ALASAN PENTINGNYA WANITA BERPENDIDIKAN MENURUT PANDANGAN ISLAM

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Fatihani Istighfarin

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

اولاد الابرار من الأمهات الصالحات

“Anak-anak yang baik terlahir dari ibu-ibu yang Sholihah”

Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alawi al-Maliki

 

Di era modern ini masih ada sebagian orang yang menganggap bahwa pendidikan bagi wanita adalah sesuatu yang tidak penting. Mereka beranggapan bahwa setinggi apa pun wanita bersekolah pada akhirnya mereka pun akan berkutat di dapur. Ada juga yang mengatakan bahwa “Untuk apa sekolah tinggi, toh nanti belum tentu sama suamimu diperbolehkan kerja” Dalam artian, mereka akan menjadi ibu rumah tangga.

Dalam hadis disebutkan bahwa “Mencari ilmu hukumnya wajib atas setiap muslimin dan muslimat” (HR. Ibnu Majah). Dalam kitab Ta’limul Muta’allim menjelaskan bahwa ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu agama dan ilmu tentang bermuamalah. Di era globalisasi ini, tentunya bekal ilmu pengetahuan juga dibutuhkan untuk menyeimbangkan diri dengan peradaban. Sehingga para Muslimah pun, tetap bisa mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai ajaran Islam.

 Imam Syafi’i berkata dalam kitab Tahdzib al-Asma wa al-Lughat “Barang Di era modern ini masih ada sebagian orang yang menganggap bahwa pendidikan bagi wanita adalah sesuatu yang tidak penting. Mereka beranggapan bahwa setinggi apa pun wanita bersekolah pada akhirnya mereka pun akan berkutat di dapur. Ada juga yang mengatakan bahwa “Untuk apa sekolah tinggi, toh nanti belum tentu sama suamimu diperbolehkan kerja” Dalam artian, mereka akan menjadi ibu rumah tangga.

Dalam hadis disebutkan bahwa “Mencari ilmu hukumnya wajib atas setiap muslimin dan muslimat” (HR. Ibnu Majah). Dalam kitab Ta’limul Muta’allim menjelaskan bahwa ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu agama dan ilmu tentang bermuamalah. Di era globalisasi ini, tentunya bekal ilmu pengetahuan juga dibutuhkan untuk menyeimbangkan diri dengan peradaban. Sehingga para Muslimah pun, tetap bisa mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai ajaran Is siapa yang menghendaki dunia hendaknya dengan ilmu dan barang siapa yang menghendaki akhirat hendaknya dengan ilmu”. Dalam kitab hadis tarbawi dijelaskan, maksud ilmu di sini adalah ilmu syar’i dan ilmu pengetahuan, keduanya penting untuk mencari kemaslahatan dunia akhirat.  Islam telah mengatur hak wanita untuk berpikir dan belajar setinggi mungkin sehingga harapannya mereka mampu  mengamalkan ilmu tersebut.

Ibu Adalah Madrasah Yang Pertama

Buya Hamka dalam bukunya yang berjudul Lembaga Hidup mengatakan bahwa “Kewajiban orang tua atas anak adalah kewajiban lahir dan batin. Kewajiban lahir adalah dengan memberi makan dan memastikan anak tumbuh dengan sehat. Sedangkan kewajiban batin adalah mendidik anak sehingga menjadi manusia yang baik”. Ibu sebagai salah satu pendidik utama, dengan pendidikannya sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan anak.

Seorang Ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam keberhasilan pendidikan informal, meliputi pendidikan akhlak, agama, dan sosialisasi anak terhadap lingkungan. Selain itu, ibu juga orang yang pertama kali mengenalkan ilmu-ilmu dasar seperti huruf abjad, huruf Hijaiyah dan nama-nama benda yang masih asing bagi anak. Sebagaimana dikatakan bahwa “اولاد الأبرار من الأمهات الصالحات” yang artinya ‘Anak-anak yang baik lahir dari ibu-ibu yang salihah. Bagaimana seorang ibu akan mendidik anak jika dia tidak memiliki ilmu, baik agama maupun umum. Semakin banyak ilmu yang dimiliki maka semakin banyak pula bekal dalam mendidik anak.

Jika diulas kembali, perjalanan sejarah pun telah mengenal wanita kritikus Islam. Di antaranya, Sayyidah Aisyah salah satu istri Rasulullah yang banyak meriwayatkan Hadits dan juga pernah memimpin perang melawan Ali. Syaikhah syuhrah yang digelari Fakhr al-Nisa’ (kebanggaan wanita) menjadi salah seorang guru Imam Syafi‘i. Imam  Abu Hayyan mencatat tiga nama wanita yang menjadi guru-guru tokoh mazhab tersebut, yaitu Mu’nisat al-Ayyubiyyah (puteri al-Malik al-‘Adil saudara Salahudin al-Ayubi), Shamiyat al-Taimiyah, dan Zainab putri sejarawan Abdul-Latif al-Baghdadi. Wanita-wanita tersebut sangat menonjol pengetahuannya dalam berbagai bidang ilmu, memiliki kualitas ilmu dan sikap akuntabilitas (bertanggungjawab).

Dengan ilmu pengetahuan, martabat wanita akan meningkat sehingga ia akan mampu mengembangkan potensi kemanusiaannya. Dan dengan ilmu agama, seseorang akan memiliki nilai moral, spiritual, akidah, dan ibadah yang dapat menjaga dirinya untuk senantiasa berada dalam jalan kebaikan. Wanita yang terdidik dengan baik maka akan mudah dalam mendidik generasi penerusnya. Pemahaman terhadap ilmu bagi wanita, sangat penting untuk membangun kemandirian dan kedewasaan dalam upaya mendidik generasi penerus yang cerdas dan salih.

Sebagian wanita, menjadikan Pendidikan sebagai alat untuk bisa mencari pekerjaan. Di Indonesia sendiri, telah menjadi budaya bahwa wanita ikut terlibat dalam tugas-tugas di luar rumah. Mereka bekerja untuk membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Ada pula di antara mereka yang bekerja demi mengumpulkan harta yang melimpah. Wanita diperbolehkan bekerja selama pekerjaan tersebut terhormat, tidak mendatangkan mudharat atau efek negatif dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sayangnya, banyak sekali orang yang menyalahgunakan kelonggaran ini. Mereka sibuk bekerja hingga meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu yang mendidik anak-anaknya. Padahal peran ini sangat penting untuk dilaksanakan, bahkan meninggalkannya akan mendapat dosa.

Wanita Sebagai Tiang Negara

النساء عماد البلاد إذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد

Wanita adalah tiang negara, apabila wanita itu baik maka akan baiklah negara dan apabila wanita itu rusak, maka akan rusak pula negara.”

Ungkapan ini sering kali diucapkan oleh para pendakwah di Indonesia. Dalam kitab Lisan al-Arab kata tiang diartikan sebagai sesuatu yang menyokong atau menyangga. Dapat disimpulkan bahwa ungkapan wanita tiang negara adalah sebagai bentuk pokok kekuatan, penghidupan dan penyokong moralitas bangsa melalui didikan baik pada anak dan perannya dalam menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

K.H Nursyad Nurdin berkata “Mendidik seorang lelaki adalah mendidik seorang saja, sedangkan mendidik seorang wanita adalah mendidik sebuah keluarga”. Seorang ibu yang memperhatikan pendidikan anaknya, sehingga kelak anak itu menjadi bagian dari masyarakat yang baik, maka hal tersebut menjadi sumbangsih ibu bagi bangsa, sebab telah melahirkan, membesarkan, dan mendidik generasi pewaris bangsa yang bermutu.

 Oleh karena itu, dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa menjadi Muslimah yang berpendidikan sangat penting. Hal tersebut bertujuan demi menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas dan saleh.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, M. R. (2020). Ibu Sebagai Madrasah Bagi Anaknya: Pemikiran Pendidikan RA Kartini. Journal of Islamic Education Policy, 5(2).

Bincangsyariah.com. (2020, 15 Juni). Wanita Sebagai Tiang Negara, Hadis atau Bukan?. Dari https://bincangsyariah.com/kolom/wanita-sebagai-tiang-negara-hadis-atau-bukan/

Khon, H. A. M. (2015). Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan. Prenada Media.

Nurliana, N. (2017). Wanita Karir Menurut Hukum Islam. Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, 9(1), 70-100.

Umar, B. (2022). Hadis tarbawi: pendidikan dalam perspektif hadis. Amzah.


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *