Syiar Islam dan Media Digital

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Denny Setia Wisnugraha

Islam merupakan agama yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril atas perintah Allah SWT. Nabi Muhammad merupakan utusan Allah bagi seluruh alam, baik itu manusia ataupun makhluk Allah lainnya (rahmatan lil ‘alamin). Jadi, Islam merupakan ajaran untuk seluruh alam. Ada satu riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Muhammaf SAW pernah mengajarkan Islam kepada bangsa Jin, dinyatakan dalam riwayat Ahmad, Muslim, Turmudzi dan yang lainnya bahwa Alqamah bertanya kepada sahabat Ibnu Masud: “Apakah ada diantara kalian yang ikut bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada malam beliau bertemu jin?”

Sahabat Ibnu Masud menjawab: “Tidak, hanya saja, pada suatu malam, sebelumnya kami bersama Rasulullah. Tiba-tiba kami kehilangan beliau, dan kamipun mencari beliau di lembah dan semak-semak. Hingga kami mengatakan, Beliau dibawa pergi oleh jin. Malam itu, kami menjalani malam paling buruk. Di pagi harinya, tiba-tiba beliau datang dari arah Hira. Kamipun segera menyambut beliau, Ya Rasulullah, kami kehilangan anda dan kami berusaha mencari anda, namun kami tidak berhasil menemukan anda. Sehingga kami merasa sangat sedih di malam itu.”

Nabi Muhammad SAW menjawab: “Ada seorang dari kalangan jin yang mendatangiku, akupun pergi bersamanya dan aku bacakan ayat alquran kepada mereka.”

Ibnu Masud melanjutkan ceritanya: Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam pergi bersama kami. Kamipun melihat bekas mereka dan bekas api mereka. Dan mereka meminta bekal hidup. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Pada setiap tulang hewan yang disembelih secara syari, akan berisi penuh daging di tangan kalian. Dan setiap kotoran hewan ternak, menjadi makanan binatang kalian (jin).”

Kemudian Nabi Muhammad SAW mengingatkan: “Janganlah kalian melakukan istinja dengan tulang dan kotoran, karena itu makanan saudara kalian (dari jin).” (HR. Ahmad 4149, Muslim 450, Turmudzi 3258, dan yang lainnya)

  • Syiar zaman dahulu

Pada mulanya syiar Islam dilakukan oleh Rasulullah secara sembunyi-sembunyi kepada keluarga dan sahabat-sahabat Rasulullah. Hingga turun Qs. Al Hijr ayat 94 yang artinya:

“Maka sampaikanlah olehmu (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”

Yang mengisyaratkan perintah Allah untuk mensyiarkan Islam secara terang-terangan. Sejak saat itu Islam berkembang dan meluas hingga ke luar daerah Makkah. Nabi Muhammad SAW pernah mensyiarkan islam kepada Kisra seorang Raja Persia melalui surat, isi surat beliau seperti berikut:

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Dari Muhammad utusan Allah kepada Kisra penguasa Persia. Salam sejahtera bagi orang yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan utusanNya, dan bersaksi tiada ilah selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Aku ajak kamu dengan seruan Allah, karena sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada seluruh manusia, untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir. Masuk Islamlah, niscaya kamu selamat. Jika kamu enggan, kamu akan memikul dosa orang Masjusi.”

Menurut satu pendapat Islam pertama kali masuk Indonesia tahun 13 M melalui jalur perdagangan. Para saudagar dari Gujarat (India)  selain menjual dagangan juga mensyiarkan Islam kepada masyarakat Indonesia hingga muncul satu kerajaan Islam pertama yaitu kerajaan Perlak atau Kesultanan Peureulak yang terletak di Peureulak, Aceh Timur pada 840-1292 Masehi.

Di pulau Jawa, agama Islam juga disyiarkan oleh para Wali Songo dengan penyesuaian melalui kultur budaya sehingga ajaran Islam mudah diterima oleh masyarakat Jawa. Sunan Kali Jogo terkenal mensyiarkan Islam melalui media Gamelan, Tembang Jawa dan Wayang yang memang pada saat itu disukai oleh masyarakat setempat dan terbukti efektif untuk menyebarkan agama Islam.

  •  Syiar zaman sekarang

Di era modern, dakwah dihadapkan pada permasalahan sosial yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan dan pola hidup modern. Maraknya media sebagai sarana komunikasi massa dan alat pembentuk opini publik di era informasi sekarang ini dapat kita gunakan untuk mensyiarkan Islam atau dakwah. Kemajuan teknologi diharapkan tidak mengakibatkan masyarakat terpecah bela. Teknologi informasi juga mendorong kelompok garis keras untuk memperluas jaringan untuk memobilisasi individu-individu melakukan kejahatan baik online maupun offline. 

Satu dari beberapa keberhasilan dakwah adalah adanya media yang mampu untuk kelangsungan berdakwah dan media tersebut akan mempermudah dakwah agar bisa sampai kepada masyarakat. Namun masyarakat juga harus berhati-hati dan bisa menyaring informasi yang masuk dari akibat mudahnya mendapat atau mengakses informasi ataupun syiar Islam. 

Banyak golongan misionaris yang bergerak di dalamnya mengajarkan orang-orang kepada sesuatu yang dilarang syariat Islam atau penyelewengan syariat Islam dari ahlus sunnah wal jama’ah. Banyak juga orang yang ilmu agamanya masih kurang tapi sudah berani memberi fatwa atau hukum sendiri dan se-enaknya, bahkan menghina dan mengkafirkan orang lain. Maka untuk berhati-hati bisa melihat siapa yang menyampaikan dakwah itu, bagaimana keilmuan agamanya dan dari mana ilmu agamanya diperoleh.

  •  Media syiar melalui digital

Generasi millenial yang bergantung pada teknologi dan masif menggunakan laptop, iPad, smartphone, TV dan lain sebagainya, tiap harinya menjadikan media sosial sebagai bagian sangat penting dalam koneksi sosial. 

Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya dalam sehari bersama perangkat teknologi digital dan beragam aplikasi daripada dengan teman atau anggota keluarga. Inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa komunitas atau grub keagamaan untuk mensyiarkan Islam melalui media sosial, seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, Instagram, Telegram, Youtube dan media online lainnya. Dengan memanfaat media digital ini membuat syiar Islam menjadi lebih mudah dan meluas hingga ke penjuru dunia. 

  •  Cara syiar dalam digital

K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau akrab dipanggil Gus Mus, dakwah itu diibaratkan dengan kondektur bus. Bagaimana kondektur bus itu? mereka mempromosikan yang bagus, jika sebaliknya berarti sudah bertentangan dengan semangat dakwah Rasulullah SAW.

Jika dahulu dakwah Islam dilakukan secara sederhana dengan mendatangi rumah ke rumah untuk memberikan materi pendidikan Islam, saat ini aktivitas dakwah dilakukan dengan beragam metode, strategi, dan media. Dengan kemajuan dan kecanggihan alat-alat serta media komunikasi yang ada, sekarang konten dakwah generasi milenial akan menjadi lebih menarik tetapi juga berpedoman harus sesuai dengan ahlus sunnah wal jama’ah.

Media hiburan yang mengandung unsur keagamaan, seperti sinetron Islami, film islami, musik islami, dan novel islami mengakibatkan penyampaian pesan dan dakwah berkembang dengan pesat dan dinamis. Misalnya kemunculan grub musik Bimbo pada tahun 1980-an, booming-nya film Ayat-Ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, 99 Cahaya di Langit Eropa. Selain itu, beberapa kiai atau dai yang sangat melek teknologi seperti K.H. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menjadi salah satu yang digandrungi saat ini. Karena konten yang dibagikan selalu dikemas dengan ringan.

Dalam syiar Islam metode penyampaian materi dengan memasuki psikologi seseorang juga diperlukan. Misalnya mereduksi kata-kata dari sebuah film yang sedang viral. Konten dakwah generasi milenial juga harus banyak unsur virtualnya. Misalnya, quote, meme, komik skrip, infografis, dan video seiring dengan tren vlog. Kini media sosial digunakan oleh sebagian besar pengguna muda untuk menonton video dibandingkan untuk bersosialisasi. Dengan begitu, peluang bagi portal media Islam harus menyajikan dakwah dalam bentuk yang menarik. 

  • Hukum syiar dan kesimpulan

Dakwah atau syi’ar Islam dijelaskan pada Qs. Ali Imron ayat 104 yang artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” 

Ada juga hadis Nabi Muhammad SAW. yang artinya: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) . Inilah yang membuat kegiatan dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam, terlepas bagaimana cara dia memilih metode dan media yang digunakannya dalam berdakwah beserta tantangan dan peluangnya. Oleh karena itu aktivitas dakwah atau syiar Islam memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang dilakukan semaksimal sebisanya. Sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Berbicaralah kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka.” (HR. Muslim).


0 Comments

Leave a Reply