Islam dan Pembangunan
Oleh: KH. Muhammad Baidlowi Mushlich.
Peristiwa-peristiwa yang tejadi dalam sejarah sering memberikan pelajaran yang sa-ngat berharga buat kita semua. Suatu contoh yaitu peristiwa yang dulu pernah menimpa kera-jaan Sabaiyah pada tahun 120 sebelum masehi. Peristiwa ini dimuat dalam Al-Qur’an surat Saba’ ayat 15 s/d 17
Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Ne-gerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun” {15}. Tetapi mereka berpa-ling, Maka Kami datangkan kepada mere-ka banjir yang besar [banjir besar yang disebabkan runtuhnya bendu-ngan Ma’rib] dan Kami ganti kedua kebun mereka de-ngan dua kebun yang di-tumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr [Pohon Atsl ialah sejenis pohon cemara pohon Sidr ialah sejenis pohon bidara] {16}. Demi-kianlah Kami memberi Balasan kepada mereka karena ke-kafiran mereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demi-kian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir{17}
Kerajaan Sabaiyah terletak di daerah Yaman yang sekarang, didirikan oleh rajanya yang pertama bernama Saba’, dengan Ibu Kota nya bernama Ma’rib. Raja Saba’ dengan duku-ngan rakyatnya yang besar, giat membangun seluruh wilayah kerajaan. Suatu proyek raksasa yang termasyhur berhasil dibangun, yaitu pro-yek bendungan air yang bernama “Saddu Ma’rib”. Bendungan ini dapat menampung air hujan dimusim panas yang turun 3 bulan dalam setiap tahun. Air dari waduk Saddu Ma’rib ini kemudian dialirkan kebawah melalui kamal-kamal untuk mengairi daerah pertanian seluruh wilayah negeri Sabaiyah.
Keberhasilan proyek Saddu Ma’rib ini membawa negeri Sabaiyah ke tingkat kemak-muran yang sangat tinggi. Demikian makmur-nya, sehingga sempat pula mereka membangun dua buah taman bergantung yang indah jelita, yang merupakan karya besar yang sangat me-nakjubkan seperti Piramida di Mesir, Menara Eifel di Perancis, dsb. Kemak-muran negeri Sabaiyah ini digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai suatu:
Arab (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur)
“Negeri yang makmur mendapat rohmat dari Allah Yang Maha Pengampun”
Tetapi sayang, kemakmuran negeri Sabaiyah ini tidak berlangsung lama, ternyata kemakmuran yang mereka peroleh itu tidak membawa syukur mereka kepada Tuhan yang memberi Rohmat, tetapi malah sebaliknya Akhirnya Allah menghancurkan negeri Sabaiyah. Bendungan raksasa Saddu Ma’rib runtuh dan banjir bandang yang ditimbulkannya menenggelamkan seluruh wilayah negeri Sabaiyah. Kerajaan Sabaiyah porak poranda, sama-rata dengan tanah, dan hancur untuk selama-lamanya. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an:
Artinya: Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar [banjir besar yang disebabkan runtuhnya bendungan Ma’rib] dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr [Pohon Atsl ialah sejenis pohon cemara pohon Sidr ialah sejenis pohon bidara] {16}. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. dan Kami tidak menja-tuhkan azab (yang demikian itu), melain-kan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir{17}.
Sayang sekali, pembangunan yang di-gerakkan di negeri Sabaiyah tersebut, hanya me-nyangkut segi pembangunan fisik-materil, se-perti: bendungan raksasa, taman bergantung, penghijauan, dan pembangunan sektor pertani-an. Sedangkan pembangunan dalam bidang mental-spiritual (agama) diabaikan. Tentu saja pembangunan yang demikian itu hanya dapat menghasilkan kemegahan materi yang menjadi kebutuhan lahiriah manusia, sedang jiwa manu-sia itu sendiri kerdil dan gersang. Akhirnya faktor pembangunan manu sia yang diabaikan itulah yang menjadi sebab hancurnya semua hasil pembangunan yang telah dikejar dengan susah payah.
Dari peristiwa sejarah ini kita harus bisa mengambil suatu pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Itulah se-babnya peristiwa tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an, maksudnya adalah menjadi peringa-tan agar hal serupa tidak terulang kembali.
Namun sayangnya seringkali ummat manusia dimana-mana banyak yang melupakan sejarah, sehingga nampak sekali berbagai keja-dian alam, musibah, dan bencana yang melanda di berbagai kawasan dan belahan dunia ini ada-lah merupakan peringatan Tuhan. Maka, selaku ummat terbaik yaitu ummatnya Nabi Muhammad SAW, tidak henti-henti dan tidak boleh berhenti melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar (menyeru dan mengajak kepada yang baik serta mencegah perbuatan mungkar). Begitulah perintah Allah SWT:
Artinya: Kamu adalah umat yang terba-ik yang dilahirkan untuk manusia, me-nyuruh kepada yang ma’ruf, dan mence-gah dari yang munkar, dan beriman ke-pada Allah. Sekiranya ahli kitab ber-iman, tentulah itu lebih baik bagi mere-ka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mere-ka adalah orang-orang yang fasik.
Pada saat sekarang ini, mungkin zaman hampir berakhir,begitu berat tantangan yang kita hadapi, sebab semakin banyaknya ummat manu-sia yang lupa kepada Allah SWT. Semakin ba-nyak orang yang tidak iman lagi kepada akhirat, semakin banyak orang yang tidak takut siksa neraka, sehingga apa yang mereka lakukan?
Mereka tidak lagi mengindahkan perin-tah Allah, tidak mengaji, sholat, puasa, beramal, walhasil semua kebaikan mereka tinggalkan. Sebaliknya, mereka banyak yang nekat melang-gar larangan-larangan Allah, mencuri, judi, mi-num minuman keras, dan lain-lain. Semua itu telah menjadi peristiwa harian yang tidak aneh lagi di dengar diteli-nga, hasil penelitian tera-khir menunjukkan bahwa di Indonesia sekarang ini ada sekitar 4 juta orang menjadi pecandu narkoba, ironis-nya sebagian diantaranya adalah para pemuda dan mahasiswa. Setiap harinya ter-hitung ada 4 orang yang meninggal dunia sebab mabuk karena narkoba. Belum lagi yang terus mene-rus berbuat maksiat dan para pendukung-nya: pornografi dan pornoaksi yang mudah un-tuk diakses dan membuka lebar-lebar auratnya tanpa rasa malu bagaikan hewan, dansa-dansa ala barat yang kafir jauh dari nilai moral keaga-maan. Ironisnya, terkadang ada yang berpakaian islami, pakai sorban dan ada pula yang berjilbab Pada akhirnya kita menjadi heran, apakah benar mereka itu muslim dan muslimat? Ataukah orang-orang kafir yang pura-pura menjadi mus-lim atau muslimat? Bagaikan “musang berbulu ayam”.
Oleh karenanya, marilah kita waspada terhadap munafiqin yang dikuasai oleh setan-setan. Kita selamatkan diri kita dan keluarga kita ma-sing-masing dari siksa api neraka. Begitulah se-ruan Allah SWT dalam kitab sucinya Al-Qur’an:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak men-durhakai Allah terhadap apa yang dipe-rintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Demikianlah, semoga kita dan keluarga kita masing-masing selamat. Amin-amin Yaa Robbal Alamin.
0 Comments