JAM SIKARDIAN BERPERAN PENTING DALAM ISLAM

Published by Buletin Al Anwar on

Moch. Nasmay Lupita

Manusia pandangan  filsafat  daerah timur diucapkan al-Bashar untuk diartikan bahwa manusia ialah makhluk berbentuk fisik memerlukan asupan padat dan cair atau bisa disimbolkan minuman dan makanan. Lain halnya apabila  al-Insan menandakan bahwa manusia mempunyai kendali untuk berpikir dan meninjau sesuatu dari padangan benar dan yang salah. Kalimat yang tertera lafal an-nas menandakan bahwa manusia termasuk makhluk hidup yang tidak lepas dari sosial dengan kata lain harus mempunyai teman atau keluarga.  Manusia lebih condong maknanya memakai lafaz dalam kitab suci berupa al-Insan, dikarenakan manusia adalah makhluk Sang Pencipta yang Maha Tinggi sebaik-baiknya bentuk ciptaan, sebab manusia diberi akal pikiran oleh Sang Pencipta . Karena itu, manusia diberi amanat dan tanggung jawab melakukan amanah  sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai khalifah Allah di bumi ini.  

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ


“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dengan berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan orang-orang tersebut memikirkan hal penciptaan bumi dan langit (sambil berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”. (Ali-imron (3): 191)

Dari ayat tersebut diterangkan bahwa, manusia diperintahkan dengan akalnya untuk berpikir tentang hal-hal yang berkaitan dengannya. Tolak ukur dalam hal pemanfaatan akal di rumuskan dengan cara tingkat kecerdasan seseorang. 

Kepintaran atau inteligensi secara umum banyak dimaknai kemampuan psiko-fisik dalam menerima objek dan merespon  diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat., kesimpulan dari kepintaran sesungguhnya tidak hanya memperhitungkan kualitas otak saja, tetapi juga kualitas anggota tubuh yang lain, dengan demikian, keberadaan otak ada hubungan yang signifikan dengan kepintaran atau inteligensi seseorang memiliki peran sentral daripada peranan anggota tubuh lainnya, dengan adanya otak berfungsi sebagai pengendali anggota badan lainya dalam seluruh aktivitas manusia (Mundzir, I., 2020).  

Struktur otak yang terdapat pada manusia sebagai pusat pengaturan yang terdiri atas 100 milyar sel saraf atau neuron dengan memiliki volume sekitar 1.350cc (Roenneberg, et al., 2007). Objek mengatur sekaligus sebagai kordinator untuk melakukan, gerak,  tingkah laku dan homeostasis tubuh seperti detak jantung, diastole dan sistole, berbagai sistem cairan dan sistem suhu. Otak manusia memiliki peran sentral dalam mengatur keseluruhan anggota badan dan tengkorak manusia. Oleh karena itu, memiliki hubungan khusus antara kecerdasan dan otak. Otak memiliki berbagai sel saraf yang mana berfugsinya sel saraf akan mempengaruhi kognitif manusia. Asupan pengetahuan  sebagai konsumsi otak berpengaruh besar dalam perkembangan psikologi dan kognitif (Pașca, S. P., 2018). Lebih khususnya, fungsi secara psikologis dan kognitif seperti pengendali emosi. Memori, gerak motorik dan semua hal yang berkaitan dengan  pembelajaran. 

Otak manusia, memiliki peran sentral berkaitan dengan kualitas kognitif, perkembangan mencapai 80%  ketika masa kehamilan sampai mencapai balita berumur tiga tahun (Roenneberg, et al., 2007). Masa balita termasuk  masa dinama tinggi-tingginya pertumbuhan khususnya pada bagian sel-sel otak. Neuron otak  terhubung dari sel satu dengan sel lainnya dengan perantara neurotransmiter. Pertumbuhan neuron otak secara alami dengan waktu tertentu untuk dipersiapkan membentuk jaringan otak dalam menghubungkan dengan jaringan lain sebagai pengantar suatu perintah dari otak. Dari fase balita hingga dewasa muda sampai dewasa tua dari segi kuantitas sel otak tidak bisa bertambah lagi, akan tetapi sel saraf yang sudah ada dengan bertambahnya pengetahuan akan lebih optimal dari segi fungsinya. Masa di mana fungsi sel, jaringan, dan organ  dimasa anak-anak pada tubuh manusia dinamakan masa perkembangan. Masa di mana proses penggandaan dan pertambahan kuantitas sel, jaringan atau organ pada manusia dinamakan masa pertumbuhan.

Otak manusia memiliki cakupan ruang atau kapasitas yang luar biasa. Setiap satu sel terdapat ratusan bahkan ribuan cabang memiliki bentuk ukuran mikro seperti gurita (dendrit dan akson) (Pașca, S. P., 2018). Masing-masing cabang ini mengandung akson atau dendrit memiliki kandungan sesuatu zat kimia (neurotransmitter). Neurotransmiter tersebut menjadi pengirim pesan antar sel otak, semua informasi dalam setiap pemikiran, setiap sesuatu yang dialami dalam belajar dan setiap ingatan yang dimiliki.

Otak manusia memiliki struktur khusus yang terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain: serebrum, korteks, serebelum, ganglia dasar, diensefalon, otak tengah, dan otak belakang (Raine, et al., 2017). Salah satu struktur tersebut memiliki fungsi sentral dalam tubuh dalam mengatur organ tubuh, yaitu diensefalon. Diensefalon memiliki beberapa struktur lagi yang terbagi menjadi hipotalamus, pretalamus, epitalamus, pretektum, talamus, dan zona pembatas intratalamus (Pașca, S. P., 2018). Dari beberapa struktur otak yang lebih menonjol dan memainkan peran sentral dalam kehidupan, hipotalamus. Hipotalamus (dari bahasa Yunani Kuno, “bawah”, dan, “ruang”) adalah satu dari beberapa pembagian otak yang mengandung  inti kecil dengan memiliki fungsi sentral. Salah satu fungsi sentral dari hipotalamus untuk mengantarkan pesan dari sistem saraf dikirim ke sistem endokrin melewati kelenjar pituitari. Hipotalamus secara fisiologis terdapat di bagian bawah talamus juga termasuk salah satu anggota dari sistem limbik. Dalam terminologi neuroanatomi, ia membentuk bagian ventral diensefalon. Semua otak vertebrata mengandung hipotalamus dengan mempunyai bentuk serta ukuran seperti sepotong kacang almon.

Hipotalamus memiliki peran sentral pengaturan semua proses metabolisme tertentu dan aktivitas lain dari sistem saraf otonom (Pașca, S. P., 2018). Ini mensintesis dan mengeluarkan neurohormon tertentu, yang disebut hormon pelepas atau hormon hipotalamus, dan ini pada gilirannya merangsang atau menghambat sekresi hormon dari kelenjar pituitari. Hipotalamus mengontrol suhu tubuh, rasa lapar, aspek penting dari pola asuh dan perilaku, rasa haus, kelelahan, tidur, dan ritme sirkadian.

Jam sirkadian adalah jam biologis tubuh manusia yang mengatur semua aspek dari segala yang kita lakukan entah itu sadar, entah itu tidak sadar, dengan peran sentral dalam mengerjakan kehidupan kita sehari-hari. Ritme sirkadian adalah segala perubahan dari segi fisik, psikis, dan tingkah laku dengan panduan siklus 24 jam pada setiap hari (Roenneberg, et al., 2007). Fungsi kognitif tergolong pencapaian dasar otak dalam melakukan suatu tugas, adakalanya belajar, mengingat sesuatu, mencari solusi permasalahan, dan memusatkan perkara pada sesuatu. Memori jangka pendek digolongkan dalam fungsi kognitif sebagai penyimpanan informasi yang diolah dalam waktu sesingkat mungkin . Memori jangka pendek penting dalam kehidupan sehari-hari.

Memori jangka pendek bekerja dengan memori sensorik dan memori kerja untuk menjalankan fungsi kognitif yaitu belajar, menalar, dan memahami (Pașca, S. P., 2018). Fungsi kognitif ini, sebagai dasar kita untuk mengubah perilaku dari buruk menjadi baik, dari tidak benar menjadi benar, dari tidak estetis menjadi estetis, dikendalikan oleh kontrol sirkadian (Takahashi, J. S., 2017).

Ritme sirkadian berfungsi untuk mengatur berbagai ritme tubuh, antara lain ritme bangun tidur, suhu tubuh, tekanan darah, dan pola sekresi hormon (Roenneberg & Merrow., 2016). Pengaturan sirkadian mekanisme tidur dan terjaga diatur oleh alat pacu jantung  atau note terdapat di suprachiasmatic nuclei (SCN) yang berfungsi sebagai master clock. Nukleus suprachiasmatic paling aktif di siang hari dan diatur setiap hari oleh masukan cahaya dari retina dan selama siklus gelap oleh sekresi melatonin dari kelenjar pineal, serta di hati, ginjal dan jantung (Guyton, 2010). Circadian bisa dikatakan sebagai cara tubuh melakukan perilaku konsisten setiap hari, dari perspektif agama disebut istiqomah. Al-Qur’an sangat menganjurkan perilaku istikamah yang terkandung dalam beberapa suart, diantaranya Q.S. Dalam Pertobatan; 7, Q.S. Yunus: 89, Q.S. Hud: 112, Q.S. Fussilat: 6 & 30, Q.S. Al-Ahqof: 13, Q.S. Ash-Shuro: 15, Q.S. Al-Jin: 16, dan Q.S. At-Takwir: 28.

فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

“(maka tetaplah kamu pada jalan yang benar) yaitu mengamalkan perintah dan menyembah -Nya (sebagaimana diperintahkan kepadamu dan) juga tetapkanlah pada jalan yang  benar (orang yang telah bertaubat) yaitu orang yang telah beriman (beserta kamu dan janganlah kalian melewati batas) melanggar Batasan-batasan Allah, Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kalian kerjakan) oleh sebab itu Dia membalas kalian” 

Perintah dari ayat tersebut untuk melaksanakan istiqomah yakni: berperilaku seimbang seraya menelusuri perkara yang telah ditetapkan beserta dihimbauan untuk tidak melewati batasan tertentu. Menurut Quraisy Shihab ayat  yang tertera tersebut, menerangkan bahwa nabi diperintah konsisten menegakkan tuntutan dari Allah sebaik mungkin sehingga terealisasi  secara sempurna sebagaimana mestinya, Turunnya wahyu tersebut mengandung seluruh berbagai segi dari agama dan hiruk pikuk kehidupan dari segi dunia maupun ahirat. Secara tidak langsung perintah itu, mengandung  hal baik kehidupan duniawi dan ukhrowi, pribadi, masyarakat dan lingkungan (Zuhdi, M. H., 2017)

Perilaku istikamah bisa dikatakan dalam kehidupan sehari-hari dengan kebiasaan, di mana kebiasaan tersebut pasti mempunyai awalan. Mengawali sesuatu tersebut termasuk hal yang berat, di mana kita memaksa diri sendiri  untuk melakukan hal yang tidak bisa kita lakukan. entah itu yang biasanya  merokok menjadi tidak merokok, sering begadang menjadi tidak begadang, sering mencuri menjadi tidak mencuri, mencela menjadi tidak mencela. Menyontek menjadi tidak menyontek, sering tidak salat menjadi sering salat, sering melihat video porno menjadi tidak pernah lagi tahu sebaliknya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara bertahap, tidak bisa seketika, dikarenakan kita dalam mengubah perilaku tersebut memiliki konsep terori Ilmu olahraga respon dan adaptasi. 

Metabolisme tubuh manusia dalam mengubah perilaku tersebut diawali dengan cara memilih perilaku apa yang akan dilakukan sistem saraf pusat kemudian sinyal tersebut dikirim dalam bentuk neurotrasmiter menuju hipotalamus kemudian diteruskan lagi ke somatomotorik untuk mengaplikasikan gerak nyata berbentuk perilaku. Setelah perilaku tersebut dilakukan yang pertama kalinya, maka keadaan tersebut berada pada tahap respon dan dilakukan sampai merasa dengan melakukan perilaku tersebut merasa nyaman. Keadaan nyaman melakukan perilaku tersebut berada pada tahap adaptation. Pada tahap adaptasi tersebut merupakan tahap istikamah dalam Islam dengan diatur otak kembali untuk melakukan hal tersebut secara terus-menerus tepatnya pada otak bagian hipotalamus. Hipotalamus  memberi sinyal berupa neurotransmitter menuju ke jam sikardian tubuh untuk mengatur perilaku tersebut dilakukan pada waktu dan tempat tertentu dengan disintesis oleh memori jangka pendek (short term) dan memori jangka panjang (long term). 

Perlu kita ketahui, bahwa hal sepele tersebut mempunyai proses yang panjang, dan  rumit apabila dijelaskan dari segi kedokteran. Dan kita patut bersyukur kepada Allah, walaupun kita belum pernah mengetahui proses tersebut dan tidak pernah kita sadari prosesnya serumit itu, kita bisa melakukan hal tersebut dan menunjukkan bahwa tubuh manusia sangat kompleks di setiap organ tubuh yang saling berkaitan tersebut. Jam Sikardian menjadi perantara Allah untuk mengatur tubuh kita untuk melakukan istikamah dari segi fisik dan psikis. 

Daftar rujukan 

Roenneberg, T., & Merrow, M. (2016). The circadian clock and human health. Current biology26(10), R432-R443.

Roenneberg, T., Kumar, C. J., & Merrow, M. (2007). The human circadian clock entrains to sun time. Current Biology17(2), R44-R45.

Takahashi, J. S. (2017). Transcriptional architecture of the mammalian circadian clock. Nature Reviews Genetics18(3), 164-179.

Pașca, S. P. (2018). The rise of three-dimensional human brain cultures. Nature553(7689), 437-445.

Raine, A., Meloy, J. R., Bihrle, S., Stoddard, J., LaCasse, L., & Buchsbaum, M. S. (2017). Reduced prefrontal and increased subcortical brain functioning assessed using positron emission tomography in predatory and affective murderers. In Biosocial Theories of Crime (pp. 479-492). Routledge.

Mundzir, I. (2020). Konstruksi Psikologi Istiqamah Dalam Literatur Tafsir: Non-Empiris. Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris6(1), 47-54.

Zuhdi, M. H. (2017). Istiqomah dan Konsep Diri Seorang Muslim. Religia.


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *