Sistem Pendidikan Majelis: Sistem Pendidikan Asli Dalam Islam

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Mohammad Sofi Anwar

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْر

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan”

Qoola syaikhul musonnifu rohimakumullah wanafa’ana bihi wa bi ‘uluumihi fiddaaroini aamiin…

Kira-kira kalimat inilah yang diucapkan ustaz/guru di pondok pesantren ketika mengawali kegiatan belajar mengajar. Adapun ketika mengakhiri beliau mengucapkan,

Allahul kaafi,

Seketika santri- santri yang tidur terbangun, yang semula ngantuk menjadi segar kembali, yang semula nglentruk tiba-tiba semangat, bahkan yang semula sudah sampai di “luar negeri” seketika kembali ke pondok pesantren. Inilah sekelumit kisah ketika kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren. Adapun bagaimana guru memulai dan mengakhiri pembelajaran merupakan salah satu kebiasaan yang diwariskan para ‘ulama’ terdahulu secara turun temurun dan mungkin sudah menjadi bagian terkecil dari sistem pendidikan pesantren. Tujuannya tidak lain adalah mendapat barokah dari pengarang kitab.

Berbicara tentang sistem pendidikan, kita tidak bisa lepas dari yang namanya kurikulum. Kurikulum merupakan bagian terpenting dari suatu lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal. Menurut Prof. Dr. S. Nasution dalam bukunya berjudul “Kurikulum dan Pengajaran” menyatakan bahwa kurikulum adalah serangkaian penyusunan rencana untuk melancarkan proses belajar mengajar. Adapun rencana yang disusun berada di bawah tanggung jawab lembaga pendidikan dan para pengajar. Sesuai dengan pengertian kurikulum, kurikulum adalah sesuatu yang terencana, maka dalam dunia pendidikan semua kegiatan harus diatur sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Jika kita flashback, kurikulum di Indonesia telah mengalami perubahan dari masa ke masa. Mulai dari Rentjana Pelajaran 1947-1952, Rentjana Pendidikan 1964, dan Kurikulum 1968-1994. Kemudian pada era 2000 an berlaku kurikulum 2004 yang dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Komptensi), tahun 2006 terbit lagi kurikulum baru yang lebih dikenal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), kemudian pada tahun 2013 pemerintah meluncurkan kurikulum baru yang lebih menekankan pendidikan karakter dan dikenal dengan kurikulum 2013 (K-13). Dan yang paling baru kita mengenal kurikulum merdeka belajar, yakni suatu kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat.

Sebagai bagian terpenting dari lembaga pendidikan, kurikulum terdiri atas 5 komponen yakni tujuan, materi, strategi dan metode, serta evaluasi pembelajaran. Dari 5 komponen ini, metode dan strategi adalah komponen yang berhubungan langsung dengan kegiatan pembelajaran. Metode dan strategi pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menerapkan kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan. Kedua istilah ini memiliki pengertian yang hampir sama. Adapun perbedaannya adalah strategi masih bersifat konseptual, sedangkan metode bersifat praktis. Metode dan strategi merupakan wujud dari sistem pendidikan yang berlaku di suatu lembaga pendidikan.

Jika kita membaca di buku-buku yang membahas metode pembelajaran, akan kita temukan berbagai metode pembelajaran mulai dari yang paling kuno hingga paling modern dan kekinian. Di antaranya metode pembelajaran ceramah, tanya jawab, demonstrasi, eksperimen, karya wisata, pemecahan masalah (problem based learning), discovery learning, Inquiry, Mind Mapping, bermain peran (Role Playing), dan masih banyak lainnya. Bahkan saat ini di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi kita temukan metode pembelajaran yang melibatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Seperti yang baru saja kita saksikan bahkan kita alami yaitu pembelajaran jarak jauh melalui aplikasi zoom meeting, google meet, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak strategi dan metode pembelajaran yang berkembang, ada satu metode dan strategi pembelajaran yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu sistem pendidikan majelis.

Menurut KH. Maimun Zubair dari Pondok Pesantren Sarang Rembang, bahwa sistem pendidikan majelis adalah sistem pendidikan asli dalam Islam. Sistem pendidikan ini sudah diterapkan Rasululah dalam menyampaikan ajaran Islam. Sistem pendidikan majelis terpusat pada guru sebagai pengajar (dalam hal ini Rasululah SAW), sedangkan yang lain (para sahabat) mendengar ajaran Islam yang disampaikan Rasululah. Meskipun terkesan kuno, tapi terbukti bahwa sistem pendidikan majelis berhasil melahirkan generasi sahabat yang disebut-sebut sebagai generasi terbaik sepanjang masa. Kemudian pada masa generasi setelah sahabat seperti abi’in, tabi’it tabi’in, dan para ‘ulama’ setelah mereka, sistem pendidikan majelis melahirkan banyak ‘ulama’ besar seperti Imam Ghazali dengan karyanya Ihya’ Ulumuddin, Ibnu Hajar Al Asqolani dengan Bulughul maram, Imam Nawawi dengan Riyadhus Sholihin, Imam Syafi’i dengan Al Risalah dan Al Umm,  hingga ‘ulama’ nusantara seperti Syeh Nawawi Al Bantani dengan nashoihul ‘ibad dan Syeh Irfan Jampes dengan Sirajut Thalibin.

Sistem pendidikan majelis adalah salah satu sistem pendidikan yang diabadikan dalam Al Qur’an, yaitu pada surat Al Mujadilah ayat 11 sebagai berikut:

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Jika dikaji lebih dalam, asbabun nuzul ayat di atas berkaitan ketika Nabi Muhammad sedang mengajar dan menyampaikan ajaran Islam. Ketika itu para sahabat muhajirin dan anshar saling berebut tempat. Belum lagi ketika tentara perang badar datang dan mengucapkan salam untuk mengikuti majelis Rasululah. Rasul meminta para sahabat lain berdiri untuk menghormati mereka. Kemudian para sahabat berdiri tapi dari raut wajahnya nampak kurang berkenan dan merasa tersinggung. Dari peristiwa inilah turun surat al mujadilah ayat 11 yang mengisyaratkan kepada kaum mukminin untuk menaati perintah Rasululah dan memberi kesempatan duduk (melapangkan) kepada sesama kaum mukmin. Allah akan memberi kelapangan kepada mereka yang memberi kelapangan. Dalam tafsir al showi karya Ahmad Al Maliki Al Showi dijelaskan bahwa kata “kelapangan” yang diberikan Allah dalam ayat tersebut adalah kelapangan di surga kelak. Kata kelapangan juga bermakna kelapangan di dunia berupa kelapangan rezeki, umur, kuburnya, bahkan ilmunya.

Keunikan dari sistem majelis ini adalah dapat diikuti semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan lansia. Hal ini pernah terjadi pada zaman Rasululah saw. Ketika itu Rasululah saw sedang menyampaikan ajaran Islam dalam suatu majelis. Di majelis rasul tersebut hadir seorang sahabat yang masih kecil, yaitu Abdullah bin Abbas. Pada kesempatan itu rasululah menerangkan tentang kalimat thoyyibah, bahwa perumpamaan kalimat thoyyibah khususnya laailaaha illallah seperti pohon yang indah. Kemudian Rasululah bertanya kepada para sahabat, “Pohon apa yang paling indah di dunia ?”. Para sahabat tidak ada yang menjawab, mereka hanya mengatakan wallahu a’lam. Tetapi Abdullah bin Abbas yang masih anak-anak menjawab dalam hatinya, “Kalau menurut saya, pohon yang paling indah di dunia adalah pohon kurma”. Kurang lebih begitulah penjelasan KH. Baidowi Muslih, pengasuh Pondok Pesantren Anwarul Huda pada acara Halal Bi Halal MUI Kota Malang yang digelar beberapa waktu lalu.

Apa yang dikatakan Abdullah bin Abbas dalam hati tersebut dibenarkan Rasululah dan Rasululah mengetahui akan hal itu. Bahwa pohon yang paling indah adalah pohon kurma. Pohon kurma memiliki akar yang menancap di bumi, batang dan rantingnya menjulang ke atas, dan daun-daunnya tidak ada yang gugur. Begitu pun pohon kurma menghasilkan buah di setiap musim dan berbagai macam jenisnya seperti kurma Al Majalli dari Palestina, kurma Medjol dari Maroko, kurma Khudri dari Arab Saudi, kurma Zahidi dari Irak, kurma Halawi dari Mesopotamia, kurma Mazafati dari Iran, hingga kurma yang paling dikenal di Indonesia yaitu Ajwa. Dalam beberapa referensi dan literatur sejarah Islam, bahwa kurma Ajwa adalah bagian dari thibbun nabawi atau pengobatan ala nabi. Jika dikaji dalam dunia kesehatan (situs sehatq.com), kurma Ajwa memiliki kandungan 120 kalori, 70% gula, 30% asam floric, 4 gram protein, 40 mg kalsium, 2,2 mg zat besi, magnesium, fosfor, kalium, dan berbagai vitamin lainnya. Sehingga tak ayal jika mengonsumsi kurma Ajwa baik untuk kesehatan tubuh.

Salah satu lembaga pendidikan yang masih setia mempertahankan sistem majelis adalah pondok pesantren, seperti pondok pesantren yang ada di Indonesia yang merupakan peninggalan wali songo. Pondok Pesantren di Indonesia sebagai salah satu pusat penyebaran dan pengajaran agama Islam kepada para santri melalui sistem majelis. Saking uniknya sistem majelis yang diterapkan pondok pesantren di Indonesia, mampu menarik perhatian Sayyid Muhammad Alwi Al Maliki. Bahkan beliau mendirikan pondok pesantren di Mekah dengan meniru pondok pesantren yang ada di Indonesia.

Kurikulum bisa saja terus berkembang dari masa ke masa, begitu pun strategi dan metode pembelajaran yang diterapkan saat ini. Akan muncul inovasi strategi dan metode pembelajaran baru yang mewarnai kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal. Dari sekian banyak inovasi yang terus berkembang, ada metode pembelajaran yang tidak boleh dilupakan. Yaitu metode pembelajaran dengan menerapkan sistem majelis. Bahkan seyogyanya lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi tidak meninggalkan sistem pendidikan majelis ini di samping mengembangkan sistem pendidikan sesuai situasi dan kondisi peserta didik, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta teknologi informasi dan komunikasi yang terus mengalami perkembangan.

Wallahu a’lam bisshowaab…..

Wassalamu’alaikum


0 Comments

Leave a Reply