MATI

Published by Buletin Al Anwar on

Kematian adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, kemudian ruh berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal ditutup, pintu taubat dan pemberian masa pun terputus. Pada dasarnya mati bukanlah menjadikan ketiadaan semata-mata atau kehancuran total dan kehilangan sepenuhnya, tetapi masih berkelanjutan, yaitu kehidupan akhirat.

Kematian merupakan peristiwa besar, kejadian yang dahsyat, dan perkara yang hebat. Sebab yang namanya makhluk hidup pasti akan mengalami mati. dan mati bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi merupakan jembatan untuk ke alam yang kekal abadi. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT, dalam surat Ali-Imran ayat 185 : “Tiiap-tiap jiwa merasakan kematian, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.

Maksudnya apabila pada masa hidupnya ia senantiasa memeperbanyak amal kebaikan atau mengerjakan amal-amal yang diridhoi oleh Allah, maka di hari akhir kelak ia akan mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan yang kekal abadi yaitu surga. Dan sebaliknya apabila ia senantiasa mengerjakan amal-amal yang dilaknat dan dimurkai oleh Allah, maka di hari akhir kelak ia akan mendapatkan penderitaan dan kesengsaraan yang kekal abadi pula, yaitu neraka.

Dalam mencabut nyawa hambahnya, Allah tidak membedakan orang kaya atau orang yang miskin, cantik atau jelek, bagus atau cacat, pintar atau bodoh dan sebagainya, apabila telah tiba waktunya, maka ajal akan menjemputnya.

Ingat mati termasuk salah satu akhlak terpuji dan perilaku luhur lagi mulia. Bagaimana tidak, mengingat kematian bukan sekadar ingat dan tidak lupa, namun lebih dari itu mengingat kematian berarti mempersiapkan bekal sebelum ajal datang. Banyak orang yang menganggap mati itu adalah hal yang sangat mengerikan dan menakutkan. Tapi tanpa disaari dibalik semua itu suatu keistimewaan yang sangat besar faedahnya.

Seseorang yang senantiasa memperbanyak persiapan untuk menyongsong datangnya kematian, maka dialah termasuk orang yang cerdas atau pandai. Sedangkan orang yang senantiasa dilengahkan oleh kesenangan-kesenangan dan kelalaian-kelalaian, sehingga tidak dapat untuk mengingat dan memikirkan saat datangnya kematian, ia termasuk orang yang sangat rugi. Sekalipun ia ingat, pasti tidak didasari dengan hati yang lapang dan ikhlas, namun dengan perasaan yang senantiasa dibarengi dengan hawa nafsu kesenangan dan kelezatan dunia.

Rasulullah SAW bersabda: “secerdik-cerdik manusia adalah yang terbanyak ingatnya kepada kematian serta terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang yang benar-benar cerdik dan mereka akan pergi ka alam yang kekal abadi dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat”. (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Abid Dunya).

Oleh karena itu, maka senantiasalah ingat akan datangnya kematian. Rasulullah SAW bersabda : “perbanyaklah mengingat mati, niscaya akan meremehkan kelezatan-kelezatan”.

Sebagian ulama’ berkata : barangsisapa yang banyak mengingat mati, maka ia akan mengutamakan tiga perkara, yaitu :

  • Segera bertaubat
  • Berhati tenang
  • Rajin beribadah.

Akan tetapi barang siapa yang melupaka mati, maka ia akan menderita dan sengsara dengan tiga perkara, yaitu :

  • Menunda-nunda taubat
  • Tidak rela hidup sederhana
  • Malas beribadah.

Ada banyak cara dan kiat untuk membuat kita selalu ingat mati. Beberapa di antaranya:

Pertama, berusaha sekuat tenaga untuk mengingat kematian yang menimpa orang lain, entah itu saudara, keluarga, atau siapa saja di antara manusia yang telah mendahului kita. Misalnya, saat kita berjalan kemudian berpapasan dengan rombongan yang memanggul keranda jenazah, di saat itulah kita berusaha mengingat kematian.

Atau saat tetangga kanan-kiri kita ada yang meninggal, kita juga berusaha mengingat kematian dengan mengatakan dalam diri kita, “Hari ini tetanggaku telah meninggal, mungkin esok, lusa, atau beberapa hari lagi aku yang akan dipanggil oleh Allah SWT.”

Hal demikian jika kita lakukan dengan sungguh-sungguh, akan membuat kita terhindar dari pembicaraan yang tidak berguna kala bertakziah kepada keluaraga yang ditinggal mati seperti yang sering kita perhatikan atau bahkan kita sendiri melakukannya.

Padahal Rasul pernah menegur beberapa orang yang berbicara tanpa guna. Beliau mengatakan, “Andaikata kalian banyak mengingat ‘pemotong kenikmatan’ niscaya kalian tidak banyak berbicara seperti ini, perbanyaklah mengingat ‘pemotong kenikmatan’. (HR. Turmudzi (2648)

Kedua, setelah kita mengingat kematian itu sendiri, cobalah kita membayangkan bagaimana sepi dan sunyinya alam kubur itu, tidak ada yang menemani di hari-hari yang dilalui. Suami atau istri yang paling cinta sekalipun tidak ada yang sanggup menemani jika kita telah wafat, terkubur dalam tumpukan debu dan tanah.

Diceritakan dari Abu Bakar Al-Isma`ili dengan sanadnya dari Usman bin Affan, bahwa apabila mendengar cerita neraka, ia tidak menangis. Bila mendengar cerita kiamat, ia tidak menangis. Namun, apabila mendengar cerita kubur, ia menangis.

“Mengapa demikian, wahai Amirul Mukminin,” tanya seseorang kepada beliau. Usman menjawab, “Apabila aku berada di neraka, aku tinggal bersama orang lain, pada hari kiamat aku bersama orang lain, namun bila aku berada di kubur, aku hanya seorang diri.”

Kesendirian dan sepi senyapnya alam kubur dapat berubah menjadi kebahagiaan atau kesengsaraan, tergantung amal kita selama hidup di dunia. Kuburan dapat menjadi lumbung kebahagiaan atau menjadi sumber siksa dan sengsara. “Kubur itu bisa merupakan salah satu kebun surga atau salah satu parit neraka,” (HR. Turmudzi (2460)

Ketiga, termasuk hal sangat dianjurkan dalam upaya kita mengingat mati adalah berziarah ke kubur. Ziarah kubur merupakan perkara yang disunnahkan oleh rasul.

Lewat kegiatan ziarah, kita mengambil pelajaran dan hikmah tentang keadaan alam kubur, dan apa yang terjadi di dalamnya, serta kehidupan yang akan dilewati usai dari alam kubur nantinya. Dalam sebuah hadits, nabi berpesan, “Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, namun sekarang berziaralah sebab ia dapat mengingatkan akan kehidupan akhirat dan menjauhi kemewahan dunia.” (HR. Muslim (977)

Saat ini, musibah terjadi di mana-mana setiap saat. Sementara di sisi lain, banyak manusia tidak sadar bahwa detak jantung, denyut nadi mereka bisa saja berhenti berdetak sewaktu-waktu. Entah karena tabrakan, karena kecelakaan, karena banjir, tsunami atau bahkanya saat mereka sedang bersendau gurau dengan sanak keluarga. Sesungguhnya kematian merupakan langkah yang sudah pasti, kita hanyalah menunggu gilirannya. Dan ketika nyawa telah dicabut, bahkan ketika kita sedang bergembira sekalipun, apa yang telah kita siapkan untuk menghadap Nya?

Di antara faedah mengingat kematian adalah:

  • Mendorong diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya.
  • Memendekkan angan-angan untuk lama tinggal di dunia yang fana ini, kerana panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian.
  • Menjauhkan diri dari cinta dunia dan ridha dengan yang sedikit,
  • Menguatkan keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta’at.
  • Meringankan seorang hamba dalam menghadapi ujian dunia.
  • Mencegah kerakusan dan ketamakan terhadap nikmat duniawi.
  • Mendorong untuk bertaubat dan muhasabah kesalahan masa lalu.
  • Melembutkan hati, membuat mata menangis, memberi semangat untuk mendalami agama dan menghapuskan keinginan hawa nafsu.
  • Mengajak bersikap rendah hati (tawadhu’), tidak sombong, dan berlaku zalim.
  • Mendorong sikap toleransi, mema’afkan teman dan menerima kesalahan dan kelemahan orang lain.

Semua makhluk hidup di dunia ini pasti akan merasakan yang namanya mati, jadi perbanyak lah bekal untuk mengahadapi kematian tersebut. Ibarat orang yang akan melakukan perjalan jauh, pasti ia akan mempersiapkan bekal yang banyak agar di perjalanan tidak kekurangan bekal dan selamat. Dan kematian itu tidak harus menunggu tua atau sakit, banyak orang yang masih muda dan sehat tiba-tiba meninggal secara mendadak, bahkan ada yang meninggal pada waktu masih bayi, jadi persiapkanlah bekal mati sebaik-baiknya dan sekuat tenaga.

Penulis: M. Zogy Mardiansyah


0 Comments

Leave a Reply