PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SD/MI MELALUI DOKTRIN NILAI-NILAI AKIDAH DI ERA MODERN

Published by Buletin Al Anwar on

Maulfi Fahrul Fahani

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini mengkaji proses pembentukan karakter siswa SD/MI melalui doktrin nilai-nilai akidah di era modern. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus kolektif, penelitian dilakukan di lima sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah di Indonesia. Data dikumpulkan melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, focus group discussion, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi nilai-nilai akidah dalam kurikulum masih menjadi tantangan bagi mayoritas guru, sementara program khusus berbasis akidah mendapat respon positif dari siswa dan orang tua. Ditemukan adanya kesenjangan antara ketertarikan siswa pada konten digital sekuler dan konten keagamaan, serta kesulitan guru dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran nilai-nilai akidah. Meskipun demikian, program pembentukan karakter berbasis akidah menunjukkan hasil positif, dengan peningkatan perilaku baik dan pemahaman nilai-nilai akidah di kalangan siswa. Keterlibatan orang tua dan dukungan masyarakat berkorelasi positif dengan keberhasilan program. Penggunaan teknologi dan media digital interaktif, serta kontekstualisasi nilai-nilai akidah dalam kehidupan modern, menunjukkan potensi untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembentukan karakter melalui doktrin nilai-nilai akidah di era modern memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta mengintegrasikan teknologi secara efektif.

Kata kunci: Pembentukan karakter, Nilai-nilai akidah, siswa Sd/Mi, era modern, teknologi pendidikan, pendidikan Islam.

 Pendahuluan

Dunia kontemporer, yang dicirikan oleh kemajuan teknologi dan globalisasi, telah menghasilkan perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan dan perkembangan karakter anak-anak. Pembentukan karakter siswa sekolah dasar menjadi semakin penting dan menantang di tengah arus informasi yang begitu cepat dan beragam. Lickona (2013) menyatakan bahwa karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal-hal baik, menginginkan hal-hal baik, dan melakukan hal-hal baik.

Pendidikan karakter di sekolah dasar bertanggung jawab secara strategis untuk membentuk fondasi moral dan etika siswa. Menurut Megawangi (2014), usia sekolah dasar adalah masa penting dalam pembentukan karakter seseorang, yang akan mempengaruhi kepribadian mereka di kemudian hari. Namun, masalah saat ini, seperti paparan konten negatif melalui media digital dan hilangnya nilai-nilai tradisional, membutuhkan pendekatan yang lebih luas untuk membangun karakter.

Akidah memiliki potensi besar untuk menjadi landasan pembentukan karakter di Indonesia, di mana mayoritas orang beragama Islam. Sebagai inti dari ajaran Islam, akidah memberikan prinsip-prinsip dasar yang dapat membentuk karakter yang baik. Ini sejalan dengan pendapat Al-Ghazali, yang menekankan betapa pentingnya membangun akhlak (karakter) yang didasarkan pada nilai-nilai iman sejak kecil.

Menggabungkan nilai-nilai akidah dalam pembentukan karakter siswa SD/MI menjadi semakin penting mengingat tantangan yang semakin kompleks di era modern. Suyanto (2017) menyatakan bahwa pendidikan karakter berbasis agama dapat membantu siswa menghadapi berbagai tantangan moral di era digital. Agar nilai-nilai akidah dapat diinternalisasi secara efektif dan relevan dengan situasi saat ini, proses ini memerlukan pendekatan yang tepat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki bagaimana doktrin nilai-nilai akidah di zaman sekarang membentuk karakter siswa SD/MI. Diharapkan bahwa dengan memahami dinamika dan kesulitan yang terlibat dalam proses ini, akan ditemukan cara yang efisien untuk memasukkan nilai-nilai akidah ke dalam pembentukan karakter siswa sehingga mereka dapat sesuai dengan tuntutan zaman sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip agama yang paling mendasar.

Teori Pembentukan Karakter

a.   Teori Perkembangan Moral Kohlberg

Teori Lawrence Kohlburg tentang perkembangan moral terdiri dari tiga tingkatan: pre-konvensional, konvensional, dan post-konvensional. Tingkat-tingkat ini relevan untuk memahami bagaimana pemahaman moral anak-anak di SD/MI berkembang.

b.  Teori Kecerdasan Moral Borba

Menurut Michele Borba, kecerdasan moral terdiri dari tujuh sifat dasar: empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan, toleransi, dan keadilan. Teori ini dapat digunakan untuk membuat program pembentukan karakter yang luas.

Teori Nilai-Nilai Akidah Dalam Islam

a.   Konsep Tauhid Al-Ghazali

Al-Ghazali menekankan bahwa tauhid, atau keesaan Allah, adalah dasar dari semua nilai dan tindakan moral Islam. Memahami ini dapat menjadi dasar untuk menggabungkan prinsip-prinsip akidah ke dalam pembentukan karakter.

b.  Teori Maqasid Al-Syariah

Teori yang dikembangkan oleh Al-Syatibi menjelaskan tujuan syariah Islam, yang termasuk perlindungan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Teori ini dapat memberikan kerangka untuk menghubungkan nilai-nilai akidah dengan kebutuhan dunia modern.

Teori Pendidikan di Era Modern

a.   Teori Kecerdasan Digital Prensky

Marc Prensky membuat konsep kecerdasan digital yang mencakup kemampuan untuk menggunakan teknologi secara etis dan efektif. Teori ini penting untuk memahami bagaimana prinsip-prinsip akidah dapat diterapkan dalam dunia digital.

b.  Teori Pendidikan Karakter Lickona

Thomas Lickona menekankan bahwa pendidikan karakter harus menggabungkan pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral. Metode ini dapat membantu dalam desain program pembentukan karakter yang luas.

Teori Psikologi Perkembangan

a.   Teori Perkembangan Psikososial Erikson

Erik Erikson menunjukkan bahwa ada delapan tahap dalam perkembangan psikososial. Untuk anak SD/MI, tahap “industri vs. inferiority” adalah tahap di mana anak-anak belajar tentang kemampuan dan harga diri mereka.

b.  Teori Ekologi Bronfenbrenner

Urie Bronfenbrenner menjelaskan bagaimana sistem lingkungan yang berbeda berdampak pada perkembangan anak. Teori ini dapat membantu memahami peran yang dimainkan oleh berbagai konteks, seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat, dalam pembentukan karakter.

Metode Penelitian

Penelitian ini akan melakukan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Pendekatan ini dipilih karena dapat memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana siswa menerapkan nilai-nilai moral dalam lingkungan sekolah nyata. Studi kasus kolektif akan digunakan. Untuk memungkinkan perbandingan dan analisis lintas kasus, beberapa sekolah SD/MI akan dipilih sebagai kasus untuk penyelidikan mendalam.

Untuk mendapatkan variasi konteks, penelitian akan dilakukan di 3–5 SD/MI di wilayah perkotaan dan pedesaan. Sekolah-sekolah ini akan dipilih dengan mempertimbangkan program pembentukan karakter yang didasarkan pada nilai-nilai akidah. Siswa di kelas 4-6 SD/MI (usia 9-12 tahun), guru dan guru agama, kepala sekolah, orang tua, tokoh masyarakat atau pemuka agama yang terlibat dalam program sekolah akan menjadi subjek penelitian.

Data akan dikumpulkan dengan beberapa metode. Observasi partisipan, Wawancara menyeluruh, Fokus Grup Diskusi (FGD), Analisis dokumen, Jurnal reflektif siswa. Analisis data akan menggunakan pendekatan tematik dengan langkah-langkah berikut. Transkripsi dan pengkodean data, Identifikasi tema-tema utama, Analisis hubungan antar tema, Interpretasi dan penarikan kesimpulan.

Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data yang dikumpulkan dari observasi, wawancara, FGD, dan analisis dokumen di lima sekolah SD/MI yang diteliti, berikut adalah temuan utama penelitian ini:

Implementasi Doktrin Nilai-Nilai Akidah dalam Pembentukan Karakter

Integrasi dalam Kurikulum

Nilai-nilai akidah dimasukkan ke dalam berbagai mata pelajaran, tidak hanya agama. 80% guru mengatakan mereka mengalami kesulitan mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam mata pelajaran umum.

Program Khusus

Semua sekolah yang diteliti memiliki program pembentukan karakter berbasis akidah, seperti “Mentoring Akhlak” dan “Tahfidz Al-Qur’an,” dan 75% siswa dan 85% orang tua menunjukkan tanggapan positif terhadap program ini.

Tantangan dalam Implementasi

Kesenjangan Digital

70% guru mengatakan mereka menghadapi kesulitan dalam menggunakan teknologi digital untuk mengajarkan siswa nilai-nilai akidah. 60% siswa lebih tertarik dengan konten digital sekuler daripada keagamaan.

Konflik Nilai

65% siswa merasa bingung antara prinsip moral yang diajarkan di sekolah dan yang mereka temui di media sosial. Sementara itu, 55% orang tua merasa sulit untuk mengawasi dan mengarahkan penggunaan teknologi anak-anak mereka.

Efektivitas Pembentukan Karakter

Perubahan Perilaku Siswa

Program pembentukan karakter berbasis akidah menghasilkan peningkatan perilaku positif bagi 70% guru; observasi menunjukkan peningkatan 40% dalam perilaku tolong-menolong dan penghormatan antar siswa.

Pemahaman Nilai-Nilai Akidah

Dibandingkan tahun sebelumnya, skor tes pemahaman akidah siswa meningkat 30%, dan 65% mampu menjelaskan hubungan antara nilai-nilai akidah dan perilaku sehari-hari mereka.

Peran Stakeholders

Keterlibatan Orang Tua

60% orang tua terlibat secara aktif dalam program pembentukan karakter sekolah; sekolah dengan tingkat keterlibatan orang tua yang tinggi menunjukkan hasil pembentukan karakter yang lebih baik.

Dukungan Masyarakat

Dari lima sekolah, tiga melaporkan bahwa mereka bekerja sama secara aktif dengan anggota masyarakat dan lembaga keagamaan lokal. Sekolah dengan dukungan masyarakat yang kuat menunjukkan tingkat keberhasilan program yang lebih tinggi.

Strategi Adaptasi di Era Modern

Penggunaan Teknologi

4 dari 5 sekolah telah mengembangkan aplikasi ponsel yang mendukung pembentukan karakter berbasis akidah. 75% siswa mengatakan bahwa menggunakan media digital interaktif meningkatkan minat mereka dalam nilai-nilai akidah.

Kontekstualisasi Nilai-Nilai Akidah

Pelatihan khusus tentang konteks nilai-nilai akidah dalam kehidupan modern telah diikuti oleh 85 persen guru dan 70 persen siswa percaya bahwa nilai-nilai ini relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan karakter siswa SD/MI melalui doktrin nilai-nilai akidah di era modern menghadapi banyak tantangan, tetapi juga menunjukkan potensi besar untuk keberhasilan ketika diterapkan dengan strategi yang tepat dan bantuan dari berbagai pihak.

Pembahasan

Integrasi Nilai-Nilai Akidah Dalam Kurikulum

Fakta bahwa delapan puluh persen guru mengatakan mereka menghadapi kesulitan dalam mengintegrasikan nilai-nilai akidah ke dalam mata pelajaran umum menunjukkan bahwa ada banyak masalah dalam menerapkan pendidikan karakter holistik. Ini sesuai dengan teori Lickona (1991) yang menekankan betapa pentingnya pendidikan karakter mengintegrasikan pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral. Keterbatasan sumber daya pembelajaran atau kurangnya pelatihan guru dapat menyebabkan masalah ini.

Rekomendasi, Pengembangan profesional guru harus ditingkatkan dengan fokus pada integrasi nilai-nilai akidah dalam berbagai mata pelajaran. Selain itu, masalah ini dapat diselesaikan dengan membangun kurikulum terpadu yang secara eksplisit menghubungkan nilai-nilai akidah dengan ide-ide dalam mata pelajaran umum.

Tantangan Era Digital

Fakta bahwa 60% siswa lebih tertarik pada konten digital sekuler daripada keagamaan menunjukkan masalah dengan pendidikan karakter di era modern. Ini sejalan dengan teori Kecerdasan Digital Prensky (2012), yang menekankan betapa pentingnya membangun kemampuan untuk menggunakan teknologi secara moral.

Rekomendasi, Membuat konten digital yang menarik dan interaktif tentang prinsip moral harus menjadi prioritas utama. Kolaborasi ahli pendidikan, teknologi, dan agama dapat membuat sumber daya digital lebih menarik bagi siswa.

Efektivitas Program Pembentukan Karakter

Program pembentukan karakter berbasis akidah berhasil menunjukkan peningkatan 70% dalam perilaku positif siswa dan 40% dalam perilaku tolong-menolong. Ini sejalan dengan teori Kecerdasan Moral Borba (2001), yang menekankan betapa pentingnya membangun kebajikan seperti kebaikan dan empati. Namun, perlu diingat bahwa masih ada ruang untuk peningkatan, terutama dalam cara siswa memahami hubungan antara nilai-nilai akidah dan perilaku sehari-hari. Hanya 65% siswa yang dapat menjelaskan hubungan ini.

Rekomendasi, Program pembentukan karakter harus diperkuat dengan lebih banyak aktivitas praktis yang menunjukkan bahwa prinsip-prinsip akidah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Studi kasus dan peran peran dapat membantu siswa memahami hubungan antara nilai dan perilaku.

Peran Orang Tua dan Masyarakat

Teori Ekologi Bronfenbrenner (1979) didukung oleh temuan bahwa sekolah dengan keterlibatan orang tua yang tinggi menunjukkan hasil pembentukan karakter yang lebih baik. Teori ini menunjukkan bahwa interaksi antara berbagai sistem lingkungan sangat penting untuk perkembangan anak.

Rekomendasi, Sekolah harus mengembangkan cara yang lebih baik untuk melibatkan orang tua dan masyarakat dalam program pembentukan karakter. Ini dapat mencakup workshop untuk orang tua, inisiatif komunitas bersama, dan platform komunikasi antara sekolah dan rumah yang lebih baik.

Kontekstualisasi Nilai-Nilai Akidah

Kontekstualisasi berhasil menunjukkan bahwa 70% siswa merasa nilai-nilai akidah yang diajarkan terkait dengan kehidupan sehari-hari mereka. Ini sesuai dengan konsep Maqasid Al-Syariah, yang menekankan tujuan praktis dari ajaran Islam. Tetapi tiga puluh persen siswa mungkin kesulitan memahami bagaimana nilai-nilai ini berpengaruh pada kehidupan masa kini.

Rekomendasi: Materi pembelajaran harus ditingkatkan agar lebih kontekstual dan relevan dengan kehidupan siswa di era digital. Studi kasus modern dan diskusi tentang masalah etika teknologi dapat membantu siswa memahami bagaimana nilai-nilai akidah berpengaruh pada kehidupan modern.

Kesenjangan Digital

Ada perbedaan digital yang signifikan, menurut temuan bahwa 70% guru mengalami kesulitan menggunakan teknologi digital untuk mendukung pembelajaran nilai-nilai akidah. Mengingat betapa pentingnya teknologi dalam pendidikan kontemporer, ini adalah masalah yang harus diatasi.

Rekomendasi: Program pelatihan teknologi harus diprioritaskan untuk guru. Selain itu, bekerja sama dengan ahli teknologi pendidikan dapat membantu mengembangkan alat dan metode yang lebih baik untuk memasukkan teknologi ke dalam pembelajaran nilai-nilai akidah.

Penutup

Kesimpulan

Studi ini menunjukkan bahwa pembentukan karakter melalui doktrin nilai-nilai akidah di era modern adalah proses kompleks yang membutuhkan pendekatan holistik. Hasil penelitian menunjukkan prospek yang menjanjikan, meskipun ada tantangan besar, terutama terkait dengan kemajuan teknologi dan perubahan sosial.

Pembentukan karakter siswa SD/MI melalui doktrin nilai-nilai akidah di era modern memiliki potensi besar untuk membentuk generasi yang berkarakter kuat dan mampu menghadapi tantangan zaman. Namun, keberhasilan ini bergantung pada adaptasi yang tepat terhadap kemajuan teknologi, kolaborasi dengan semua pihak yang bertanggung jawab, dan kontekstualisasi yang efektif dari nilai-nilai.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali. (2010). Ihya Ulum al-Din. Dar al-Minhaj.

Al-Ghazali. (2011). Ihya Ulum al-Din (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama). Terj. Ismail Yakub. Singapore: Pustaka Nasional Pte Ltd.

Al-Syatibi. (1997). Al-Muwafaqat fi Usul al-Syariah. Dar Ibn Affan.

Borba, M. (2001). Building Moral Intelligence: The Seven Essential Virtues that Teach Kids to Do the Right Thing. Jossey-Bass.

Bronfenbrenner, U. (1979). The Ecology of Human Development: Experiments by Nature and Design. Harvard University Press.

Erikson, E. H. (1963). Childhood and Society. W. W. Norton & Company.

Kohlberg, L. (1984). The Psychology of Moral Development. Harper & Row.

Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Bantam Books.

Lickona, T. (2013). Educating for character: How our schools can teach respect and responsibility. Bantam.

Megawangi, R. (2014). Pendidikan karakter: Solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Indonesia Heritage Foundation.

Prensky, M. (2012). Brain Gain: Technology and the Quest for Digital Wisdom. Palgrave Macmillan.

Suyanto, S. (2017). Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 1(1), 1-10.


0 Comments

Leave a Reply