Inovasi Metode Pengajaran Akidah dalam Meningkatkan Iman Generasi Z di Era Digital

Published by Buletin Al Anwar on

Maslikhah Desi Nur ‘Aini
[email protected]
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstrak :
Di era digital, pembelajaran akidah menghadapi tantangan besar dalam membina keimanan generasi Z yang hidup dalam dunia serba cepat, visual, dan terkoneksi secara global. Generasi ini memiliki karakteristik khas seperti melek teknologi, responsif terhadap konten visual, cepat bosan, dan menyukai pendekatan yang interaktif. Tantangan seperti overload informasi, krisis spiritualitas, dan rendahnya minat belajar agama menjadi hambatan dalam pendidikan akidah. Artikel ini bertujuan mengkaji karakteristik Gen Z serta merumuskan inovasi metode pengajaran akidah-akhlak berbasis teknologi yang efektif dalam meningkatkan keimanan. Metode yang ditawarkan antara lain digital storytelling, gamifikasi, dakwah kreatif melalui media sosial, project-based learning, dan mentoring berbasis komunitas digital. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual, kolaboratif, dan berbasis teknologi mampu meningkatkan partisipasi serta kesadaran spiritual Gen Z. Oleh karena itu, inovasi metode pengajaran akidah menjadi keharusan untuk menjawab tantangan zaman dan membangun generasi yang beriman kuat di tengah derasnya arus digitalisasi.
Kata Kunci: Generasi Z, Akidah, Inovasi Pembelajaran, Digitalisasi, Pendidikan Islam

PENDAHULUAN
Di era digital yang serba cepat dan penuh disrupsi teknologi, pendidikan akidah menghadapi tantangan baru, terutama dalam membina keimanan generasi Z. Generasi ini tumbuh dalam lingkungan yang sangat terhubung secara digital, di mana informasi baik yang membangun maupun yang menyesatkan dapat diakses dengan mudah. Kondisi ini menuntut pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif dan adaptif agar nilai-nilai akidah tetap dapat ditanamkan dengan kuat dan kontekstual. Menurut penelitian Putri & Maulana (2021), media digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian Gen Z, sehingga pengajaran agama pun harus memanfaatkan media ini agar tetap relevan.
Selain itu, karakteristik Gen Z yang cenderung kritis, visual, dan cepat bosan, memerlukan metode pembelajaran akidah yang tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga menyentuh sisi emosional dan spiritual mereka. Sebuah studi oleh (Khosyiin & Khoiiri, 2024) menyatakan bahwa Pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menawarkan peluang besar untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Melalui aplikasi digital, siswa kini dapat mengakses berbagai materi pelajaran kapan pun dan di mana pun, sehingga aktivitas pembelajaran tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu di kelas. Selain itu, penggunaan platform digital seperti Google Classroom, Moodle, serta aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) membantu guru dalam menyajikan materi
secara lebih terstruktur dan menarik. Teknologi juga membuka peluang untuk menerapkan pendekatan gamifikasi dalam pembelajaran, yang mampu meningkatkan motivasi siswa dalam memahami nilai-nilai Islam, baik dalam aspek akidah, ibadah, maupun akhlak. Dengan dukungan digital ini, guru dapat merancang metode pembelajaran yang lebih beragam dan relevan dengan karakteristik peserta didik di era teknologi saat ini.
Lebih lanjut, pentingnya inovasi dalam pengajaran akidah juga menjadi pembelajaran agama yang integratif dengan teknologi mampu menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan substansi keislaman. Hal ini sejalan dengan temuan dari Suryani & Habibah (2023) yang menunjukkan bahwa pembelajaran akidah berbasis media sosial dan digital storytelling efektif dalam meningkatkan kesadaran iman dan moral peserta didik. Oleh karena itu, inovasi metode pengajaran akidah menjadi kebutuhan mendesak untuk memperkuat fondasi iman generasi Z di tengah arus deras digitalisasi.
PEMBAHASAN
A.     Karakteristik Generasi Z
Karakteristik Generasi Z dan Implikasinya dalam Pembelajaran Akidah

  1. Melek Teknologi dan Akrab dengan Media Sosial
Generasi Z dikenal sebagai digital native, yaitu generasi yang lahir dan tumbuh bersama perkembangan teknologi digital. Mereka sangat fasih dalam menggunakan perangkat digital seperti smartphone, laptop, dan media sosial. generasi digital native mengalami dunia dengan cara yang berbeda dari generasi sebelumnya karena sejak kecil sudah terbiasa dengan teknologi. Hal ini ditegaskan kembali oleh Noviyanti & Sari (2021), yang menyebutkan bahwa Gen Z memiliki gaya hidup yang sangat tergantung pada teknologi digital, baik untuk hiburan, komunikasi, maupun pembelajaran.
Implikasi: Pembelajaran akidah harus dikemas dalam bentuk digital dan media sosial yang menarik, seperti video dakwah pendek, konten Instagram, podcast Islam, atau bahkan TikTok dakwah.
  1. Responsif terhadap Visual dan Audio-Visual
Gen Z cenderung lebih menyukai konten visual dan audiovisual. Mereka lebih cepat memahami materi dalam bentuk gambar, video, animasi, dan infografis dibandingkan teks panjang. Dalam studi yang dilakukan oleh Asrul dan Hanifah (2020), disebutkan bahwa siswa Gen Z menunjukkan tingkat pemahaman yang lebih tinggi ketika belajar menggunakan media visual dan interaktif dibandingkan dengan metode konvensional.

Implikasi: Pengajaran akidah dapat memanfaatkan video ilustrasi tentang konsep tauhid, kisah para nabi dalam bentuk animasi, atau materi akidah dalam bentuk komik digital.

  1. Suka Tantangan dan Pembelajaran yang Interaktif
Gen Z menyukai pendekatan yang menantang dan bersifat kolaboratif, seperti gamifikasi, tantangan online, atau diskusi interaktif. Menurut penelitian oleh Fadilla (2022), pembelajaran berbasis gamification  dan  project-based  learning  sangat  efektif  untuk meningkatkan partisipasi dan motivasi belajar Gen Z, terutama dalam pembelajaran daring. Implikasi: Materi akidah bisa disampaikan melalui metode kuis online, challenge harian iman, atau proyek membuat konten Islami sebagai bagian dari pembelajaran.
  1. Cepat Menyerap Informasi, tapi Juga Cepat Bosan
Karena terbiasa dengan arus informasi cepat di internet, Gen Z cenderung cepat memahami hal baru, namun juga mudah merasa bosan jika penyajian informasi monoton. Berdasarkan studi dari Putri & Irhamna (2022), model pembelajaran yang terlalu banyak ceramah tanpa visualisasi menyebabkan penurunan fokus belajar pada siswa Gen Z. Implikasi: Materi akidah harus disajikan dalam durasi pendek, padat, dan menarik. Misalnya, video berdurasi 1–3 menit dengan narasi kuat dan visual menarik lebih efektif daripada ceramah panjang.

B.     Tantangan dalam Meningkatkan Iman Generasi Z

Meningkatkan keimanan Generasi Z (Gen Z) di era modern bukanlah hal yang mudah. Gen Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, dan mereka tumbuh di tengah arus globalisasi, teknologi tinggi, serta kebebasan informasi. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam upaya menumbuhkan dan memperkuat iman mereka:

  1. Overload Informasi dan Distraksi Digital
Gen Z terpapar informasi dalam jumlah besar setiap hari melalui media sosial, YouTube, TikTok, dan berbagai platform digital lainnya. Hal ini menyebabkan mereka mudah terdistraksi dan sulit untuk fokus pada materi keagamaan yang mendalam. Menurut McCrindle (2020), Gen Z mengakses informasi dari 5-7 sumber berbeda dalam satu waktu, menyebabkan overload dan menurunnya perhatian terhadap satu hal tertentu, termasuk agama, sehingga Pembelajaran akidah harus dikemas secara singkat, padat, dan menarik agar mampu bersaing dengan konten digital lain yang lebih “menghibur”.
  1. Krisis Identitas dan Spiritualitas
Gen Z sedang berada dalam proses pencarian jati diri, termasuk dalam aspek spiritualitas. Banyak dari mereka mengalami kebingungan antara nilai-nilai agama dengan gaya hidup modern yang cenderung liberal. Studi oleh Anshori & Lestari (2021) menunjukkan bahwa 40% remaja Gen Z Muslim mengalami kebimbangan spiritual akibat kurangnya pendampingan agama yang relevan dengan dunia mereka, sehingga diperlukan pendekatan yang empatik dan relevan dalam mengajarkan nilai iman, serta ruang diskusi terbuka agar mereka bisa bertanya dan menguatkan keyakinan tanpa merasa dihakimi.
  1. Minat Belajar Agama yang Menurun
Materi agama sering kali dianggap membosankan atau “jadul” oleh sebagian besar siswa Gen Z, terutama jika disampaikan secara monoton dan satu arah (ceramah klasik). Data dari Kemendikbud (2019) menunjukkan bahwa lebih dari 60% siswa menyebut pelajaran agama sebagai salah satu pelajaran yang kurang menarik, olehkarena itu kita sebagai guru harus berinovasi dalam penyampaian materi, misalnya melalui gamifikasi, storytelling digital, dan integrasi media sosial.
  1. Paparan Nilai-Nilai Barat dan Sekularisme
Kebebasan mengakses internet membuat Gen Z lebih mudah terpapar budaya luar yang sering kali bertentangan dengan nilai Islam, seperti hedonisme, relativisme moral, dan gaya hidup bebas. Penelitian oleh Wibowo (2020) mencatat bahwa media sosial menjadi pintu masuk utama penyebaran paham sekuler dan gaya hidup permisif di kalangan remaja. Maka dari itu, Pendidikan iman harus menguatkan worldview Islam dan mengajarkan cara menyaring informasi, agar mereka tetap bisa eksis di dunia digital tanpa kehilangan jati diri keislaman
  1. Kurangnya Teladan dalam Lingkungan Terdekat
Banyak Gen Z yang tidak memiliki role model atau teladan langsung dalam hal pengamalan agama, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sosial. Hal ini membuat nilai-nilai akidah dan akhlak tidak tercermin dalam kehidupan nyata mereka. penguatan iman pada Gen Z lebih berhasil ketika mereka memiliki figur panutan yang mereka kagumi dan ikuti dalam praktik ibadah maupun akhlak. Dalam hal ini, peran guru, orang tua, dan tokoh publik (influencer Muslim) sangat penting untuk menjadi contoh nyata dalam praktik iman dan akhlak di era digital.
C.     Inovasi Pengajaran Akidah Akhlak

Di era digital saat ini, tantangan dalam menanamkan nilai-nilai akidah dan akhlak kepada generasi Z semakin kompleks. Generasi ini hidup dalam budaya serba cepat, visual, dan sangat dipengaruhi oleh media sosial. Maka, pembelajaran Akidah Akhlak memerlukan pendekatan yang inovatif agar dapat membentuk karakter dan keimanan secara efektif dan menyenangkan.

  1. Pemanfaatan Digital Storytelling
Digital storytelling merupakan metode menyampaikan nilai-nilai keimanan dan akhlak melalui cerita yang dikemas dalam bentuk digital, seperti video animasi, komik digital, atau vlog. Menurut Suryani & Habibah (2023), digital storytelling mampu meningkatkan pemahaman konsep iman dan moral Gen Z secara efektif karena mendekatkan materi ke dalam kehidupan nyata mereka.
  1. Penerapan Gamifikasi
Gamifikasi adalah penerapan elemen permainan dalam konteks pembelajaran. Metode ini menumbuhkan semangat belajar dan meningkatkan keterlibatan siswa. Dalam konteks akidah dan akhlak, guru dapat membuat tantangan iman, kuis interaktif, atau reward untuk praktik akhlak mulia. Menurut penelitian oleh Rachman et al. (2020), gamifikasi dalam pembelajaran PAI meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam memahami nilai-nilai agama.
  1. Media Sosial sebagai Sarana Dakwah Kreatif
Guru dapat mendorong siswa membuat konten positif bertema akidah dan akhlak, seperti video dakwah pendek, infografis hadis, atau konten “cerita islami” di Instagram dan TikTok. Hal ini memperkuat nilai spiritual sekaligus membentuk kesadaran dakwah. Kurniawati & Syahrial (2021) menyatakan bahwa media sosial sangat efektif sebagai platform dakwah pendidikan jika digunakan secara terarah
  1. Pembelajaran Akhlak Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
Metode ini mengajak siswa mengerjakan proyek nyata yang berkaitan dengan praktik akhlak, seperti proyek “Gerakan Jujur di Sekolah”, “Tebar Salam”, atau “Peduli Sesama”. Hal ini mendorong internalisasi nilai-nilai Islam. Menurut Munadi et al. (2019), pendekatan berbasis proyek dalam PAI dapat meningkatkan penghayatan nilai religius dan sosial siswa.
  1. Mentoring Iman dan Akhlak melalui Komunitas Digital
Pendidikan iman tidak cukup dilakukan hanya di kelas. Dibutuhkan ruang diskusi dan pembinaan berkelanjutan seperti forum online, mentoring dakwah digital, dan komunitas Muslim Gen Z. Ramadhani et al. (2022) menemukan bahwa komunitas belajar daring berbasis Islam membantu membentuk karakter spiritual yang kuat dan moderat di kalangan siswa.
Inovasi dalam pengajaran Akidah Akhlak menjadi kunci untuk meningkatkan iman dan membentuk karakter Gen Z. Dengan memadukan pendekatan teknologi, visual, partisipatif, dan komunitas, nilai-nilai keimanan dapat disampaikan dengan cara yang lebih relevan dan mengena. Guru PAI harus mampu beradaptasi dengan zaman agar ajaran Islam tidak hanya dipahami, tetapi juga dicintai dan diamalkan oleh generasi masa depan.
KESIMPULAN
Pembelajaran akidah di era digital harus disesuaikan dengan karakteristik unik Generasi Z yang sangat dekat dengan teknologi dan media sosial. Tantangan seperti overload informasi, krisis identitas spiritual, dan menurunnya minat terhadap pelajaran agama menuntut guru untuk lebih inovatif dalam merancang strategi pembelajaran. Inovasi seperti digital storytelling, gamifikasi, media sosial sebagai sarana dakwah, project-based learning, dan mentoring berbasis komunitas digital terbukti mampu menjawab kebutuhan dan tantangan pembelajaran akidah-akhlak bagi Gen Z. Dengan pendekatan yang partisipatif, kontekstual, dan berbasis teknologi, nilai-nilai keimanan tidak hanya dapat disampaikan tetapi juga ditanamkan secara mendalam. Guru dan pendidik agama Islam perlu menjadi fasilitator yang kreatif agar pembelajaran akidah tidak hanya dipahami secara teoritis, tetapi juga mampu membentuk karakter spiritual yang kokoh di tengah era digital.
DAFTAR PUSTAKA
Putri, A., & Maulana, M. (2021). Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Era Modern. Jurnal Pendidikan Islam, 9(1), 45–55.
Khotimah Suryani, 2023, “PROSEDUR, RANCANGAN, DAN STRATEGI PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB,” t.t.
Suryani, D., & Habibah, N. (2023). Storytelling Digital dalam Pendidikan Akidah untuk Generasi Z. Jurnal Edukasi Islam, 9(1), 65–78.
Harahap, H. S., Siregar, S. A., & Harahap, M. (2021). Analisis Tingkat Minat Belajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi dalam Perkuliahan Daring Masa Pandemi Covid-19. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4), 1638–1647.
Lestari, E., & Anshori, I. (2021). Pendidikan keagamaan anak keluarga muslim perdesaan pada era industri 4.0. Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam, 10(3), 319–336.
Kurniawati, D., & Syahrial, A. (2021). Media Sosial Sebagai Sarana Dakwah Edukatif di Kalangan Remaja Muslim. Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 10(1), 88–97.
Munadi, Y., Fauzi, M., & Hafsari, R. (2019). Project-Based Learning dalam Pendidikan Agama Islam: Menumbuhkan Nilai-nilai Karakter di Sekolah. Jurnal Kependidikan Islam, 5(1), 45–58.
Ramadhani, R., Nugroho, Y., & Zain, M. (2022). Integrasi Teknologi dalam Pendidikan Agama Islam: Peluang dan Tantangan. Al-Tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 77–89

0 Comments

Leave a Reply