REFLEKSI KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW DALAM PROSES MASUK ISLAMNYA IKRIMAH BIN ABI JAHAL

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Muchammad Irsyad Mahila

Abstrak

Keteladanan Nabi Muhammad SAW diatas manusia pada umumnya. Selain menjadi contoh sahabat-sahabat juga menjadi contoh kaum kafir quraisy dalam berbuat baik sesama manusia salah satunya implikasi keteladanan nabi Muhammad SAW terhadap proses masuk islamnya Ikrimah Bin Abi Jahal. Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif dengan menggabungkan pendekatan history yang berkaitan dengan proses masuk islamnya Ikrimah Bin Abi jahal. Ikrimah sendiri dikenal sebagai musuh islam bahkan cendrung ingin membalaskan kematian ayahnya pasca gugur pada perang badar akan tetapi seiring berjalannya waktu rasa dendam itu hilang pasca adanya jaminan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Implikasi keteladanan nabi Muhammad bagi ikhrimah bin abi jahal sangatlah berpengaruh signifikan hal ini dapat dilihat pada beberapa pertempuan perperangan yang dilakukan oleh kaum muslimin. Ikrimah berani dan berada pada gerda paling depan pada saat peperangan terjadi sampai ia meninggal dunia.

Kata Kunci; Refleksi; Nabi Muhammad; Ikrimah Bin Abi Jahal

Pendahuluan                                                      

Manusia memiliki sifat yang diberikan oleh Allah SWT sebagai organ perasa. Asal usul penciptaan manusia merupakan hak priogratif Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya didunia ini. Terlepas diri sifat dan penciptaan manusia hadirnya dimuka bumi ini dengan tujuan sebagai khalifah atau pemimpin didunia. Sifat manusia memiliki kecendrungan gampang berubah-ubah begitu juga yang dialami oleh Ikrimah Bin Abi Jahal pasca peperangan badar yang sangat membenci Rosulullah SAW bahkan memiliki rencana untuk membalas dendamkan kekelahan dan kematian dari ayahnya Abu Jahal.

Berbicara proses Ikrimah Bin Abi Jahal dalam menerima Rahmat Allah SWT sehingga mau mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai utusanya sangatlah diplomatis dan mengahrukan. Jika ditarik lagi secara history kehidupan Ikrimah Bin Abi Jahal mengetahui bahwa sejak Saat usianya sudah memasuki kepala 3 dan saat Nabi mulai melakukan dakwah kebenarannya dengan terang-terangan. Saat itu, ia adalah salah seorang anggota suku Quraisy yang terpandang nasabnya, dan yang paling banyak harta. Sepantasnya ia memeluk Islam sebagaimana para sahabatnya seperti Sa’d bin Abi Waqash, Mus’ab bin Umair dan lainnya yang termasuk anakanak orang terpandang di Mekkah. Lalu siapakah ayahnya, kalau engkau mengetahuinya? Dia adalah tokoh Mekkah yang paling bengis, pemimpin tindakan kemusyrikan nomer 1, sosok penyiksa yang dengan ulahnya Allah mencoba keimanan kaum mukminin dan ternyata mereka tegar menghadapinya. Lewat makarnya, Allah menguji kesetiaan kaum mukminin dan ternyata mereka benar-benar setia.[1]

Dialah Abu Jahl! Itulah ayahnya. Sedangkan Ikrimah bin Abu Jahl Al Makhzumy adalah seorang di antara beberapa suku Quraisy yang pemberani dan salah seorang tokoh penunggang kuda yang terpandang. Ikrimah bin Abu Jahl merasa harus menuruti kepemimpinan ayahnya untuk memusuhi Muhammad Saw; sehingga ia sendiri begitu benci kepada Rasul Saw. Ia juga menyiksa para sahabat Beliau dengan kejam. Ia melakukan penyiksaan kepada Islam dan kaum muslimin sehingga membuat ayahnya senang. Begitu ayahnya memimpin pasukan musyrikin dalam perang Badar, ia bersumpah dengan Lata dan Uzza bahwa ia tidak akan kembali ke Mekkah kecuali bila Muhammad sudah kalah. Ia sempat menginap di Badr selama 3 hari dan menyembelih unta, meminum khamr dan menikmati musik yang dimainkan oleh para pemainnya. Saat Abu Jahl memimpin peperangan ini, Ikrimah anaknya menjadi pegangannya tempat ia bersandar dan menjadi tangannya di mana ia menggenggam. Akan tetapi Lata dan Uzza tidak menjawab seruan Abu Jahl karena keduanya tidak bisa mendengar. Keduanya tidak bisa menolong Abu Jahl karena mereka tidak mampu melakukan apapun.[2]

Akhirnya Abu Jahl mati di Badr dan anaknya Ikrimah menyaksikan peristiwa tersebut dengan kedua matanya. Tombak-tombak kaum muslimin menghisap darahnya. Ikrimah juga mendengar dengan kedua telinganya saat Abu Jahl melepaskan nafas terakhirnya yang membuat kedua bibirnya menganga.[3]

Pasca peperangan itu kemudian Ikrimah kembali ke Mekkah setelah ia meninggalkan jasad pemimpin bangsa Quraisy tadi di Badr. Kekalahan telah membuatnya gentar sehingga tidak dapat membawa jasad ayahnya kembali ke Mekkah. Ia lebih memilih membiarkan jasad ayahnya tertinggal sehingga di buang oleh kaum muslimin di sebuah tempat bernama Al Qalib.  bersama dengan puluhan korban dari pihak kaum musyrikin. Kaum muslimin lalu menguruk mereka dengan pasir. Sejak hari itu, Ikrimah bin Abi Jahl memiliki pandangan lain tentang Islam. Ia begitu benci kepada Islam karena dendam atas pembunuhan ayahnya; dan hari ini ia akan membalaskan dendamnya. Oleh karenanya, ikrimah dan beberapa orang yang ayahnya terbunuh pada perang Badr menyalakan api permusuhan di dada kaum musyrikin untuk melawan Muhammad Saw. Mereka juga menyulut kobaran amarah di hati suku Quraisy yang kehilangan anggota keluarganya saat perang Badr. Sehingga usaha mereka menyulut terjadi perang Uhud.

Ikrimah bin Abu Jahl berangkat menuju perang Uhud bersama istrinya yang bernama Ummu Hakim agar ia beserta para wanita lain yang kehilangan keluarganya saat perang Badr berdiri di belakang pasukan kaum pria. Para wanita tadi bertugas memukulkan genderang untuk memberi semangat kepada kaum Quraisy untuk meneruskan peperangan, dan memberikan semangat kepada pasukan berkuda agar tidak lari dari medan laga. Bangsa Quraisy kali ini di pimpin oleh pasukan berkuda di bawah komando Khalid bin Walid, dan pasukan infantry di bawah komando Ikrimah bin Abu Jahl. Kedua komandan kaum musyrikin tadi telah berhasil membuat kemenangan di pihak mereka atas Muhammad dan para sahabatnya. Kaum musyrikin saat itu telah membuktikan kemenangan yang besar, sehingga Abu Sufyan berseru: “Inilah balasan dari perang Badr!” Pada perang Khandaq, kaum musyrikin mengepung kota Madinah beberapa hari lamanya sehingga habislah kesabaran Ikrimah bin Abi Jahl. Ia begitu gemas dengan pengepungan ini. Ia melihat ke sebuah tempat yang sempit di dalam parit. Ia memaksakan kudanya untuk masuk ke dalamnya sehingga ia dapat menerobos. Kemudian di belakangnya menyusul ikut menerobos serombongan orang yang sedang berpetualang dan menjadi salah satu korbannya adalah Amr bin Abdu Wuddin Al Amiry.[4]

Pada hari penaklukkan kota Mekkah, kaum Quraisy berpendapat bahwa mereka tidak mampu melawan Muhammad dan para sahabatnya. Mereka memutuskan untuk membiarkan Muhammad datang ke Mekkah. Mereka menderita akibat keputusan yang mereka ambil setelah mereka tahu bahwa Rasulullah Saw memerintahkan para panglima muslimin untuk tidak memerangi penduduk Mekkah kecuali bila para penduduknya melakukan penyerangan. Akan tetapi Ikrimah bin Abu Jahl dan beberapa orang lainnya tidak sepakat dengan keputusan kaum Quraisy ini.[5] Mereka berani untuk menghadapi pasukan yang besar ini. Maka Khalid bin Walid menyerang kaum muslimin dalam sebuah perang kecil di mana terbunuh beberapa orang dari mereka. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk melarikan diri selagi memungkinkan. Salah seorang dari mereka yang berhasil lolos adalah Ikrimah bin Abu Jahal.[6]

Ketika itu Ikrimah merasa menyesal. Mekkah kini sudah tunduk dihadapan kaum muslimin. Rasulullah Saw telah memaafkan segala kesalahan kaum Quraisy yang pernah mereka lakukan kepada Beliau dan para sahabatnya. Akan tetapi ada beberapa nama yang tidak Rasul Saw maafkan. Rasul memerintahkan para sahabatnya untuk membunuh namanama ini, meskipun mereka mendapatinya sedang berada di bawah tembok Ka’bah[7]. Salah seorang dari nama yang dicari oleh kaum muslimin tadi adalah Ikrimah bin Abu Jahl. Oleh karenanya, ia menyusup dengan sembunyi-sembunyi untuk keluar dari Mekkah, dan ia hendak pergi melarikan diri ke Yaman, karena ia tidak menemukan ada tempat perlindungan lain baginya kecuali di sana. Sehingga berdasarkan paparan cerita history tentang Ikrimah diatas tertarik membahas pada wilayah proses masuk islamnya ikrimah dan role model cara berdakwah nabi Muhammad Saw yang begitu arif dan bijaksana. Besar harapanya hadirnya tulisan ini bisa memberikan wawasan baru dan novelty dalam perkembangan dunia islam di zaman modern.[8]

Metode Penelitian

Penelitian ini  menggunakan penelitian Kuantitaf yaitu penelitian berfokus kepada litelatur-litelatur dan buku-buku yang berkaitan secara langsung dengan konteks pembahasan.[9] Dalam hal ini, pembahasan tentang proses masuk islamnya Ikrimah Bin Abi Jahal. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan History.[10] Pendekatan ini berfokus kepada nilai-nilai aspek budaya yang telah terjadi dan didokumentasikan oleh arsip-arsip yang keaslianya terlah terjamin secara nilai akademis.[11] Sumber data primer adalah buku-buku, jurnal-jurnal dan litelatur-litelatur penunjang lainnya. Sedangkan sumber data sekundernya menggunakan wawasan kazanah Sejarah yang berasal dari media elektronik[12] dan informasi yang diperoleh  secara langsung oleh penulis yang berkaitan dengan proses masuk islamnya Ikrimah Bin Abi Jahal.[13]

Pembahasan

Proses diplomasi Nabi Muhammad SAW Dalam Menjamin Ikrimah Bin Abi Jahal Untuk Masuk Islam

Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang penuh kebijaksanaan dan mudah memaafkan musuh-musuh yang seblum hadirnya islam banyak sekali kamu kafir Qurisy memusuhi beliau. Akan tetapi beliau tetap memaafkan dan memberikan keamanan dan kedamaian bagi mereka semua. Seperti pasca penaklukan Kota Mekkah nabi Muhammad SAW nabi sudah mamaafkan semua musuh-musuhnyaakan tetapi ada beberapa menurut para sahabat yang harus  dibunuh salah satunya Ikrimah Bin Abi Jahal. Sehingga pada saat itu datanglah Ummu Hakim istri Ikrimah bin Abu Jahl dan Hindun bin Utbah datang ke rumah Rasulullah Saw diiringi dengan sepuluh wanita lainnya untuk menyatakan sumpah setia kepada Nabi Saw. Mereka semua masuk ke dalam rumah Nabi Saw. Saat itu Rasul Saw sedang ditemani oleh dua istrinya dan anaknya yang bernama Fathimah38 dan beberapa wanita dari Bani Abdul Muthalib. Maka berbicaralah Hindun yang pada kesempatan itu ia mengenakan niqab: “Ya Rasulullah, segala puji bagi Allah yang telah memenangkan agama yang dipilih-Nya. Dan aku berharap engkau dapat memperlakukan aku dengan baik karena adanya hubungan kerabat di antara kita. Aku kini adalah wanita yang beriman dan membenarkan ajaran agama ini.” Lalu ia membuka niqab dari wajahnya,lalu berkata: “Saya adalah Hindun binti Utbah, Ya Rasulullah!” Maka Rasulullah Saw menjawabnya: “Selamat datang kepadamu!” Hindun meneruskan: “Demi Allah ya Rasulullah, tidak ada satupun di muka bumi ini rumah yang lebih aku sukai untuk merendahkan diri kecuali rumahmu ini. Dan aku tidak ingin rumahku dan semua rumah di muka bumi ini lebih mulia dari rumahmu.”[14]

Ummu Hakim meneruskan perjalanannya sehingga ia berjumpa dengan Ikrimah di tepi pantai di daerah Tihamah. Saat itu Ikrimah sedang berbicara dengan seorang nelayan muslim di atas perahunya. Nelayan itu berkata kepada Ikrimah: “Menyerahlah, sehingga aku dapat membawamu turut serta!” Ikrimah bertanya: “Bagaimana aku melakukannya?” Nelayan menjawab: “Ucapkan bahwa aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” [15] Ikrimah menjawab: “Aku kabur ke sini karena kalimat itu!” Selagi mereka meneruskan pembicaraan, maka datanglah Ummu Hakim menemui Ikrimah, lalu ia berkata: “Wahai sepupuku. Aku baru saja datang dari manusia yag paling baik, berbudi dan paling bijak. Aku baru saja datang dari Muhammad bin Abdullah. Aku telah meminta jaminan keamanan bagimu darinya. Dan ia telah memberikan jaminan keamanan bagimu. Maka janganlah engkau menyusahkan dirimu lagi!” Ikrimah bertanya: “Engkau berbicara dengannya?” Ummu Hakim menjawab: “Benar. Aku telah berbicara dengannya dan ia memberikan jaminan keamanan bagimu.”

Ummu Hakim terus-menerus meyakinkan dan membuat tenang Ikrimah sehingga ia mau turut ikut bersama Ummu Hakim. Kemudian di tengah jalan Ummu Hakim menceritakan kepada Ikrimah kisah budaknya yang berbangsa Romawi dan apa yang telah ia lakukan kepada Ummu Hakim. Mendengar itu Ikrimah mendatanginya lalu membunuhnya sebelum ia masuk Islam. Begitu keduanya singgah di suatu tempat, Ikrimah merasa berhasrat kepada istrinya dan ia ingin melakukan hubungan biologis dengannya. Maka Ummu Hakim menolaknya dengan keras seraya berkata: “Saya kini sudah menjadi muslimah dan engkau masih musyrik.” Maka Ikrimah merasa heran dan berkata: “Sesuatu yang menghalangiku untuk menggaulimu pasti adalah hal yang besar!”

Begitu Ikrimah mulai memasuki kota Mekkah, Rasulullah Saw bersabda kepada para sahabatnya: “Sebentar lagi akan datang kepada kalian Ikrimah bin Abu Jahl sebagai seorang mukmin yang berhijrah. Janganlah kalian mencerca ayahnya; Sebab mencerca orang yang sudah mati akan melukai orang yang masih hidup padahal cercaan itu tidak berarti apa-apa bagi si mayit.” Tidak lama berselang maka tibalah Ikrimah dan istrinya ke tempat di mana Rasulullah Saw duduk. Begitu Rasulullah Saw melihatnya maka Beliau langsung melompat tanpa sempat lagi mengenakan sorbannya karena merasa begitu senang.

Begitu Rasulullah Saw kembali duduk, Ikrimah masih berdiri di hadapan Rasulullah Saw lalu berkata: “Ya Muhammad, Ummu Hakim memberitahukanku bahwa engkau telah menjamin keamanan untukku.” Nabi langsung menjawab: “Ia benar, dan engkau sekarang aman!” Ikrimah bertanya: “Engkau mengajakku untuk apa, Ya Muhammad?” Rasul menjawab: “Aku mengajakmu untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat…” dan Rasul menyebutkan rukun Islam semuanya. Ikrimah menjawab: “Demi Allah, engkau mengajak tiada lain untuk menuju kebenaran. Engkau hanya menyuruh hal yang tiada lain adalah kebaikan.”[16]

Kemudian ia menambahkan: “Demi Allah, dulunya bagi kami sebelum berdakwah seperti sekarang engkau adalah orang yang paling jujur saat berbicara dan orang yang paling baik.” Lalu ia mengulurkan tangannya sambil berkata: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Engkau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” Lalu ia berkata lagi: “Ya Rasulullah, ajarkan hal terbaik yang mesti aku ucapkan!” Rasul menjawab: “Ucapkanlah: Asyhadu an La ilaha illa-llahu, wa anna Muhammadan abduhu wa Rasuluhu!” Ikrimah bertanya: “Lalu apa lagi?” Rasul menjawab: “Ucapkanlah:Aku mempersaksikan kepada Allah dan kepada orang yang hadir pada saat ini bahwa aku adalah seorang muslim, mujahid dan muhajir!” Lalu Ikrimah pun mengucapkannya. Begitu usai mengucapkannya, Rasul Saw langsung bersabda: “Sejak saat ini, setiap kau meminta sesuatu yang aku berikan kepada orang lain, pasti akan aku berikannya juga kepadamu.” Ikrimah berkata: “Aku memintamu untuk memintakan ampunan bagiku atas setiap permusuhan yang pernah aku lakukan terhadapmu, atau setiap perjalanan perang yang aku lakukan untuk menyerangmu, atau tempat perang di mana aku memerangimu, atau setiap perkataan yang aku pernah ucapkan dihadapanmu atau di belakangmu!”[17]

Rasulullah Saw lalu berdo’a: “Ya Allah berilah ampunan kepadanya atas setiap permusuhan yang pernah ia lakukan terhadapku. Atas setiap perjalanan perang yang pernah ia lakukan untuk memadamkan cahayaMu. Dan ampunilah ia atas apa yang pernah ia lakukan terhadap kehormatanku saat berhadapan denganku ataupun saat aku sedang tidak ada.” Maka wajah Ikrimah langsung cerah dan ia berkata: “Demi Allah ya Rasulullah, semua harta yang pernah aku berikan untuk menghalangi jalan Allah, maka akan aku berikan lagi berlipat ganda di jalan Allah. Dan setiap korban yang pernah aku bunuh dalam menghalangi jalan Allah, maka aku akan membunuh jumlah yang berlipat ganda di jalan Allah!”[18]

Berdasarkan paparan diatas Ikrimah awalnya adalah sosok pendendam dan menuntut balas atas kematian ayahnya yaitu Abu Jahal. Akan tetapi seiring berjalannya waktu ikrimah diberikan Rahmat oleh Allah SWT dan masuk islam. Pada prosesnya penjaminan yang diminta oleh istrinya kepada Rosullulah sehingga kemamanan atas dirinya terbebaskan. Dalam konteks ini Rosulullah tidak meminta balas dendam seperti manusia pada saat ini akan tetapi hanya meminta Ikrimah masuk islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat dan ikrimah dengan tulis dan penuh rasa bersalah mengucapkan kalimat syahadat yang lakukan oleh Rosullulah SAW.

Implikasi Keteladanan Nabi Muhammad SAW Terhadap Rasa Tanggung Jawab Ikrimah Bin Abi Jahal Sebagai Seorang Muslim

Keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam memberikan jaminan kepada ikrimah adalah Langkah diplomatis beliau sebagai Nabi dan rosul. Sehingga dalam proses masuk islamnya ikrimah karna kontribusi nabi semata untuk memberikan keamanan bagi kaum muslimin atau bagi kau kafir yang ingin memeluk agama islam. Pasca masuk islamnya ikrimah Ikrimah bergabung dengan pasukan dakwah sebagai seorang penunggang kuda yang berani di medan laga. Dia menjadi seorang yang amat kuat beribadah, selalu membaca Kitabullah di mesjid-mesjid.Ia pernah menaruh AlQur’an di wajahnya sambil berkata: “Inilah kitab Tuhanku… kalam Tuhanku.. dan ia menangis karena takut kepada Allah. Ikrimah memenuhi janjinya kepada Rasulullah Saw. Setiap kali kaum muslimin melakukan perang pasti ia ikut bersama mereka. Tidak pernah ada rombongan yang di utus Rasulullah Saw untuk berperang, kecuali Ikrimah sudah ada di barisan terdepan mereka.[19] Pada perang Yarmuk, Ikrimah melakukan duel dengan Iqbal Al Zhami’di sebuah genangan air yang dingin pada saat hari begitu panas. Pada suatu kesempatan kaum muslimin terjepit. Ikrimah turun dari kudanya dan mematahkan sarung pedangnya. Ia menerobos barisan bangsa Romawi. Khalid bin Walid langsung mengejarnya dan berkata: “Jangan kau lakukan hal ini, ya Ikrimah! Jika engkau tewas maka hal ini akan membuat barisan muslimin menjadi lemah.”

Ia menjawab: “Biarkan aku, ya Khalid! Engkau sudah lama bergaul dan mengenal Rasulullah Saw. Sedang aku dan ayahku, kami adalah orangorang yang dulunya amat memusuhi Beliau. Biarkan aku menebus segala kesalahanku yang terdahulu.” Lalu ia berkata: “Dulu aku sering berperang melawan Rasulullah Saw, apakah hari ini aku mesti berpaling untuk melawan bangsa Romawi?! Ini tidak boleh terjadi!” Lalu ia berseru kepada pasukan muslimin: “Siapa yang bersedia untuk rela mati?”[20] Maka pamannya Al Harits bin Hisyam, Dhirar bin Al Azwar dan 400 orang lagi dari pasukan muslimin yang bersedia melakukannya. Akhirnya mereka semua berperang di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid ra dengan begitu semangatnya dan mereka melindungi Khalid dengan begitu hebatnya.[21]

Peperangan Yarmuk semakin menghebat dan kemenangan berpihak pada pasukan muslimin, dan di tanah Yarmuk kini terdapat 3 orang mujahidin yang menderita luka parah. Ketiganya adalah: Al Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan Ikrimah bin Abu Jahl. Al Harits berteriak meminta minum. Begitu air minum dibawakan kepadanya, ia menoleh ke arah Ikrimah… lalu berkata: “Berikan air ini kepadanya!” Begitu air dibawakan kepada Ikrimah, ia menoleh ke arah Ayyasy dan berkata: “Berikan air ini kepadanya!” Begitu mereka membawakan air kepada Ayyasy, rupanya Ayyasy sudah tewas. Begitu mereka kembali lagi kepada Al Harits dan Ikrimah, rupanya keduanya pun sudah tiada. Semoga Allah Swt meridhai mereka semua dan memberikan kepada mereka minuman dari telaga Al Kautsar yang tidak pernah merasakan haus lagi untuk selamanya dan menganugerahkan mereka dengan lebatnya kebun Firdaus sebagai tempat mereka menetap.[22]

Ikrimah adalah seseorang yang gigih dan pemberani baik sebelum ia masuk islam dan pasca masuk islam. Dalam konteks sebelum masuk islam ikrimah selalu mengawal ayahnya abu jahal ketika berperang. Pasca masuk islam ikrimah pasti berada pada gerda terdepan untuk membela dan memperjuangkan agamanya. Peryataan ini terbukti pada perang Yarmuk beliau maju dan melawan bangsa romawi dengan gagah dan berani mati untuk agamnya. Sehingga dari paparan diatas dapat dipetakan bahwasanya implikasi dari keteladaan Nabi Muhammad Saw sangatlah berpengaruh bagi perjuangan kaum muslimin dalam berperang meskipun jumlah mereka sedikit dan cendrung kalah dengan ratusan rubu perajurit Romawi akan tetapi dalam peperangan berhasil dimenangkan oleh kaum Muslimin.[23]

Kesimpulan

Peroses masuk islamnya ikrimah Bin Abi Jahal adalah diplomatis karna pada saat itu, ikrimah salah satu orang yang membenci Nabi Muhammad SAW dan menentang adanya dan menentang adanya agama Islam. Bahkan pada saat perang badar ikrimah dengan terang-terangan menuntut balas dendam atas kematian ayanya abi jahal akan tetapi seiring berjalannya waktu rasa dendam itu hilang pasca adanya jaminan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Implikasi keteladanan nabi Muhammad bagi ikhrimah bin abi jahal sangatlah berpengaruh signifikan hal ini dapat dilihat pada beberapa pertempuan perperangan yang dilakukan oleh kaum muslimin. Ikrimah berani dan berada pada gerda paling depan pada saat peperangan terjadi sampai ia meninggal dunia.

 

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah ibn Abdul Muhsin at-Turkiy, at-Tafsir al-Muyassar, Mekkah: Rabithah al-‘Alam al-Islamy,

Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Taysir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, Riyadh: Darussalam

Abu al-Fida Ismail bin Umar bin Katsir, Al-Ba’its al-Hatsits (Cet. II; Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.th)

Ahlul Bait Indonesia, Syi’ah Menurut Syi’ah (Cet. II; Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Ahlul Bait Indonesia, 2014 M)

Ahmad Husain Ya’qub, Keadilan Sahabat (Cet. I; Jakarta: alHuda, 1424 H/2003 M)

Ahmad ibn Abdul Halim ibn Taymiyah al-Harrani, Majmu’ Fatâwâ Li Syaikh al-Islam Ibn Taymiyah, Riyadh, Maktabah al-Ubaikan, jilid 4

al-Thabrani, Sulaiman bin Ahmad bin Ayyun abu al-Qadim.Mu’jam al-Kabir, Cet. II; Kairo: Maktabah ibn Taimiyyah, 1415 H/ 1994 M

Amin Abdullah, dkk. Tafsir Baru Studi Islam dalam Era Multi Kultural, (Yogyakarta; IAIN Sunan kalijaga-Kurnia Kalam Semesta, 2002)

Dr. Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasîth, (Kairo: Dar al-Ma’arif, jilid 1)

Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 2000)

Isma’il bin Umar bin Katsir al-Qurasyi, 1999, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Riyadh: Dar ath-Thayyibah, jilid 7

Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir al-Jalalain, Riyadh: al-Maktabah asy-Syamilah,

Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan Penerapannya di Indonesia, ( Jakarta: Teraju, 2002)

Mahmud bin Abdullah al-Husaini al-Alusi, Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim wa as-Sab’u al-Matsani, Riyadh: al-Maktabah asy-Syamilah, jilid 2

Markaz al-Minhaj Lil Isyraf wa at-Tadrib at-Tarbawiy, al-Qur’an Tadabbur wa ‘Amal, Riyadh: Markaz al-Minhaj

Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), Riyadh: al-Maktabah asy-Syamilah, jilid 1,

Muhammad bin Ali asy-Syaukani, Fath al-Qadir: al-Jami’ baina Fannai alRiwayah wa al-Dirayah, Beirut: Dar-al-Fikr, jilid 2

Muhammad bin Ismail al-Bukhari al-Ju’fi, Shahig Bukhari (Cet. I: Dar al-Thuq al-Najat, 1422 H)

Sulaiman bin Ahmad bin Ayyun abu al-Qadim al-Thabrani, Mu’jam al-Kabir, juz VIII (Cet. II; Kairo: Maktabah ibn Taimiyyah, 1415 H/ 1994 M),

W.B. Sidjabat, dalam Mulyanti Sumardi (ed.), Penelitian Agama, (Jakarta: Sinar Harapan, cet. ketiga 2004)

 

[1] Dr. Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasîth, (Kairo: Dar al-Ma’arif, jilid 1), hlm. 434

[2] Ahmad ibn Abdul Halim ibn Taymiyah al-Harrani, Majmu’ Fatâwâ Li Syaikh al-Islam Ibn Taymiyah, Riyadh, Maktabah al-Ubaikan, jilid 4, hlm. 464.

[3] Isma’il bin Umar bin Katsir al-Qurasyi, 1999, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Riyadh: Dar ath-Thayyibah, jilid 7, hlm. 322

[4] Sayyid Quthub, Fi Zhilal al-Qur’an, Dar asy-Syuruq, Riyadh, jilid 6, hlm.487.

[5] Muhammad bin Ismail al-Bukhari al-Ju’fi, Shahig Bukhari (Cet. I: Dar al-Thuq al-Najat, 1422 H), h. 133.

[6] Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Taysir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, Riyadh: Darussalam, hlm. 256

[7] Ahlul Bait Indonesia, Syi’ah Menurut Syi’ah (Cet. II; Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Ahlul Bait Indonesia, 2014 M), h. 142-143.

[8] Markaz al-Minhaj Lil Isyraf wa at-Tadrib at-Tarbawiy, al-Qur’an Tadabbur wa ‘Amal, Riyadh: Markaz al-Minhaj, hlm. 200

[9] W.B. Sidjabat, dalam Mulyanti Sumardi (ed.), Penelitian Agama, (Jakarta: Sinar Harapan, cet. ketiga 2004), 70-74

[10] Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 2000), 25

[11] Amin Abdullah, dkk. Tafsir Baru Studi Islam dalam Era Multi Kultural, (Yogyakarta; IAIN Sunan kalijaga-Kurnia Kalam Semesta, 2002), 72

[12] Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan Penerapannya di Indonesia, ( Jakarta: Teraju, 2002), 21

[13] Sulaiman bin Ahmad bin Ayyun abu al-Qadim al-Thabrani, Mu’jam al-Kabir, juz VIII (Cet. II; Kairo: Maktabah ibn Taimiyyah, 1415 H/ 1994 M), h. 219.

[14] Abdullah ibn Abdul Muhsin at-Turkiy, at-Tafsir al-Muyassar, Mekkah: Rabithah al-‘Alam al-Islamy, hlm. 203

[15] Markaz al-Minhaj, al-Qur’an Tadabbur wa ‘Amal, hlm. 233

[16] Mahmud bin Abdullah al-Husaini al-Alusi, Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim wa as-Sab’u al-Matsani, Riyadh: al-Maktabah asy-Syamilah, jilid 2, hlm. 186.

[17] Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir al-Jalalain, Riyadh: al-Maktabah asy-Syamilah, hlm. 177

[18] Muhammad bin Ali asy-Syaukani, Fath al-Qadir: al-Jami’ baina Fannai alRiwayah wa al-Dirayah, Beirut: Dar-al-Fikr, jilid 2, hlm. 204

[19] Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), Riyadh: al-Maktabah asy-Syamilah, jilid 1, hlm.60.

[20] Ahmad Husain Ya’qub, Keadilan Sahabat (Cet. I; Jakarta: alHuda, 1424 H/2003 M), 70-71

[21] Abu al-Fida Ismail bin Umar bin Katsir, Al-Ba’its al-Hatsits (Cet. II; Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.th), h. 81

[22] Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), Riyadh: al-Maktabah asy-Syamilah, jilid 1, hlm.60.

[23] Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Quran, 34


0 Comments

Leave a Reply