Menghidupkan Akidah di Era Scroll dan Streaming pada Generasi Z

Oleh: Agung Rahmatullah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstrak
Di tengah derasnya arus informasi digital, generasi Z menghadapi tantangan besar dalam menjaga kemurnian akidah Islam. Konten yang mudah diakses namun belum tentu benar, rendahnya literasi digital, hingga kecanduan media sosial dan game online menjadi ujian tersendiri bagi keimanan mereka. Artikel ini membahas bagaimana era digital bisa memengaruhi keyakinan seseorang, serta strategi-strategi nyata untuk menghidupkan kembali semangat akidah di kalangan anak muda. Melalui pendekatan pendidikan digital yang bijak, pengawasan keluarga, penyebaran konten positif, dan kegiatan keagamaan yang menarik, diharapkan akidah tetap tumbuh kuat meski berada di era scroll dan streaming.
Katakunci: Akidah, Generasi Z, Era Digital.
PENDAHULUAN
Kita hidup di zaman yang segalanya serba cepat dan serba digital. Hanya dengan satu jari, kita bisa menjelajahi dunia, menonton video dari berbagai penjuru bumi, atau mendapatkan informasi apapun dalam hitungan detik. Era ini disebut era scroll dan streaming, di mana generasi muda, khususnya Generasi Z, sangat akrab dengan gadget dan media sosial. Namun, di balik kemudahan dan hiburan yang ditawarkan dunia digital, ada tantangan besar yang diam-diam mengancam: lunturnya nilai-nilai keimanan dan akidah.
Akidah, yang merupakan pondasi dalam hidup seorang muslim, kini berada di tengah arus informasi yang begitu deras. Banyak anak muda lebih mengenal tokoh idola di internet daripada memahami siapa Nabi mereka. Banyak yang lebih hafal lirik lagu viral daripada ayat-ayat Al-Qur’an. Ini bukan sekadar persoalan teknologi, tetapi krisis spiritualitas yang harus segera ditangani.
Melalui tulisan ini, kita akan membahas bagaimana akidah bisa tergerus oleh pengaruh negatif dunia digital, serta langkah-langkah strategis dan sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga dan menghidupkan kembali akidah di hati generasi muda. Karena iman itu tidak cukup hanya diwariskan, tapi harus terus dihidupkan—terutama di era yang serba cepat ini.
PEMBAHASAN
Akidah Dalam Sorotan Digital
a. Pengertian Akidah Dalam Islam
Akidah berasal dari kata Arab ‘aqīdah yang berasal dari ‘aqada ya‘qidu ‘aqdan, yang secara makna menggambarkan ikatan atau simpul yang menghubungkan satu hal dengan lainnya secara kuat. Artinya, akidah adalah keyakinan yang menjadi pengikat kuat antara seorang hamba dan Tuhannya, yang tidak bisa dipisahkan.[1]
Menurut Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi, akidah itu adalah kumpulan keyakinan yang isinya jelas dan benar. Keyakinan ini bisa diterima oleh akal, bisa didengar oleh telinga, dan dirasakan oleh hati. Hati manusia menerima dan membenarkannya, bahkan merasa tenang dan yakin bahwa keyakinan itu benar, baik, dan tidak ada yang bisa membantahnya.
Contohnya, seperti keyakinan bahwa Allah itu ada sebagai Pencipta, bahwa Allah punya ilmu dan kekuasaan yang sempurna, dan bahwa kita sebagai manusia wajib taat kepada-Nya. Selain itu, akidah juga mencakup pentingnya memperbaiki akhlak (perilaku). Dalam bahasa Arab disebut “aqidah”, dan dalam bahasa Indonesia ditulis “akidah”.[2]
b. Tantangan Era Digital terhadap Akidah
Di era digital saat ini, kita hidup dalam arus informasi yang sangat cepat dan tanpa batas. Hanya dengan satu klik, kita bisa mengakses jutaan konten baik yang membangun, maupun yang bisa merusak iman. Inilah yang menjadi tantangan besar bagi akidah (keyakinan) umat Islam.
Beberapa tantangan utama terhadap akidah di era digital antara lain:
- Rendahnya Literasi digital
Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah masih banyak orang yang belum paham cara menggunakan internet dan media digital dengan bijak. Akibatnya, mereka bisa saja percaya pada informasi yang salah, bahkan yang bisa membahayakan diri atau iman mereka. Karena itu, sangat penting bagi kita semua untuk belajar dan meningkatkan kemampuan dalam memahami serta memilih informasi yang benar dan bermanfaat.[3]
- Perlunya Pengawasan Orang Tua
Salah satu tantangan besar dalam pendidikan Islam di zaman digital ini adalah memastikan bahwa konten yang dibagikan lewat internet benar dan bisa dipercaya. Karena sekarang informasi sangat mudah tersebar dan jumlahnya banyak sekali, kita butuh pengawasan yang ketat agar tidak ada ajaran yang salah, keliru, atau bahkan bertentangan dengan ajaran Islam yang tersebar ke masyarakat.[4]
- Pengaruh Konten negatif
Di media sosial, tidak semua konten yang beredar bersifat positif atau mendidik. Selain ada yang menghibur dan bermanfaat, banyak juga konten negatif yang bisa berdampak buruk bagi penontonnya, terutama anak-anak.
Salah satu hal yang sering terlihat adalah penggunaan kata-kata kasar atau tidak sopan dalam video atau postingan tertentu. Anak-anak, yang masih dalam tahap meniru dan mengikuti tren, sering kali ikut-ikutan menggunakan bahasa tersebut tanpa menyadari bahwa itu tidak pantas. Hal ini tentu bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan di rumah dan sekolah, serta bisa memengaruhi sikap dan perilaku mereka dalam jangka panjang.[5]
- Kecanduan Game Online
Saat ini, minat terhadap game online sangat besar di Indonesia. Di era digital seperti sekarang, perkembangan game begitu pesat, dan game online menjadi salah satu hiburan paling populer di kalangan remaja. Sebenarnya, game dibuat untuk hiburan. Tapi sayangnya, banyak yang memainkannya secara berlebihan. Bahkan, tidak sedikit yang menjadikan game sebagai pelarian dari masalah atau kenyataan hidup. Akibatnya, muncul kecanduan yang bisa berdampak buruk pada berbagai aspek kehidupan remaja, seperti waktu belajar, hubungan sosial, dan bahkan kesehatan mental.[6]
Secara keseluruhan, semua tantangan ini menunjukkan betapa pentingnya pendekatan yang bijak dan responsif untuk membangun akidah yang kokoh di kalangan umat Islam di era digital. Kita perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa generasi muda dapat mengakses informasi yang benar dan bermanfaat, agar iman mereka tetap kuat.
Krisis Spiritualitas di Balik Layar
- Konten yang Mengikis Nilai Keimanan
Sekarang ini, banyak konten di media sosial yang tanpa kita sadari bisa menjauhkan kita dari Allah. Misalnya, video atau postingan yang menunjukkan gaya hidup bebas, orang-orang yang pamer harta, atau bercanda dengan hal-hal yang berkaitan dengan agama. Awalnya terlihat lucu atau keren, tapi lama-lama bisa membuat hati kita jadi gak peka lagi terhadap dosa.
Bayangkan seperti air yang terus netes ke batu lama-lama batunya bisa berlubang. Sama seperti iman kita, kalau terus-menerus kena konten negatif, iman pun bisa luntur sedikit demi sedikit.
- Budaya Instan dan Dampaknya terhadap Pemahaman Agama
Kita sekarang hidup di zaman serba cepat. Maunya semua langsung jadi: pesan makanan tinggal klik, cari info tinggal tanya Google. Nah, cara berpikir ini juga kebawa ke cara kita belajar agama. Banyak yang jadi malas ikut pengajian atau baca buku agama karena dianggap ribet dan lama.
Akhirnya, kita cuma dapat ilmu dari potongan video pendek, quote-quote singkat, atau status orang. Padahal, belajar agama itu butuh waktu dan proses. Kalau cuma ambil sepotong-sepotong, bisa bikin kita salah paham, bahkan tersesat.
Strategi Menghidupkan Akidah di Era Digital
Di era digital saat ini, banyak tantangan yang dihadapi oleh umat Islam dalam menjaga akidah. Berikut adalah beberapa strategi untuk menghidupkan akidah di kalangan generasi muda:
- Pendidikan Digital yang Bijak
Pentingnya memahami cara menggunakan internet dan media sosial secara bijak. Ini termasuk memilih informasi yang benar dan menghindari konten yang merusak iman. Pendidikan literasi digital harus ditingkatkan agar generasi muda dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk.
- Peran Orang Tua dan Pendamping
Agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang berbakti kepada orang tuanya, ada dua hal penting yang harus diperhatikan oleh orang tua. Pertama, jika orang tua ingin disayangi oleh anak, maka orang tua juga harus menunjukkan rasa sayang kepada anak. Misalnya, kalau anak sering main di luar rumah tanpa arah, orang tua tidak boleh diam saja. Menyayangi anak bukan berarti menuruti semua keinginannya, tapi justru membimbing dan menjaga mereka agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang buruk.
Kedua, anak perlu diberi pendidikan yang baik, seperti disekolahkan di lembaga pendidikan Islam, seperti Ma’arif, pesantren, atau sekolah Islam lainnya. Dua hal inilah yang bisa membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang saleh atau salehah, dan tentu saja, berbakti kepada orang tuanya.[7]
Orang tua perlu aktif mengawasi penggunaan media digital anak-anak. Diskusi terbuka tentang konten yang mereka lihat dapat membantu anak memahami nilai-nilai agama. Selain itu, memberikan alternatif konten positif, seperti video pengajaran atau ceramah, dapat membantu membentuk pemahaman yang benar.
- Konten Positif dan Inspiratif
Mendorong penciptaan dan penyebaran konten positif yang menguatkan iman. Misalnya, menyebarkan video atau artikel yang menampilkan nilai-nilai Islam yang baik, kisah inspiratif, dan ajaran agama yang bermanfaat.
- Kegiatan Keagamaan di sekolah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kegiatan berarti kekuatan atau ketangkasan dalam berusaha, sedangkan keagamaan merupakan kata turunan dari agama yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan iman dan keyakinan. Dari pengertian tersebut, kegiatan keagamaan dapat dimaknai sebagai aktivitas yang berkaitan dengan upaya memperkuat iman dan nilai-nilai agama melalui rutinitas yang dirancang secara berulang dan terstruktur.
Maka dari itu, penting bagi sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan keagamaan, karena pendidikan tidak hanya bertujuan mencerdaskan secara akademik, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian yang berakhlak. Kegiatan seperti salat dhuha, membaca asmaul husna, khatmil Qur’an, hingga belajar terjemah Al-Qur’an bukan sekadar rutinitas ibadah, tapi merupakan latihan spiritual yang mendalam. Ini melatih siswa untuk mengenal Tuhan, mengendalikan diri, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab.[8]
Di tengah perkembangan zaman yang sarat dengan tantangan moral dan krisis identitas, sekolah menjadi tempat strategis untuk membina karakter melalui pendekatan keagamaan. Kegiatan keagamaan yang konsisten juga menciptakan suasana sekolah yang religius, damai, dan penuh nilai-nilai kebaikan.
Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan keagamaan di sekolah adalah bagian dari usaha yang terencana dan terarah untuk membentuk siswa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga beriman, berakhlak mulia, serta siap menghadapi tantangan kehidupan dengan nilai-nilai spiritual yang kuat.
- Membangun Komunitas Positif
Membentuk komunitas atau kelompok belajar yang fokus pada penguatan akidah dan diskusi agama. Dengan adanya teman sebaya yang memiliki tujuan sama, generasi muda lebih termotivasi untuk belajar dan berbagi pengetahuan tentang agama.
- Menggunakan Teknologi untuk Pembelajaran
Memanfaatkan teknologi untuk belajar agama, seperti aplikasi pembelajaran Islam atau platform online yang menawarkan kursus keagamaan. Ini akan membuat proses belajar lebih mudah dan menarik bagi generasi digital.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, diharapkan generasi muda dapat menjaga dan menghidupkan akidah mereka di tengah arus informasi yang deras dan sering kali menyesatkan.
KESIMPULAN
Di era digital yang serba cepat ini, tantangan dalam menjaga kemurnian akidah di kalangan Generasi Z semakin nyata. Arus informasi yang deras, rendahnya literasi digital, serta pengaruh konten negatif dapat mengikis nilai-nilai keimanan. Namun, dengan pendekatan yang tepat, akidah dapat dihidupkan dan dikuatkan kembali.
Pendidikan digital yang bijak, pengawasan orang tua, serta penyebaran konten positif adalah langkah-langkah strategis yang perlu diterapkan. Sekolah juga memegang peranan penting dalam menyelenggarakan kegiatan keagamaan yang mendidik. Selain itu, membangun komunitas positif dan memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran agama dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperkuat iman.
Dengan upaya bersama, diharapkan Generasi Z dapat mengatasi tantangan ini dan tumbuh menjadi generasi yang beriman, berakhlak mulia, serta siap menghadapi berbagai rintangan di dunia digital. Akidah bukan hanya warisan, tetapi sebuah perjalanan yang harus terus dijaga dan diperkuat, agar tetap kokoh di tengah segala perubahan zaman.
Daftar pustaka
Deprizon, Isnaini, Novia Syafri Ramadhani, and Wulan Dwinata. “Akidah, Iman, Islam Dan Ihsan.” Universitas Riau 1, no. 2 (2018): 2.
Ismael, Fauzan, and Supratman. “Strategi Pendidikan Islam Di Era Digital: Peluang Dan Tantangan.” INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research 3, no. 3 (2023): 4526–33.
Noer Pasha Radandi, Deadalina, Thalia Indah Desrina, Syakira Salsabila, Suta Nurrahman, and Laura Oktreza Delin. “Pengaruh Kecanduan Game Online Terhadap Keterampilan Sosial Pada Remaja Gen Z.” Educate : Journal Of Education and Learning 1, no. 2 (2023): 74–80. https://doi.org/10.61994/educate.v1i2.121.
Nadiyah, Dewi Laila. “Pemanfaatan Aplikasi Tik Tok Sebagai Media Pembelajaran Akidah Akhlak Di MTS NU Banat Kudus.” Al-Riwayah : Jurnal Kependidikan 13, no. 2 (2021): 263–80. https://doi.org/10.47945/al-riwayah.v13i2.393.
Saidah, Zahrotus -. “Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam Berbasis Kearifan Lokal Pada Anak Usia Dini Di Era Digital.” AL-TARBIYAH: Jurnal Pendidikan (The Educational Journal) 31, no. 1 (2021): 1. https://doi.org/10.24235/ath.v31i1.8430.
Siti Jauhariatul Masruroh, Atun Wardatun. “REGULASI HUKUM DALAM MENANGANI KONTEN DIGITAL NEGATIF (TIDAK MENDIDIK) DAN DAMPAKNYA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI PERSPEKTIF MAQASID SYARI’AH Siti.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 10, no. 1 (2025): 245.
Syaripudin, Enceng Iip, Saep Saepudin, Deni Konkon Furkony, and Gini Gaussian. “MODERASI BERAGAMA DAN ERA DIGITAL SEBAGAI STRATEGI PENGOKOHAN AKIDAH DAN PENGUATAN EKONOMI UMAT” 4 (2024): 26–34.
[1] Deprizon et al., “Akidah, Iman, Islam Dan Ihsan,” Universitas Riau 1, no. 2 (2018): 2.
[2] Dewi Laila Nadiyah, “Pemanfaatan Aplikasi Tik Tok Sebagai Media Pembelajaran Akidah Akhlak Di MTS NU Banat Kudus,” Al-Riwayah : Jurnal Kependidikan 13, no. 2 (2021): 263–80, https://doi.org/10.47945/al-riwayah.v13i2.393.
[3] Enceng Iip Syaripudin et al., “MODERASI BERAGAMA DAN ERA DIGITAL SEBAGAI STRATEGI PENGOKOHAN AKIDAH DAN PENGUATAN EKONOMI UMAT” 4 (2024): 26–34.
[4] Fauzan Ismael and Supratman, “Strategi Pendidikan Islam Di Era Digital: Peluang Dan Tantangan,” INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research 3, no. 3 (2023): 4526–33.
[5] Atun Wardatun Siti Jauhariatul Masruroh, “REGULASI HUKUM DALAM MENANGANI KONTEN DIGITAL NEGATIF (TIDAK MENDIDIK) DAN DAMPAKNYA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI PERSPEKTIF MAQASID SYARI’AH Siti,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 10, no. 1 (2025): 245.
[6] M. Noer Pasha Radandi et al., “Pengaruh Kecanduan Game Online Terhadap Keterampilan Sosial Pada Remaja Gen Z,” Educate : Journal Of Education and Learning 1, no. 2 (2023): 74–80, https://doi.org/10.61994/educate.v1i2.121.
[7] Zahrotus – Saidah, “Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam Berbasis Kearifan Lokal Pada Anak Usia Dini Di Era Digital,” AL-TARBIYAH: Jurnal Pendidikan (The Educational Journal) 31, no. 1 (2021): 1, https://doi.org/10.24235/ath.v31i1.8430.
[8] Saidah.
0 Comments