuruh muridnya berbuat kejelekan, maka kita sebagai seorang murid sudah sepatutnya untuk mematuhinya serta berharap ridhonya guru. Mu’adz bin Jabal juga juga menginspirasi para pemuda untuk berani untuk melawan

Metode yang diterapkan Mu’adz Bin Jabal dalam Pendidikan

Banyak sekali metode yang digunakan dalam pengajaran pendidikan, akan tetapi dalam hal ini kita akan membahas metode yang digunakan Mu’adz bin Jabal dalam menyampaikan pengajarannya, antara lain:

  1. Memberi Penjelasan (Classification)

Metode ini menggunakan konsep dimana seorang pendidik akan menjelaskan materi ajarnya dengan sesimpel dan sederhana mungkin agar seorang peserta didik dapat menerima dan memehaminya dengan baik serta jelas

Seperti halnya yang disampaikan oleh Salamah bin Sabrah mengatakan : Suatu ketika pada masa itu Mu’adz bin Jabal menyampaikan dakwah kepada kami di Syam. Ia pun mengatakan, “Kamu semua adalah orang-orang yang beriman. Kamu adalah penghuni surga. Sungguh, aku berharap Allah SWT akan mengangkat orang-orang Persia dan Romawi yang kalian tawan menjadi hamba-hamba-Nya di surga. Hal ini karena ketika salah seorang dari mereka berbuat baik kepada kalian, kalian berkata kepadanya, ‘Baik sekali! Semoga Allah memberimu rahmat.’ Baik sekali! Semoga Allah memberimu rahmat.'” lalu ia membacakan As-syura’ ayat 26 :

وَيَسْتَجِيْبُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَيَزِيْدُهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖ ۗوَالْكٰفِرُوْنَ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ

memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Orang-orang kafir akan mendapat azab yang sangat keras. (Q.S.Asy-Syūrā [42]:26)

Jabir Al Ju’fi menceritakan kepada kami dari Ummu Juhaisy bibinya, yang mengatakan: Ketika kami berada di Datsinah, di antara Janat dan Adn, tiba-tiba ada seseorang yang berkata, “Aku utusan Rasulullah Saw.” Kemudian kami menemukan sebuah desa, di mana seorang laki-laki berdiri dengan bersandar pada tombaknya, memegang pedang, memeluk perisai kulit, dan bertumpu pada busur serta anak panah. Dia berbicara, mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah Saw. kepada kalian: Bertakwalah kepada Allah dan beramallah. Karena kita akan menghadapi surga dan neraka di akhirat, tempat di mana tidak ada kematian, kita tinggal di sana tanpa meninggalkannya. Setiap amal perbuatan seseorang akan menjadi tanggung jawabnya, kecuali yang dilakukan untuk mencari keridhaan Allah. Setiap teman akan meninggalkan dan mengkhianati seseorang kecuali amal shaleh. Oleh karena itu, perhatikanlah urusan kalian dan bersabarlah terhadap segala sesuatu.” Orang itu memiliki rambut lebat, mata lebar, kulit putih, dan wajahnya bersinar.

  1. Metode Tanya-Jawab

Metode ini merupakan metode dimana pendidik dan peserta didik melakukan interaksi langsung. Dengan cara apabila seorang peserta didik melemparkan pertanyaan pendidik akan menjawab langsung dengan pasti dari apa yang ia telah pelajari.

Dari Abdullah Salamah, dia berkata: “Seseorang bertanya kepada Mu‟az bin Jabal, ‘Ajarilah aku!’ Mu‟az bertanya kepadanya, ‘Apakah kamu akan mentaatiku?’ Dia menjawab, ‘Sungguh, aku sangat antusias untuk mentaatimu.’ Mu‟az berkata, ‘Puasalah dan berbukalah, shalatlah dan tidurlah, bekerjalah dan hindarilah dosa, janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam, dan waspadalah terhadap doa orang yang dizalimi.’

Ayyub meriwayatkan dari Abu Qilabah dan lainnya, bahwa para sahabat Nabi Saw. melewati seorang laki-laki, lalu laki-laki itu berkata, ‘Berilah aku wasiat.’ Mereka memberikan wasiat kepada laki-laki tersebut, dan Mu‟az bin Jabal memberikan wasiat terakhir. Laki-laki itu berkata, ‘Berilah aku wasiat.’ Muawiyah berkata, ‘Mereka sudah banyak memberimu wasiat. Tetapi aku akan memberikan nasihat yang komprehensif untukmu. Ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melepaskan diri dari bagian hidup di dunia ini, tetapi bagian hidupmu yang paling penting adalah bagian hidupmu di akhirat. Oleh karena itu, mulailah dengan mempersiapkan bagian hidupmu di akhiratmu, karena itu akan membimbingmu melalui bagian hidupmu di dunia ini, dan kemudian itu akan diatur untukmu. Setelah itu, bagian hidupmu di dunia ini akan mengikuti kamu ke mana pun kamu pergi.

  1. Metode Praktik

Untuk metode ini pendidik mengajarkan muridnya unruk mengetahui ilmu pengetahuan secara langsung. Murid dituntut untuk mengamati secara langsung apa yang telah dijelaskan oleh guru dan nantinya akan diminta untuk memberikan Kesimpulan.

A’masy meriwayatkan dari Abu Sufyan, dia mengatakan: Para tua-tua di antara kami menceritakan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki yang meninggalkan istrinya selama dua tahun, kemudian dia kembali menemui istrinya dalam keadaan hamil. Dia kemudian mendatangi Umar, dan Umar memerintahkan untuk merajamnya. Mu‟az kemudian berkata, “Anda memiliki hak untuk merajam ibunya, namun tidak terhadap janin yang ada di dalam kandungannya.” Umar menjawab, “Tangguhkan hukuman rajam terhadap wanita ini hingga dia melahirkan.” Akhirnya, wanita tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki. Ketika suaminya melihat bayi itu, dia melihat kesamaan fisik yang mencolok dengan dirinya, dan dia berkata, “Ini anakku, ini anakku, demi Tuhan Ka’bah.” Kabar ini mencapai Umar, lalu beliau berkata, “Kaum wanita tidak lagi melahirkan orang seperti Mu‟az. Jika bukan karena Mu‟az, Umar akan binasa.”

  1. Memberikan Motivasi

Memberikan motivasi kepada murid berarti menginspirasi mereka untuk bertindak dan melakukan sesuatu, yang pada awalnya akan mendorong mereka merasa perlu dan bersemangat untuk belajar.

Mu‟az bin Jabal ra. selalu mencari kesempatan untuk syahid sesuai dengan kesempatan yang ada. Ia mendekatinya seperti orang yang haus yang mendekati air dingin di hari yang sangat panas. Mu‟az bin Jabal ra. menjadi pemimpin sayap kanan dalam perang Ajnadin. Dia berdiri tegak di antara sahabat-sahabatnya dan berkata, “Wahai kaum muslimin, hari ini jualah diri kalian kepada Allah. Jika kalian menang hari ini, maka negeri ini akan menjadi negeri Islam selamanya dengan ridha Allah SWT dan pahala yang besar dari-Nya.” Memberikan motivasi kepada murid berarti menginspirasi mereka untuk bertindak dan melakukan sesuatu, yang pada awalnya akan mendorong mereka merasa perlu dan bersemangat untuk belajar.

Mu’az bin Jabal ra. selalu mencari kesempatan untuk syahid sesuai dengan kesempatan yang ada. Ia mendekatinya seperti orang yang haus yang mendekati air dingin di hari yang sangat panas. Mu‟az bin Jabal ra. menjadi pemimpin sayap kanan dalam perang Ajnadin. Dia berdiri tegak di antara sahabat-sahabatnya dan berkata, “Wahai kaum muslimin, hari ini jualah diri kalian kepada Allah. Jika kalian menang hari ini, maka negeri ini akan menjadi negeri Islam selamanya dengan ridha Allah SWT dan pahala yang besar dari-Nya.”[9]

Kesimpulan      

Dari paragraf tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan islam merupakan ilmu yang berdasarkan Al-qur’an dan hadis yang mempelajari bagaimana usaha untuk membimbing dan membina jasama dan juga Rohani anak didik agar ia dapat bertanggung jawab serta semua komponen lainnya yang bersangkutan dengan Pendidikan islam haruslah didasari oleh ajaran islam tersebut. Tujuan Pendidikan islam merupakan Gambaran dari nilai-nilai islam yang nantinya diharap terwujud dalam pribadi seorang peserta didik pada tahapan akhir dari sebuah Pendidikan. Dengan itu Pendidikan islam sangat diharapkan untuk perwujudan aspek-aspek islam dalam pribadi peserta didik yang melewati tahapan untuk focus pada pencapian hasil untuk berkepribadian islam, iman, ihsan dan berakhlakul karimah, sehat, mandiri, tanggung jawab, sehingga itu menjadikan pribadi dari peserta didik mempunyai pengen=mbangan menjadi hamba Allah yang bertaqwa dan memiliki pengetahuan untuk kehidupannya baik di dunia maupun akhirat.

Mu’adz bin Jabal merupakan seorang tokoh yang berasal dari suku Khazraj, salah satu dari dua suku besar di Madinah pada masa Nabi Muhammad . Dia adalah seorang bangsawan dari suku Khazraj dan tumbuh dalam pengawasan Bani Salimah setelah sang ibu menikah kembali. Secara fisik, Mu’adz bin Jabal digambarkan memiliki penampilan yang menarik dan gagah. Pada usia 18 tahun, Mu’adz bin Jabal memeluk Islam melalui dakwah Mus’ab bin Umair, yang dikenal dengan pendekatan yang lembut dan penuh kasih sayang. Dia menjadi salah satu dari 70 orang yang ikut dalam Baiat Aqabah, sebuah perjanjian penting antara kaum Muslim Mekah dan Nabi Muhammad di Mekah.

Dengan demikian, Mu’adz bin Jabal adalah seorang sahabat Nabi yang mulia, yang memiliki kebangsawanan dan keberanian, serta berperan penting dalam perkembangan awal Islam di Madinah. Keputusannya untuk memeluk Islam pada usia muda dan kesetiaannya kepada Nabi Muhammad mengilhami banyak orang dan membawa kontribusi besar dalam penyebaran agama Islam.

Daftar Pustaka

Abdullah Mujib, and Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, 2008

Al-Basya, Abdurrahman Ra’fat, SIRAH 65 SAHABAT RASULULLAH SAW : Kisah Kehidupan Dan Perjuangan 65 Sahabat Rasulullah Pilihan, ed. by Luthfi Yansyah, Cet. 1 (Jakarta: Darul Adab al-lslami, 2016)

Al-Mishri, Syaikh Mahmud, ‘Sahabat-Sahabat Rasulullah ﷺ – Jilid 4’, 2020, 1–518

Aris, ILMU PENDIDIKAN ISLAM, ed. by Farhan Saefullah, Jurnal Sains Dan Seni ITS, Cet. 1 (Cirebon: Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2017), vi <http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp://fiskal.kemenkeu.go.id/ejournal%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1>

fajri, muhammad, ‘Islam Nusantara’, Afkaruna, 14.2 (2018), 267–71 <https://doi.org/10.18196/aiijis.2018.0091.267-270>

Hasan, Muhammad, Ringkasan Siyar A’lam An-Nubala’, Cet. 1 (Pustaka Azzam, 2021) <https://www.scribd.com/document_downloads/direct/513755260?extension=pdf&ft=1697815108&lt=1697818718&user_id=697799282&uahk=r7LNvMdQTeQzk4CT3BCFu48LQUU>

Imam Adz-Dzahabi, Ringkasan Siyar A’lam An- Nubala’ : Biografi Sahabat, Tabiin, Tabiut Tabiin, Dan Ulama Muslim, ed. by Muhammad Hasan Asy Syarif (Jakarta, 2008) <https://www.scribd.com/document_downloads/direct/513755260?extension=pdf&ft=1697815108&lt=1697818718&user_id=697799282&uahk=r7LNvMdQTeQzk4CT3BCFu48LQUU>

Nabila, ‘TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM’, Jurnal Pendidikan Indonesia, 3.1 (2021), 867–75 <http://journal.unilak.ac.id/index.php/JIEB/article/view/3845%0Ahttp://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/1288>

Nor Asiah, Ibrahim Shah, Yussoff Mohd Othman, and Kusnek@Khusni Hafizah, ‘METODOLOGI DAKWAH DARI WASIAT NABI S.A.W KEPADA MUAZZ BIN JABAL R.AHN’, Persidangan Antarabangsa Pengajian Islamiyyat Kali Ke-3 (Irsyad2017), 3 (2014), 445–64 <http://conference.kuis.edu.my/irsyad/images/eproceeding/2017/1015.pdf>

[1] Aris, ILMU PENDIDIKAN ISLAM, ed. by Farhan Saefullah, Jurnal Sains Dan Seni ITS, Cet. 1 (Cirebon: Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2017), vi <http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp://fiskal.kemenkeu.go.id/ejournal%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1>.

[2] Abdullah Mujib and Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, 2008.

[3] Nabila, ‘TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM’, Jurnal Pendidikan Indonesia, 3.1 (2021), 867–75 <http://journal.unilak.ac.id/index.php/JIEB/article/view/3845%0Ahttp://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/1288>.

[4] Imam Adz-Dzahabi, Ringkasan Siyar A’lam An- Nubala’ : Biografi Sahabat, Tabiin, Tabiut Tabiin, Dan Ulama Muslim, ed. by Muhammad Hasan Asy Syarif (Jakarta, 2008) <https://www.scribd.com/document_downloads/direct/513755260?extension=pdf&ft=1697815108&lt=1697818718&user_id=697799282&uahk=r7LNvMdQTeQzk4CT3BCFu48LQUU>.

[5] Ibrahim Shah Nor Asiah, Yussoff Mohd Othman, and Kusnek@Khusni Hafizah, ‘METODOLOGI DAKWAH DARI WASIAT NABI S.A.W KEPADA MUAZZ BIN JABAL R.AHN’, Persidangan Antarabangsa Pengajian Islamiyyat Kali Ke-3 (Irsyad2017), 3 (2014), 445–64 <http://conference.kuis.edu.my/irsyad/images/eproceeding/2017/1015.pdf>.

[6] Syaikh Mahmud Al-Mishri, ‘Sahabat-Sahabat Rasulullah ﷺ – Jilid 4’, 2020, 1–518.

[7] Abdurrahman Ra’fat Al-Basya, SIRAH 65 SAHABAT RASULULLAH SAW : Kisah Kehidupan Dan Perjuangan 65 Sahabat Rasulullah Pilihan, ed. by Luthfi Yansyah, Cet. 1 (Jakarta: Darul Adab al-lslami, 2016).

[8] muhammad fajri, ‘Islam Nusantara’, Afkaruna, 14.2 (2018), 267–71 <https://doi.org/10.18196/aiijis.2018.0091.267-270>.

[9] Muhammad Hasan, Ringkasan Siyar A’lam An-Nubala’, Cet. 1 (Pustaka Azzam, 2021) <https://www.scribd.com/document_downloads/direct/513755260?extension=pdf&ft=1697815108&lt=1697818718&user_id=697799282&uahk=r7LNvMdQTeQzk4CT3BCFu48LQUU>.


0 Comments

Leave a Reply