ANTARA IBU DAN KEYAKINAN DUA PILIHAN YANG DIHADAPI OLEH SAHABAT SA’AD BIN ABI WAQQASH RA KETIKA MENYATAKAN KEISLAMANNYA

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Aisah Nur Maulidiya Amaliya

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Para sahabat yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW turut berperan penting dalam penyebaran dakwah dan pemeliharaan keyakinan Islam. Sa’ad bin Abi Waqqas adalah seorang sahabat terkemuka yang dikenal karena keberanian, kebijaksanaan, dan pengabdiannya kepada Nabi Muhammad serta agama Islam sendiri. Garis besar kehidupan Sa’ad bin Abi Waqqas disajikan di halaman ini, bersama dengan informasi tentang masa kecilnya, kontribusi historisnya terhadap Islam, dan warisan spiritualnya. Sa’ad bin Abi Waqqas termasuk di antara sepuluh sahabat yang niscaya akan mencapai surga. Narasi hidupnya memberikan pelajaran penting bagi umat Islam tentang kesabaran, keberanian, dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Keberanian dan kesetiaannya telah menginspirasi umat Islam selama beberapa generasi.

Malik bin Uhaib Abu Ishaq Al-Qursyi Az-Zuhri Al Makki Al Maddani atau kerap dipanggil dengan nama Sa’ad bin Abi Waqqash[1]. Beliau memiliki nasab yang mulia dari ayahnya, Abu Waqqas Malik. Kemudian berlanjut ke Malik bin Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Sa’ad bin Abi Waqqash berasal dari suku Quraisy, tepatnya dari kabilah Bani Zuhrah.[2] Dilihat dari garis keturunan sang ibu, Sa’ad Bin Abi Waqqash termasuk paman Rasulullah SAW. Nama ibunya yaitu Hamnah binti Sufyan bin Umaiyyah bin Abdu Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.

Sa’ad Bin Abi Waqqash dilahirkan di Makkah sekitar tahun 595 Masehi (beberapa tahun sebelum kenabian) dari keluarga yang tergolong kaya raya dan terpandang di lingkungannya. Ia termasuk orang dengan karakter serius dan berpemikiran cerdas. Sa’ad juga pekerja keras, tampak dari kesehariannya yang disibukkan dengan membuat anak panah yang kemudian dijual kepada para petarung. Hatinya sangat suci, bukan pendendam dan juga pembenci siapapun. Hal ini membuatnya mendapat julukan penduduk surga, meskipun masih hidup.[3] Sebelum memeluk Islam, Sa’ad memiliki track record yang bagus di antara suku Quraisy. Meski menjadi penduduk Makkah, ia memiliki kebencian yang mendalam terhadap agama dan lifestyle masyarakat jahiliyyah. Termasuk bentuk penyembahan berhala dan kepercayaan lainnya yang melekat saat itu.[4]

Pada fase awal misi kenabian Nabi Muhammad SAW, Sa’ad bin Abi Waqqas termasuk di antara segelintir sahabat yang masuk Islam dengan usianya yang masih muda kala itu. Dia adalah salah satu orang pertama di Mekah yang menerima Islam. Kehadirannya memainkan peran penting dalam fase penyebaran Islam dari sejarah awal Islam di Mekah serta emigrasi ke Madinah. Dalam mimpinya ia menjelaskan bahwa, “Aku bermimpi sebelum masuk Islam. Aku berada di daerah yang gelap gulita tanpa jarak pandang sampai bulan tiba-tiba muncul di hadapanku, dan aku ikuti. Aku bertemu Zayd ibn Haritsah, Ali ibn Abi Thalib, dan Abu Bakar as-Siddeeq (ra), mereka melihat bulan di hadapanku. Aku ingin tahu kapan mereka tiba. Belum lama ini, kata mereka. Aku mendengar Nabi menyeru orang-orang kepada Islam secara pribadi ketika aku terbangun, jadi aku bergegas ke jalan Ajyaad di mana aku bertemu Abu Bakr (ra). Abu Bakar (ra) mengajakku masuk Islam, dan aku memeluknya”.[5]

Sa’ad Bin Abi Waqqash sangat berbakti kepada ibunya dan tidak memiliki keraguan terhadap perasaan dan kasih sayang yang ia berikan. Ibunya pun juga sangat menyayangi Sa’ad. Pengorbanan yang dilakukan oleh Ibu Sa’ad Bin Abi Waqqash saat membesarkannya dari kecil hingga dewasa seolah menjadi satu-satunya alasan pengabdian dan kecintaan terhadap ibunya.[6] Namun, terjadilah penentangan keras terhadap Islamnya Saad bin Abi Waqas yang dimulai dari lingkup keluarga dan anggota sukunya. Bahkan, ibunya yang sangat menyayanginya itu melontarkan ancaman bunuh diri dengan melakukan mogok makan dan minum selama beberapa hari, yang membuatnya lemah dan kurus. Ibunya bersedia makan hanya jika Saad kembali ke agamanya yang dulu.[7]

Dia berusaha mendekati ibunya dengan lembut, melunakkan sikapnya, dan memberinya kebebasan untuk mengambil keputusan. Dan seumur hidupnya, dia akan terus bersikap baik dan berbakti kepada ibunya. Tapi dia tidak berhasil. Saad juga menegaskan, bahwa besarnya rasa cinta pada ibunya, Sa’ad lebih cinta pada Allah SWT dan RasulNya. Setelah menyadari betapa bertekadnya Saad, ibu Saad menyerah dan mau makan lagi. Fakta ini menunjukkan betapa kuat dan tak tergoyahkan keimanan Saad bin Abi Waqqas.[8]

Kondisi Sa’ad pada waktu itu sesuai dengan firman Allah dalam QS. Luqman: 14-15, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (14). Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (15)”.

Sa’ad bin Abi Waqqas adalah sahabat dekat Nabi Muhammad SAW yang berperan penting dalam banyak seruan dan ekspedisi Nabi SAW. Sa’ad bin Abi Waqqas juga berkontribusi terhadap perkembangan Madinah sebagai ibu kota negara Islam menyusul kejayaan Islam di Mekah. Ia memainkan peranan penting dalam meletakkan dasar bagi masyarakat Islam awal Madinah.[9]  Partisipasinya dalam perang besar Badr, Uhud, Khandaq, dan konflik lainnya menunjukkan keberanian dan ketaqwaannya yang teguh terhadap Islam. Orang pertama yang kehilangan darah dalam membela Nabi adalah Sa’ad (ra). Hal ini terjadi ketika Nabi dan beberapa sahabat disergap saat salat di sebuah lembah. Selain itu, dia adalah orang pertama dalam Islam yang melepaskan anak panah untuk membela Nabi di jalan Allah. Dalam setiap pertarungan, dia selalu bersama Nabi. Dia telah bertempur dengan gagah dan berani.[10] Ia merasa tertantang untuk berperang dalam pertempuran yang mengharuskan banyak Muslim dan non-Muslim mengorbankan nyawa mereka. Ketika Sa’ad bin Abi Waqqas memimpin para pejuang Islam melawan tentara Persia di Qadissyah, keberaniannya terpatri dalam tinta emas. Salah satu konflik terbesar yang dilakukan umat Islam adalah dalam peperangan ini.[11]

 

DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem. Para Panglima Perang Islam. Yogyakarta: Saufa, 2015.

Al-Khandlawy, Yusuf. Kehidupan Para Sahabat Rasulullah. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2012.

Aripin, Sarah Nabila, Wadidah Robiyati, and Tarissa Fitria. “Surga Yang Dijanjikan.” Gunung Jati Conference Series: Learning Class Tauhid and Akhlak 22 (2023).

As-Sa’id, Shalahuddin Mahmud. 10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga. Solo: Al-Qawam, 2012.

Aswara, Subagjo. Sa’ad Bin Abi Waqqash. Bandung: PT. Remaja Kosdakarya, 1986.

Asy-Syaikh, A. Sattar. 10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga. Jakarta: Darus Sunnah, 2012.

Djayadi, Mahsun. Ibrah Kehidupan. Surabaya: UM Surabaya Publishing, 2022.

Fadhil, Sujai. Biografi 10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga. Bogor: Guepedia, 2020.

Syukur, Yanuardi. Kisah Perjuangan Sahabat-Sahabat Nabi. Jakarta: Al-Maghfiroh, 2014.

“The First: Saad Ibn Abi Waqqas (Ra).” A Lecture Series Yaqeen Institute for Islamic Research, 2024.

Yansyah, Luthfi. Kisah Edukatif 10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga. 1st ed. Jakarta Timur: Penerbit Zikrul Hakim, 2019.

 

[1] Shalahuddin Mahmud As-Sa’id, 10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga (Solo: Al-Qawam, 2012).

[2] A. Sattar Asy-Syaikh, 10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga (Jakarta: Darus Sunnah, 2012).

[3] Sujai Fadhil, Biografi 10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga (Bogor: Guepedia, 2020).

[4] Rizem Aizid, Para Panglima Perang Islam (Yogyakarta: Saufa, 2015).

[5] “The First: Saad Ibn Abi Waqqas (Ra),” A Lecture Series Yaqeen Institute for Islamic Research, 2024.

[6] Yanuardi Syukur, Kisah Perjuangan Sahabat-Sahabat Nabi (Jakarta: Al-Maghfiroh, 2014).

[7] Luthfi Yansyah, Kisah Edukatif 10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga, 1st ed. (Jakarta Timur: Penerbit Zikrul Hakim, 2019).

[8] Mahsun Djayadi, Ibrah Kehidupan (Surabaya: UM Surabaya Publishing, 2022).

[9] Yusuf Al-Khandlawy, Kehidupan Para Sahabat Rasulullah (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2012).

[10] Subagjo Aswara, Sa’ad Bin Abi Waqqash (Bandung: PT. Remaja Kosdakarya, 1986).

[11] Sarah Nabila Aripin, Wadidah Robiyati, and Tarissa Fitria, “Surga Yang Dijanjikan,” Gunung Jati Conference Series: Learning Class Tauhid and Akhlak 22 (2023).


0 Comments

Leave a Reply