Membina Generasi Z: Strategi Menarik dalam Mengajarkan Akidah dan Membangun Iman yang Kokoh

Published by Buletin Al Anwar on

Sofi Agustin Helda Wati

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

[email protected]

Abstrak: Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat memberikan tantangan tersendiri dalam dunia pendidikan, khususnya dalam menyampaikan nilai-nilai akidah kepada Generasi Z generasi yang tumbuh dan hidup dalam ekosistem digital. Generasi ini dikenal memiliki karakteristik yang unik: cepat bosan, kritis, serta terbiasa dengan pembelajaran berbasis visual dan interaktif. Artikel ini membahas berbagai strategi pembelajaran akidah yang inovatif dan relevan dengan karakteristik Generasi Z. Pendekatan yang digunakan mencakup integrasi media sosial, pemanfaatan ruang kelas digital (smart classroom), storytelling, serta kolaborasi antara sekolah dan keluarga. Hasil kajian menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang kontekstual, melibatkan aspek emosional, dan menggunakan teknologi digital dapat meningkatkan efektivitas penyampaian nilai-nilai keimanan dan membangun fondasi spiritual yang kuat bagi peserta didik.

Kata Kunci: Generasi Z, akidah, teknologi pendidikan, media sosial, storytelling, smart classroom, pendidikan karakter

 

Pendahuluan

Kemajuan pesat di bidang teknologi dan informasi telah membawa dampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Generasi Z, yang merupakan kelompok usia yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh dalam lingkungan digital yang serba cepat dan instan. Mereka sangat familiar dengan perangkat teknologi, media sosial, serta akses informasi yang begitu mudah, sehingga memiliki karakteristik khas yang membedakannya dari generasi-generasi sebelumnya. Kondisi ini menuntut adanya pendekatan pendidikan yang lebih inovatif dan relevan, terutama dalam pengajaran agama Islam, agar nilai-nilai akidah dapat tersampaikan dengan baik dan mampu membentuk fondasi keimanan yang kuat dalam diri mereka.1

Pendidikan akidah merupakan landasan penting dalam membentuk kepribadian dan moral seseorang. Namun, untuk menyampaikan nilai-nilai keimanan kepada Generasi Z yang dikenal kritis, cepat merasa bosan, dan sangat terpengaruh oleh arus media sosial dibutuhkan metode yang inovatif dan sesuai dengan karakter mereka. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan pendekatan dengan karakteristik generasi ini berpotensi menyebabkan menurunnya ketertarikan terhadap pelajaran agama, bahkan menjauhkan mereka dari nilai-nilai spiritual yang seharusnya menjadi panduan hidup.

Berbagai kajian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran yang bersifat interaktif, kontekstual, dan memanfaatkan teknologi digital sangat diperlukan dalam menyampaikan materi akidah. Penggunaan media sosial dan aplikasi pembelajaran yang bersifat interaktif terbukti dapat meningkatkan pemahaman serta minat siswa terhadap materi keagamaan. Selain itu, aktivitas pembelajaran yang melibatkan unsur emosional dan spiritual, seperti bercerita (storytelling), pemutaran video reflektif, serta diskusi tentang nilai-nilai kehidupan, terbukti efektif dalam membangun keimanan yang kuat pada diri peserta didik.

Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengulas strategi-strategi menarik yang dapat diterapkan dalam membina Generasi Z melalui pendidikan akidah, dengan harapan dapat membentuk generasi yang beriman kuat, berakhlak mulia, serta mampu menghadapi tantangan zaman dengan nilai-nilai Islam sebagai pijakan utama.

Pembahasan

Karakteristik Generasi Z dan Tantangan Pendidikan Akidah

Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, merupakan kelompok yang tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, menjadikan mereka sangat akrab dengan perangkat seperti smartphone, tablet, dan laptop. Sebagai digital native, mereka terbiasa menggunakan media sosial untuk berkomunikasi, mencari hiburan, dan memperoleh informasi, termasuk dalam konteks pembelajaran. Karakteristik utama Generasi Z mencakup kemampuan melakukan multitasking, preferensi terhadap konten visual dan interaktif, serta kecenderungan untuk belajar secara mandiri melalui berbagai platform digital. Mereka juga dikenal kritis, ekspresif, dan cepat merasa bosan dengan metode pembelajaran konvensional yang monoton. Selain itu, Generasi Z menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, serta lebih menyukai pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata. Oleh karena itu, dalam konteks pendidikan, khususnya pendidikan agama, pendekatan yang kontekstual, inovatif, dan berbasis teknologi sangat diperlukan untuk menjangkau karakter dan kebutuhan khas generasi ini.

Generasi Z, yaitu mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam era yang didominasi oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Mereka memiliki ciri khas yang membedakan dari generasi sebelumnya, seperti kemampuan melakukan beberapa aktivitas secara bersamaan (multitasking), ketertarikan terhadap konten visual dan berbasis interaksi, serta kecenderungan untuk belajar secara mandiri melalui berbagai platform digital.

Dalam konteks pembelajaran akidah, karakteristik ini menjadi tantangan tersendiri karena materi akidah cenderung bersifat konseptual dan mendalam. Generasi ini sangat terbiasa menggunakan perangkat digital seperti ponsel pintar dan tablet untuk mengakses informasi secara instan, dan lebih menyukai penyajian materi yang bersifat visual atau interaktif dibandingkan teks yang panjang. Selain itu, mereka lebih memilih untuk mengeksplorasi pembelajaran secara mandiri melalui platform seperti YouTube atau aplikasi pembelajaran lainnya, dan lebih tertarik pada pendekatan yang memungkinkan interaksi serta relevansi dengan kehidupan mereka sehari-hari. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran akidah bagi Generasi Z perlu disesuaikan agar dapat menjangkau cara belajar dan minat mereka secara efektif.

Strategi Pembelajaran Akidah yang Efektif untuk Generasi Z

  1. Integrasi Media Sosial sebagai Sarana Pembelajaran: Pemanfaatan media sosial sebagai bagian dari proses pembelajaran, seperti melalui aplikasi TikTok, dapat menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. Platform semacam ini memungkinkan penyajian materi secara lebih menarik dan interaktif, sehingga mampu menjembatani keterbatasan penyampaian langsung oleh guru. Dengan pendekatan ini, proses belajar mengajar menjadi lebih efisien serta mudah diterima oleh siswa karena sesuai dengan kebiasaan digital mereka.
  1. Pemanfaatan Smart Classroom: Penggunaan konsep smart classroom memberikan sejumlah kelebihan, di antaranya adalah kemampuannya dalam menyajikan materi pembelajaran secara interaktif. Materi pelajaran disimpan dalam format digital, dan peran guru bergeser menjadi pembimbing atau fasilitator dalam proses belajar. Pendekatan ini menciptakan suasana belajar yang lebih dinamis, serta memperluas akses siswa terhadap berbagai sumber belajar yang beragam dan mudah diakses.
  2. Pengembangan Materi Akhlak yang Relevan: Mengembangkan materi akhlak yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan Generasi Z menjadi hal yang sangat krusial, terutama dalam menanggapi berbagai persoalan moral di era digital saat Kemajuan teknologi membawa dampak ganda bagi siswa, baik sebagai peluang untuk memperoleh pengetahuan secara luas maupun tantangan yang muncul melalui penggunaan media sosial, informasi tak terbatas, dan bentuk interaksi yang terjadi di dunia maya.
  3. Transformasi Pendidikan Islam melalui Teknologi: Transformasi pendidikan Islam melalui pemanfaatan teknologi memungkinkan Generasi Z untuk menjangkau materi-materi keagamaan yang lebih mendalam, termasuk pemahaman tentang nilai-nilai Islam, etika, dan Dukungan berbagai sumber daya digital seperti media audio, visual, serta konten interaktif, turut memperkaya proses pembelajaran, sehingga menjadikannya lebih menarik dan mudah dipahami oleh peserta didik.
  4. Metode Storytelling dan Visualisasi: Penggunaan metode bercerita dan visualisasi, seperti menyampaikan kisah para nabi, tokoh-tokoh Islam, maupun pengalaman spiritual melalui narasi atau video singkat, dapat menjadi strategi yang efektif. Pendekatan ini memungkinkan peserta didik memahami nilai-nilai moral dan spiritual dengan cara yang lebih emosional, menyentuh, serta menyenangkan.

Kolaborasi Orang Tua dan Sekolah dalam Membina Generasi Z

Dalam upaya membentuk generasi yang beriman, kerjasama antara orang tua dan sekolah memiliki peran yang sangat krusial. Proses penguatan iman yang kokoh pada generasi Z tidak hanya menjadi kewajiban sekolah, tetapi juga memerlukan dukungan yang aktif dari pihak keluarga. Dengan demikian, hubungan yang baik dan saling mendukung antara keduanya sangat dibutuhkan untuk menciptakan suasana yang mendukung pertumbuhan iman anak.

  1. Peran Orang Tua dalam Membangun Iman yang Kokoh

Keluarga berperan sebagai lingkungan pertama yang memberikan nilai-nilai hidup kepada anak. Orang tua diharapkan dapat menciptakan suasana rumah yang penuh dengan nuansa religius melalui rutinitas ibadah seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan berdiskusi tentang ajaran agama. Suasana seperti ini akan sangat mempengaruhi perkembangan karakter dan iman anak. Selain itu, mengingat bahwa generasi Z sangat akrab dengan teknologi, orang tua perlu berperan aktif dalam mengawasi dan membimbing anak agar dapat memilih konten media digital yang sesuai dengan ajaran agama, serta membatasi durasi penggunaan gadget. Keterlibatan orang tua dalam mendukung anak untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan, baik di sekolah maupun di luar sekolah, juga sangat penting. Kegiatan seperti pengajian, acara keagamaan, dan dakwah di masyarakat dapat menjadi sarana yang efektif dalam memperkuat iman anak. Dengan demikian, peran orang tua dalam kegiatan keagamaan menunjukkan bahwa iman bukan hanya sekadar ajaran, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.10

  1. Peran Sekolah dalam Membangun Iman yang Kokoh

Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam memperkuat akidah dan membentuk karakter religius pada generasi Z. Untuk itu, sekolah perlu menyediakan pendidikan agama yang berkualitas, yang tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga pada pengajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah harus berusaha mendekatkan siswa pada nilai-nilai agama melalui metode yang menarik, seperti pembelajaran berbasis cerita atau diskusi yang mendorong partisipasi aktif siswa. Selain itu, sekolah juga perlu menciptakan suasana yang mendukung perkembangan iman, seperti menyelenggarakan kegiatan keagamaan seperti salat berjamaah, pengajian rutin, dan program-program sosial yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan serta kepedulian terhadap orang lain.

  1. Sinergi antara Orang Tua dan Sekolah

Kerja sama yang solid antara orang tua dan pihak sekolah menjadi faktor utama dalam membentuk generasi yang memiliki keimanan kuat serta akhlak yang terpuji. Agar proses pendidikan berjalan efektif, orang tua dan guru harus menjalin komunikasi yang intensif dan berkelanjutan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai agama dan moral yang ditanamkan di rumah sejalan dengan yang diajarkan di lingkungan sekolah. Ketika kedua pihak saling mendukung dan menyatukan visi dalam mendidik anak, akan tercipta kesinambungan yang harmonis dalam proses pembentukan karakter. Kolaborasi ini diharapkan dapat menghasilkan generasi muda yang tidak hanya memiliki fondasi iman yang kuat, tetapi juga mampu berpikir secara kritis, bijaksana dalam mengambil keputusan, dan siap menghadapi berbagai tantangan kehidupan di era modern.

Kesimpulan 

Dalam era digital yang serba cepat, pembinaan iman pada Generasi Z memerlukan pendekatan yang inovatif dan relevan dengan karakteristik mereka. Generasi ini sangat akrab dengan teknologi dan cenderung lebih tertarik pada metode pembelajaran yang interaktif, visual, dan kontekstual. Oleh karena itu, pendidikan akidah perlu didesain sedemikian rupa agar mampu menjawab tantangan zaman dan menyentuh sisi spiritual mereka secara efektif. Strategi seperti pemanfaatan media sosial, penggunaan smart classroom, pengembangan materi akhlak yang relevan, transformasi digital dalam pendidikan Islam, serta metode storytelling menjadi pilihan yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai keimanan. Selain pendekatan pedagogis, keberhasilan dalam membentuk kepribadian religius juga sangat dipengaruhi oleh sinergi antara sekolah dan keluarga. Orang tua dan guru harus bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang religius dan kondusif, baik di rumah maupun di sekolah. Kolaborasi ini menjadi pondasi penting dalam menciptakan generasi yang tidak hanya memiliki iman yang kokoh dan akhlak mulia, tetapi juga siap menghadapi tantangan global dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam sebagai pedoman hidup.

Daftar Pustaka 

Ahmad Akbar, Mas’adah, Mochammad Pandu Agustiawan, Sukino, Triyo Supriyatno. “Pengembangan Materi Akhlak Untuk Generasi Z Di MAN 1 Ketapang Ahmad,” 2024, 408–21.

Alit, Dewa Made, and Ni Luh Putu Tejawati. “Smart Classroom: Digital Learning Generation Z and Alpha.” Seminar Nasional (PROSPEK II) “Transformasi Pendidikan Melalui Digital Learning Guna Mewujudkan Merdeka Belajar,” no. Prospek Ii (2023): 277– 88.

Bafadal, Rifqi, and Fatiya Rosyid. “Memahami Kebutuhan Belajar Generasi Z Melalui Asesmen Personal Berbasis Artificial Intelegence.” Journal of Innovation and Teacher Professionalism 3, no. 1 (2024): 182–88. https://doi.org/10.17977/um084v3i12025p182-188.

Kusumawati, Silviana Putri. “Pendidikan Aqidah-Akhlak Di Era Digital.” EDUSOSHUM: Journal of Islamic Education and Social Humanities 1, no. 3 (2021): 130–38. https://doi.org/10.52366/edusoshum.v1i3.16.

Nadiyah, Dewi Laila. “Pemanfaatan Aplikasi Tik Tok Sebagai Media Pembelajaran Akidah Akhlak Di MTS NU Banat Kudus.” Al-Riwayah : Jurnal Kependidikan 13, no. 2 (2021): 263–80. https://doi.org/10.47945/al-riwayah.v13i2.393.

Ni, Early, and mah Hayati. “Karakteristik Belajar Generasi Z Dan Implikasinya Terhadap Desain Pembelajaran Ips” 4, no. 8 (2024): 4–8. https://doi.org/10.17977/um065.v4.i8.2024.8.

Salsabila, Unik Hanifah, Andita Iftakhuzzulfa, and Fathi Hana’ ibnu Tsani. “Transformasi Pendidikan Islam Untuk Generasi Z: Peran Teknologi Dalam Ruang Kelas.” Kaunia: Integration and Interconnection Islam and Science Journal 19, no. 2 (2024): 55–61. https://doi.org/10.14421/kaunia.4380.

Santoso, Alek Budi. “KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK DI SD ISLAM ALMADINA, MI AL KHOIRIYYAH 2 DAN SDN PURWOYOSO 02 SEMARANG TESIS.” Nucl. Phys. 13, no. 1 (2023): 104–16.

Wahidah, A F. “Pengaruh Media Sosial Dan Minat Belajar Akidah Akhlak Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Ix Mts Miftahul Ulum Ngraket Balong Tahun Pelajaran

2020/2021,” 2021.

http://etheses.iainponorogo.ac.id/id/eprint/16667%0Ahttp://etheses.iainponorogo.ac.id

/16667/1/210317140_ANA FAZILA WAHIIDAH_PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.pdf.

Wulandari Wangi Ni Kadek, Fridari Diah Ayu I Gusti. “PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENGEMBANGAN KARAKTER GENERASI Z DI

ERA DIGITAL.” Jurnall Inovasi Pendidikan 6, no. 1 (2024): 52–61. https://journalpedia.com/1/index.php/jip/article/view/1285.

 

 

 

 

 


0 Comments

Leave a Reply