PENERAPAN DISIPLIN AKIDAH AKHLAK SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MASA DEPAN
Muhammad Salman Al Farisi
Abstrak
Pembentukan karakter/akhlak merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Bukan hanya diperuntukan untuk anak kecil, akan tetapi remaja sampai orang dewasa pun harus memiliki akhlakul karimah. Bahkan Allah Swt mengutus Nabi Muhammad Saw hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia. Maka dari itu, pembentukan akhlak merupakan suatu hal penting dalam kehidupan di masa depan dan harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penulisan ini, ialah untuk mengidentifikasi penerapan disiplin akidah akhlak sebagai pembentukan karakter siswa di masa depan. Sebab akidah dan akhlak merupakan bagian penting dalam syariat islam sekaligus menjadi misi penting dalam risalah para rasul. Karena pada hakikatnya yang membedakan manusia dan hewan adalah akidah (keyakinan) dan akhlak (perilaku). Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah study literatur atau literature review yang melibatkan serangkaian kepustakaan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dengan menyelidiki sumber-sumber seperti perpustakaan, laporan bacaan, dan relevansi terhadap permasalahan yang diteliti. Dari hasil penilitian menunjukan bahwasanya penerapan disiplin akidah akhlak sebagai pembentukan karakter dimasa depan menghasilkan dampak yang luar biasa, sebab karakter yang mulia akan menghasilkan dampak yang positif di masa depan, serta dapat mempengaruhi kemajuan beragama, toleransi, dan membentuk pola piker yang menyelaraskan antara akal, fikiran, tindakan, serta keruhanian.
Kata kunci: akhlak, bermasyarakat, Masa Depan
Pendahuluan
Ironi, apabila kita melihat kejadian beberapa tahun belakangan ini, terjadi fenomena langka yang tidak pantas terjadi di negara indonesia. bagaimana mungkin indonesia yang terkenal dengan budaya sikap saling menghormati yang diakui langsung oleh Unesco mulai memudar dan hilang ditelan zaman. Banyaknya kasus pertengkaran antar warga sering kita jumpai diberbagai majalah koran, televisi dan sosial media. Bukan hanya kasus pertengkaran, akan tetapi kasus pembunuhan juga merajalela beberapa tahun terakhir, ini menandakan bahwa akhir-akhir ini terjadi krisis moral yang semakin hari semakin tak terbendung oleh sebagian kalangan, melanda sebagian kalangan, karena masih ada kalangan lain yang bermoral dan tidak terjebak dalam fenomena tersebut. maka dari itu, pentinganya akhlak dalam kehidupan bermasyarakat harus benar-benar diterapkan dan tidak boleh dipandang sebelah mata. Karena hanya dengan akhlaklah manusia bisa menahan diri untuk tidak melakukan fenomena yang terjadi belakangan ini.
Profesor Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul “Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-Hadis Shahih” yang mengutip salah satu perkataan seorang filsuf barat (Socrates), sebuah kutipan yang tertulis di kuil appolo di delphi “kenalilah dirimu sendiri” Socrates meyakini bahwasanya pembentukan karakter merupakan pilar utama dalam menjalani kehidupan. Dengan mengenali Batasan, kelebihan, serta tujuan hidup seseorang bisa mengontrol dirinya untuk hidup dengan wajar dan terarah.(Abdul et al. 2020)
Berbicara mengenai akhlak, tidak terlepas dari kisah Nabi Muhammad Saw yang sukses menyatukan dua kalangan yaitu kalangan ansor dan muhajirin. Dimana Nabi Muhammad berhasil menyatukan dua kalangan itu hanya dengan pembentukan Akidah Islam dan Akhlak yang mulia. Bahkan Sebelum datang nabi muhammad, kebiasan masyarakat arab sering mengubur anak perempuan hidup-hidup dengan alasan bahwa anak perempuan adalah aib dan barang hina. maka tidak heran, ketika Nabi Muhammad diutus oleh Allah hanya untuk menyempurnakan akhlak serta menyebarkan Akidah yang lurus yaitu agama Islam. Hal ini dibuktikan ketika Nabi Muhammad menyampaikan risalah tentang pembentukan akidah akhlak, maka tradisi seperti menanam anak perempuan hidup-hidup tidak terjadi lagi. Dari sini kita bisa menilai bahwasanya peran akidah akhlak dalam kehidupan masyarakat sangat dibutuhkan, Sebab yang membedakan manusia dengan hewan terletak pada akidah dan akhlak. Manusia dikatakan bernilai kalau mempunyai kepercayaan yang taat dan moral yang baik sebaliknya manusia akan dipandang hina kalau tidak taat dan bermoral. Maka dari itu pembentukan akidah akhlak harus dibekali sejak dini yaitu khususnya saaat menempuh pendidikan.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan atau literature research. Tujuan dari tinjauan literatur adalah untuk mengumpulkan informasi dengan menyelidiki sumber-sumber seperti perpustakaan, laporan, bacaan, dan relevansinya terhadap permasalahan yang diteliti. Kegiatan pengumpulan data ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi penting dari literatur yang diperlukan guna mencapai hasil penelitian yang obyektif.
Metode studi literatur melibatkan serangkaian kegiatan terkait dengan cara pengumpulan bahan pustaka, membaca dan mencatat informasi, serta pengelolaan bahan tertulis. Peneliti menggunakan artikel ilmiah yang telah memiliki reputasi baik serta artikel ilmiah yang belum mendapat analisis serius. Semua data dan artikel ilmiah yang digunakan oleh peneliti diperoleh dari Scholar Google. Informasi yang diperoleh mencakup buku teks, majalah, artikel ilmiah, dan tinjauan literatur yang mengandung konsepkonsep yang relevan dengan penelitian.
Pembahasan
Pengertian Akidah
Akidah atau Aqidah (bahasa Arab: العقيدة, translit. al-‘aqīdah) adalah intisari atau pokok dalam agama Islam, yang mana intinya adalah menegaskan bahwa Allah satu-satunya tuhan dan satu-satunya yang berhak disembah atau diibadahi, menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang harus diteladani oleh seorang muslim, serta mengetahui, meyakini, dan mengamalkan rukun Islam dan rukun Iman.
Istilah “Aqidah” atau sering dieja “akidah” berasal dari kata bahasa Arab: al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti “ikatan”, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti “kepercayaan atau keyakinan yang kuat”, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya “mengokohkan” atau “menetapkan”, dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti “mengikat dengan kuat”.
Pengertian Akhlak
Akhlak secara etimologi dalam Bahasa arab merupakan bentuk jamak dari kata “خُلُقٌ” yang bermakna budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.(Fatimiyah, Syamsudin, and Fradillah 2020) Dalam Bahasa Yunani, pengertian khuluq disejajarkan dengan kata ethicos yang berarti tata krama, kebiasaan yang baik, perasaan batin, serta dorongan hati untuk melakukan suatu Tindakan.(Mustopa 2014) Namun secara terminology akhlak adalah tabiat yang tertanam dalam jiwa manusia dan menjadi bagian dari kepribadianya. Sehingga melahirkan tabiat yang muncul secara tidak disengaja/spontan tanpa membutuhkan banyak pertimbangan.(Ghazali 2008)
Kata khuluq sering kita jumpai didalam Al-Qur’an, salah satunya dalam surat Al-Qalam ayat 4 yang artinya “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” kata khuluq merujuk kepada nabi Muhammad Saw yang berbudi pekerti. Menurut Quraish Shihab kata khuluq dalam ayat tersebut bermakna budi pekerti yang luhur, tingkah laku dan akhlak terpuji.
Ada beberapa ahli dalam mendefenisikan makna akhlak diantaranya adalah:
- Ibnu Maskawaih: akhlak adalah watak yang terkandung dalam jiwa manusia yang memotivasinya untuk bertindak secara spontan tanpa pemikiran dan pertimbangan.
- Al-Ghazali: akhlak merupakan suatu keteguhan jiwa yang menghasilkan tindakan atau pengalaman tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila keteguhan muncul dan menghasilkan perilaku yang baik sesuai dengan syariat islam maka disebut akhlak yang baik, jika yang muncul adalah perilaku buruk yang tidak sejalan dengan ajaran islam, maka disebut akhlak tercelah.(Hasanah, Andini, and Aulia 2023)
- Ali Abdul Halim Mahmud: akhlak merupakan elemen utuh yang didalamnya mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga membuat seseorang menjadi Istimewa. (Ma’wa 2024) karakteristik membentuk Tindakan dan perilaku yang selaras dengan tabiat serta nilai yang terkandung dalam situasi dan kondisi. dengan demikian, akhlak ialah suatu Tindakan yang menempel pada jiwa manusia, sehingga melahirkan kepribadian yang unik dengan karakteristik yang membedakan antara individu satu dengan yang lain.
- Soegarda Poerbakawatja mayatakan bahwasnya akhlak adalah tabiat, budi pekerti, kesusilaan, dan kelakukan baik yang muncul akibat perilaku yang terpuji yang dipertontonkan kepada khaliknya bahkan sesama manusia.(Ii and Teoritis n.d.)
Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwasanya akhlak adalah tingkah laku atau watak yang dimiliki seseorang yang terjadi secara spontan mendorong munculnya perilaku terpuji maupun perilaku tercela tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan terlebih dahulu. Akhlak merupakan perbuatan yang melekat pada jiwa manusia, sehingga dengan mudah mendorong kita melakukan sesuatu dengan mudah kemudian menjadi sebuah kebiasaan. Jika Tindakan tersebut mengarah kepada perilaku terpuji, maka dalam perspektif agama islam dinanamakan dengan akhlak mahmuda, jika Tindakan tersebut mengarah kepada hal-hal yang batil maka dinamakan akhlak mazmumah.
Pengaruh Akidah Akhlak Terhadap Masa Depan Siswa
Dalam kehidupan mendatang atau masa depan nanti, kita diwajibkan untuk saling menghormati dan berperilaku baik guna menjaga keharmonisan antar sesama warga juga harus memiliki akidah yang kuat agar tidak sampai ada penyelewengan akidah. Kedisiplinan akidah pada siswa akan membawanya kepada akidah yang hakiki yang lurus dan memiliki sifat toleran layaknya akidah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Juga kedisiplinan akhlak disini akan membawa ketentraman juga jiwa solidaritas yang tinggi khususnya diera digital saat ini yang banyak sekali kasus anak berani keoada orang tua dan lain sebagainya sehingga disiplin akhlak disini sangatlah penting bagi para siswa agar terlatih dan menjadi kebiasaanya di masa depan. Setiap siswa memiliki rasa tanggung jawab masing-masing dalam mengedepankan akidan Islamiah dan akhlak terpuji, rasa tanggung jawab harus dimulai dari individu terlebih dahulu kuhusunya dibangku sekolah. maka secara otomatis akan merambat kepada hablum minallah wa hablum minannas. Sebagaimana dalam hadist nabi:
لا يدخل الجنة من لا يأمن جاره بوائقه
Artinya: “tidak masuk surga orang yang tetangganya merasa tidak aman dari keburukannya” (HR. Ahmad).
Allah Swt memerintahkan kita untuk menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai contoh dalam pengimplementasikan akhlak dalam bermasyarakat (hablumminannas). Dikarenakan hubungan antar sesama/bermasyarakat merupakan hal yang sangat dibutuhkandi masa depan. Dengan akhlak yang baik karakter yang baik pula maka orang akan suka dengan orang tersebut, sehingga banyak relasi yang terjalin. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al Ahzab: 21)
Ayat diatas menganjurkan umat muslim untuk selalu patuh terhadap nabi Muhammad Saw baik dari segi ucapan, perbuatan maupun adat istiadat. alasan Allah Swt menganjurkan untuk mengikuti Nabi Muhammad Saw, karena keberhasilan Nabi Muhammad Saw dalam menyatukan kaum anshor dan muhajirin. Keberhasilan selanjutnya adalah bagaimana Nabi Muhammad mampu meredam konflik yang terjadi antara Kerajaan Romawi dan Persia yang begitu memanas. Hanya berbekal selembar surat yang didalamnya berisi tentang kerendahan hati dan akhlak terpuji, kedua Kerajaan tersebut akhirnya bisa menahan diri dan bisa dikondisikan. Dari kisah ini, kita bisa mengabil Kesimpulan bahwa menjalin silaturahim bisa membendung tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan di masa depan terkenal dengan kegiatan silaturahim dengan tujuan memperkokoh hubungan antar sesama. Nabi Muhammad mengutamakan umatya untuk saling menjaga tali silaturahim, ini dibuktikan dengan hadist Nabi yang artinya “Tidaklah beriman seseorang dari kalian hingga ia menyukai saudaranya sebagaimana ia menyukai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari). Hadist ini menjelaskan bahwa pentingnya menjalin hubungan persaudaraan, bahkan kalimat “لايؤمن” (tidak beriman) merupakan sebuah ancaman yang nyata kepada kita apabila sengaja memutus tali persaudaraan.
Akidah di masa depan juga harus ditekankan kepada siswa agar tidak terjadi penyelewengan – penyelewengan yang menyebabkan kekerarasan karena perbedaan paham. Sifat wasatiyah disini juga banyak diajarkan Rasulullah yaitu mengenai perjanjian madinah dan lain sebagainya. Akidah/kepecayaan merupakan jalan hidup manusia, sehingga setiap pikiran dan langkah manusia merupakan cerminan akidah. Tanpa keraguan akan kesaan Allah dalam berpikir dan tindakan yang selalu yang selalu taat kepada perintahnya dan menjauhi larangannya.
Ada beberapa aspek penting tentang disiplin akidah akhlak pada siswa sebagai pembentukan karakter di masa depan :
- Disiplin akidah akan membuat siswa istiqomah akan kepercayaannya. Menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarangnya.
- Disiplin akhlak akan menjadikan siswa berkarakter yang mulia, yang mampu bertoleransi antar sesama dan berattitude yang unggul. Dengan attitude siswa yang baik diharapkan dimasa depan menjadi generasi emas yang mampu menjaga kedamaian diera glenerasi alpha saat ini.
Kesimpulan
Penerapan disiplin akidah akhlak sebagai pembentukan karakter siswa dimasa depan sangatlah penting. Akidah tauhid dan Akhlak terpuji akan menyelamatkan siswa dari kehancuran integritas moral dan harga dirinya.
Pendidikan masa depan tidak hanya perlu dikembangkan berbasis ketrampilan abad 21, tetapi juga harus dilandasi serta diperkuat melalui kompetensi akidah yang benar dan akhlak yang mulia. Pendidikan akidah akhlak harus menjadi pondasi dan penentu arah kiblat kehidupan yang mengintegrasikan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kesuksesan siswa di masa depan tidak ditentukan semata – mata oleh penguasaan ketrampilan saja, kompetensi akidah akhlak menjadi kekuatan jiwa dan energi positif dalam membentengi diri dari segala bentuk kemaksiatan, kemungkaran, dan penyimpangan. Akidah tauhid membuat manusia takut kepada Allah, bukan takut kepada atasan atau makhluk. Sedangkan akhlak mulia membuahkan perilaku yang benar, jujur, terbuka, sabar, berani menegakkan kebenaran serta keadilan, dan menjaga kesucian diri dari segala hal kehinaan serta kerendahan orientasi dunia semata.
Daftar Pustaka
Abdul, Moh. Rivaldi, Tita Rostitawati, Ruljanto Podungge, and Muh Arif. 2020. “Pembentukan Akhlak Dalam Memanusiakan Manusia: Perspektif Buya Hamka.” Jurnal Pendidikan Islam dan Budi Pekerti 1(1): 79–99.
Aqidah, Jurusan et al. 2020. “Skripsi Gabungan RAFLI (1153110331).”
Fatimiyah, Fakhriyah, Muh. Ilham Syamsudin, and An-nisa Nur Fradillah. 2020. “Akhlak Bermasyarakat Dan Bernegara Dalam Islam.” EconPapers 5(3): 1–8.
Ghazali, Al-. 2008. “Teori Akhlak.” Ihya’ Ulumuddin, Juz 3, (Qahirah:Isa Al-Bab Al-Halabi, tt),: 52.
Hasanah, N, D M Andini, and S Aulia. 2023. “Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Akhlak Dan Moral Anak.” Religion: Jurnal Agama … 1: 1085–98.
Ii, B A B, and A Konsep Teoritis. “7. Bab Ii_2018514Ki.” : 11–29.
Ma’wa, Jannatul. 2024. “Pentingnya Pembentukan Akhlak Pada Anak Melalui Pendidikan Agama Islam Di Masa Modern Erfina Universitas Lambung Mangkurat.” Religion : Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya 3(2): 346–63.
Mustopa, Mustopa. 2014. “Akhlak Mulia Dalam Pandangan Masyarakat.” Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam 8(2): 261–81.
Ummah, Masfi Sya’fiatul. 2019. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title.” Sustainability (Switzerland) 11(1): 1–14. http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI.
Yuniarweti. 2023. “Pentingnya Pendidikan Aqidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Anak.” SKULA: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah 03(1): 252.
0 Comments