UPAYA MENCEGAH DAN MENANGGULANGI KECANDUAN SMARTPHONE PADA REMAJA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Muhammad Faridl Alwi

Lohr dalam Sawyer and Williams (2011) menyatakan bahwa smartphone adalah telepon seluler yang dilengkapi dengan prosesor mikro, memori, tampilan layar dan modem built-in. Smartphone adalah kombinasi fungsi dari personal digital asistant (PDA) atau pocket personal computer (pocket PC) dengan telepon (Sawyer and Williams, 2011). Selain membuat panggilan telepon, penggunanya bisa memainkan game, chat dengan teman-teman, menggunakan sistem messenger, akses ke layanan web (seperti blog, homepage, jaringan sosial) dan pencarian berbagai informasi (Choi et al., 2015).

 Smartphone didasarkan pada internet dan memiliki jangkauan fungsi yang luas (Choi et al., 2015). Suatu ponsel standar berbeda dengan smartphone, di mana pada smartphone pengguna dapat mengakses emailnya secara langsung kapan saja dan di mana saja, dapat melihat halaman web versi desktop, memiliki banyak aplikasi untuk mengelola kontak dan perjanjian, dapat digunakan membaca dan mengedit dokumen Word, Exel dan PowerPoint di mana saja, dan dapat memasang aplikasi pihak ketiga mulai dari aplikasi instrumen musik hingga game. Kelebihan lainnya adalah dilengkapi kamera, dapat memainkan musik, video game, menonton TV digital, pencarian tools, manajemen informasi personal, lokasi GPS dan bahkan dapat berfungsi ganda sebagai kartu kredit pada beberapa lokasi (seperti untuk penggunaan parking meters dan vending machines) (Sawyer and Williams, 2011).

Adiksi secara konseptual didefinisikan sebagai penyakit neurobiologis primer dan kronis, dengan faktor genetik, psikososial, dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan serta manifestasinya. Adiksi ditandai dengan kegagalan untuk mengontrol atau adanya perilaku kompulsif meskipun sudah diketahui perilaku tersebut memiliki konsekuensi yang berbahaya (Fenton et al., 2013). O’Brien (2010) dalam Kwon et al. (2013) menyatakan definisi adiksi adalah : (1) abnormalitas fungsional tubuh yang disebabkan oleh makanan atau toksin farmasi; (2) kondisi patologis yang tidak bisa ditoleransi tanpa pemberian kontinyu alkohol atau obat-obatan; dan (3) ketidakmampuan untuk menilai secara rasional atau membedakan ide-ide atau obyek tertentu.

Adiksi ini utamanya ditandai oleh adanya preokupasi berlebihan atau tidak terkontrol, adanya dorongan atau perilaku untuk menggunakan smartphone hingga menyebabkan area kehidupan lainnya terlantar (Ching et al., 2015). Smartphone addiction didefinisikan sebagai penggunaan smartphone berlebihan yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari penggunanya dan disertai berbagai gambaran klinis meliputi salience, toleransi, kehilangan kontrol, modifikasi mood, gejala withdrawal, dan craving (Kahyaoglu et al., 2016).

Adiksi secara garis besarnya digolongkan menjadi dua, yaitu adiksi zat dan behavioral addiction. Smartphone addiction termasuk ke dalam golongan behavioral addiction. American Psychiatric Association (2013), Organisasi Kesehatan Dunia/WHO (2008), dan American Society for Addiction Medicine 15 (2010) telah mengakui keberadaan behavioral addiction untuk berbagai tingkat dengan kriteria klinis yang berbeda namun terdapat kemiripan (Rosenberg and Feder, 2014).

Kwon et al. (2013) mengembangkan skala smartphone addiction berdasarkan gejala-gejala adiksi pada smartphone. Gejala terbeut yaitu adanya gangguan kehidupan sehari-hari, antisipasi positif, gejala withdrawal, hubungan berorientasi cyberspace, penggunaan berlebihan dan toleransi. Smartphone memiliki banyak atribut dan karakteristik yang membuatnya menjadi menarik bagi remaja dan mendorong penggunaannya di antara kelompok remaja. Kepemilikan dan penggunaan smartphone oleh remaja memiliki beberapa fungsi yaitu (a) Memperkuat otonomi pribadi, khususnya yang berkaitan dengan orang tua ; (b) Menyediakan identitas dan prestise dalam konteks hubungan dengan rekan-rekan, tujuan yang cukup jelas dengan model terbaru atau paling modis; (c) Menawarkan inovasi teknologi utama, alat yang menunjukkan kecenderungan dan keterampilan khusus bagi remaja; (d) Berfungsi sebagai sumber kesenangan dan hiburan; (e) Mendukung pembentukan dan pemeliharaan hubungan interpersonal melalui sumber daya teknologi, seperti yang melacak “panggilan tak terjawab”, yang memiliki fungsi sosial dan afektif yang jelas (Chóliz, 2012).

Dampak di bidang psikologis, individu merasa tidak nyaman dan gelisah bila tidak menggunakan atau membawa smartphone. Penggunaan smartphone dengan terus menerus untuk komunikasi dapat juga mengganggu relasi sosial akibat berkurangnya kontak fisik dalam berkomunikasi atau perasaan terisolasi dari orang lain. Keuangan juga bisa terganggu karena pengeluaran untuk membayar jasa operator terkait fasilitas yang diberikan (Yuwanto, 2010). Fitur smartphone yang sangat canggih dan menarik ternyata tidak saja memberikan dampak positif dalam kehidupan manusia namun juga menimbulkan dampak negatif. Masalah fisik dan psikologis sudah dilaporkan akibat penyalahgunaan smartphone. Gangguan mata dapat terjadi akibat Computer Vision Syndrome yang merupakan keadaan temporer yang disebabkan oleh fokus mata pada layar komputer dalam periode yang terus menerus dan tidak terputus. Ditandai gejala sakit kepala, pandangan kabur, nyeri tengkuk, mata merah, keletihan, mata tegang, mata iritasi, pandangan ganda, vertigo dan kesulitan memfokuskan mata. Penggunaan berlebihan ibu jari untuk mengoperasikan smartphone dapat menimbulkan BlackBerry thumb, suatu gejala yang ditandai nyeri yang berdenyut pada ibu jari atau kadang disertai jari lainnya dan hingga ke pergelangan tangan (Aggarwal, 2013)

Melihat beberap dampak negatif yang timbul dari penggunaan smartphone yang berlebihan, perlu ada upaya untuk mencegah dan menanggulangi dampak buruk kecanduan smartphone pada remaja.

Peran Serta Orang Tua dalam Mendidik Anak

Allah mengutus Nabi Muhammad kepada umat manusia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Dalam proses pendidikan terdapat hadis dari Ibnu Abas bahwa Rasulullah pernah bersabda: “… Akrabilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.”, begitu juga Rasulullah saw bersabda: ”Suruhlah anak-anak kamu melakukan salat ketika mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka kalau meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud). 

Semenjak kecil orang tua harus memberikan pendidikan akhlak bagi anaknya, contoh yang paling sempurna untuk dijadikan contoh adalah akhlak dari Rasulullah SAW. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21 “Sesungguhnya ada pada diri Rasulullah SAW suri tauladan yang baik”. Kontrol dari orang tua diperlukan agar remaja dalam menggunakan smartphone tidak untuk kegiatan yang negatif. Orang tua perlu memberikan pendampingan kepada anak ketika mengakses smartphone. 

Di samping memberikan pelajaran akhlak terhadap anak, seorang anak juga perlu diberikan pendidikan tentang kewajiban beribadat. Dalam hadis Rasulullah SAW dijelaskan “Ajarilah anak kalian shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah dia (jika tidak mau melaksanakannya) jika melewati usia sepuluh tahun.“(HR ad-Darimi). Seseorang yang terbiasa beribadat maka dirinya akan terhindar dari perbuatan yang tidak baik. “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Ankabut: 45).

Dukungan Serta Lingkungan

Kondusi lingkungan entah itu baik atau buruk akan mempengaruhi perkembangan remaja. Salah satu lingkungan yang terdekat dengan remaja adalah teman. Dalam sebuah hadits Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Amr telah menceritakan kepadaku Musa bin Wardan dari Abu Hurairah dari Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau bersabda: “Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” Kualitas seorang bisa dilihat dengan siapa dia berteman, contohnya apabila seorang remaja lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berteman dengan teman yang suka main game, maka dia otomatis akan ikut kecanduan bermain game.

Dalam hadits lain dijelaskan: telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Aun, telah mengabarkan kepada kami Ibn al-Mubarak dari Haiwah bin Syuraih dari Salim bin Gailan dari Walid bin Qais dari Abi Sa‘id atau dari Abi al-Haisim dari Abi Sa‘id al-Khudri ra: Dari Nabi SAW., bersabda: Janganlah bersahabat kecuali dengan orang beriman dan janganlah yang memakan makananmu melainkan orang bertakwa. Dalam hadits tersebut bisa diambil pelajaran bahwa dalam hal pertemanan kita harus memilih orang yang bisa kita jadikan teman dekat. Apabila berteman dekat dengan orang yang tidak baik dikhawatirkan akan berdampak tidak baik pula pada remaja tersebut. 

Kesimpulan dan Saran

Perkembangan teknologi yang pesat telah banyak mengubah aspek kehidupan manusia. Penggunaan teknologi yang tidak tepat akan memberikan dampak negatif pada penggunanya. Smartphone merupakan teknologi komunikasi terbaru yang memiliki fungsi komunikasi seperti telepon pada umumnya dengan ditambahi fitur-fitur lebih menarik, seperti: bermain game, media sosial, browsing, multimedia, dan sebagainya. Disamping banyak manfaat yang diperoleh dari penggunaan smartphone terdapat dampak negatif yang bisa timbul apabila menggunakan smartphone secara berlebihan dan tidak tepat guna. Dampak negatif yang bisa timbul di antaranya adalah gangguan kesehatan mata, psikis, gangguan tidur, dan gangguan musculoskeletal. Upaya yang bisa dilakukan agar tidak terkena dampak negatif dari kecanduan smartphone pada remaja adalah: (1) Peran serta orang tua, orang tua perlu memberikan pendampingan dan bimbingan terhadap perilaku penggunaan smartphone remaja, (2) Dukungan serta lingkungan, teman merupakan salah satu lingkungan yang dekat dengan remaja. Remaja harus mencari teman yang tepat karena teman akan mempengaruhi perkembangan remaja tersebut.


0 Comments

Leave a Reply