PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MENURUT ISLAM
Oleh: Fatihani Istighfarin
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
E-mail: [email protected]
“Dan tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada Allah” QS. Adz-Dzariat [56]
Islam adalah agama yang indah, karena segala aspek kehidupan telah dijelaskan dalam ajarannya. Di antara ajaran tersebut yakni perintah untuk menuntut ilmu, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis “Menuntut ilmu adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim”. Sedangkan, lingkungan pertama yang dikenal oleh seorang bayi adalah keluarganya. Anak merupakan suatu anugerah Allah yang diberikan kepada hambanya. Maka untuk mensyukuri nikmat tersebut, orang tua wajib mendidik anaknya sehingga mampu memperoleh kebahagiaan hidup didunia maupun di akhirat. Anak yang dididik ilmu agama dengan baik, maka manfaat tersebut tidak hanya kembali pada anak saja, melainkan juga bagi orang tua itu sendiri. Dalam hadis disebutkan “Jika seseorang meninggal dunia, maka (pahala) amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mau mendoakannya). Hadits diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad.
Pendidikan adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan yakni untuk berinteraksi dengan Sang Khaliq maupun makhluk (segala ciptaan Allah) meliputi manusia, hewan, tumbuhan maupun lingkungan alam sekitar. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah yang mengatakan bahwa tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Imam al- Zarnuji seorang ahli fiqih madzhab Hanafi yang mengarang kitab T’alim al-Mutaalim menjelaskan bahwa menuntut ilmu merupakan suatu kegiatan mempelajari ilmu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tanpa ilmu seseorang tidak akan bisa melakukan apa pun, maka menuntut ilmu adalah kewajiban yang mutlak bagi seluruh manusia.
Pendidikan untuk anak usia dini merupakan suatu hal yang sangat penting. Berbagai penelitian membuktikan bahwa Pendidikan anak usia dini memengaruhi perkembangan anak pada usia selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Al-Ghozali seorang sufistik yang menaruh perhatian besar terhadap pendidikan, termasuk pendidikan anak. Dalam kitab karangannya Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa “Anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya, hatinya yang suci seperti permata indah, menawan serta bersih dari segala ukiran dan gambar. Ia menerima semua yang diukirkan padanya dan condong pada sesuatu yang diarahkan padanya. Jika ia dibiasakan dan didik berbuat baik maka ia tumbuh dengan berbuat baik serta bahagia di dunia akhirat, orang tua dan para pendidiknya juga akan mendapatkan pahalanya. Tapi jika ia dibiasakan dan dicondongkan perbuatan buruk, maka ia akan celaka dan para pendidiknya akan mendapatkan dosanya”.
Imam Al-Ghazali memiliki pemikiran dan pandangan yang luas mengenai aspek pendidikan, bukan hanya aspek akhlak tetapi juga memperhatikan aspek-aspek yang lain, seperti aspek keimanan, aqliyah, dan sosial jasmaniyah. Dan setiap penjelasan dari aspek tersebut selalu dikaitkan dengan Pendidikan anak. Beliau menjelaskan pentingnya anak diajarkan bagaimana mematuhi, menghormati dan menghargai orang tua, guru, serta orang yang lebih tua tanpa memandang ada atau tidaknya hubungan kekerabatan. Sehingga dalam pergaulan dan kehidupan, anak akan mempunyai sifat-sifat yang mulia dan etika pergaulan yang baik sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat membatasi pergaulannya. Di sinilah pentingnya lingkungan pendidikan yang akan mewarnai karakteristik anak didik.
Aspek-aspek Pendidikan menurut Imam al-Ghozali di antaranya:
1) Pendidikan Keimanan
Konsep iman menurut Al-Ghazali yakni mencakup tiga aktivitas, yaitu pertama; mengakui dengan lidah atau ucapan. kedua; meyakini dalam hati dan membuktikannya melalui perbuatan. ketiga; aktivitas tersebut tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain, sebab ketiganya saling berhubungan dan harus selalu ada pada setiap orang yang mengaku beriman. Adapun tentang Pendidikan keimanan bagi anak, Imam al-Ghazali berkata bahwa “apa yang kami sebutkan tentang keimanan hendaknya didahulukan pada anak kecil di awal pertumbuhannya agar dihafalkan selanjutnya pengertian tersebut akan diketahui sedikit demi sedikit.” Seperti ketika anak ingin makan, biasakan dia untuk mengawalinya dengan berdoa. Beritahu dia bahwa makanan tersebut adalah rezeki dari Allah. Mengajari anak untuk selalu berdoa kepada Allah itu ibarat menanamkan sebuah harapan, sehingga kelak saat anak menghadapi cobaan dia tidak mudah putus asa dan selalu ingat untuk senantiasa bersyukur. Pendidikan keimanan terutama tentang ketauhidan perlu diprioritaskan pada anak kecil agar meresap dalam jiwanya. Pendidikan keimanan yang diterapkan sejak usia dini juga akan menguatkan perjanjian primordial (berisi keesaan Tuhan) antara manusia dengan Tuhannya di alam rahim. Sehingga keimanannya kelak kokoh dan tidak mudah tergoyahkan. Oleh karena itu, dalam Islam terdapat perintah untuk meng-iqomah-i dan meng-adzan-i bayi yang baru lahir selain agar kalimat yang ia dengar pertama kali adalah Asy-Syahadataini juga agar suara pertama yang ia dengar adalah nama Allah dan Muhammad SAW.
2) Pendidikan Akhlak
Akhlak menurut Imam al-Ghazali adalah ibarat sifat atau keadaan yang meresap dalam jiwa manusia, muncul dari perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan pada pemikiran dan pertimbangan. Jika sifat mampu melahirkan perbuatan yang terpuji menurut akal dan syara’. maka dinamakan akhlak yang baik sebaliknya jika yang muncul adalah perbuatan yang tercela maka dinamakan akhlak yang buruk. Perbuatan memberi yang dilakukan seseorang belum bisa disebut akhlak jika hanya dilakukan sekali (bukan kebiasaan) atau jika orang tersebut memberi karena ada alasan tertentu. Adapun yang memiliki otoritas untuk menentukan apakah akhlak seseorang itu baik atau buruk adalah akal dan syara’.
Di antara cara menanamkan Pendidikan akhlak adalah mengajari anak bagaimana mematuhi, menghormati dan menghargai orang tua, guru, serta orang yang lebih tua usianya tanpa memandang ada atau tidak adanya kekerabatan. Dengan demikian, anak telah bertambah pengetahuan dan pengalamannya setelah bergaul dengan orang yang lebih dewasa dan sekaligus belajar untuk berlaku sopan santun, ramah tamah, saling menghormati, taat dan patuh serta menghargai pendapat dan pembicaraan orang lain, atau sifat-sifat mulia lainnya.
3) Pendidikan Akal
Pendidikan akal bagi anak menurut pemahaman Imam al-Ghazali, yaitu “Akal adalah ilmu pengetahuan yang tumbuh pada anak usia tamyiz (sekitar tujuh tahun) karena pada usia ini anak telah mampu membedakan antara sesuatu benar dan salah. Tentu saja kemampuan anak pada usia ini masih sederhana, kemampuan itu berkaitan dengan sesuatu yang dapat dilihat.” Maka cara yang dapat dilakukan untuk mendidik akal adalah mengajari anak agar mampu membedakan antara perbuatan yang baik dan buruk, mana perbuatan yang benar dan salah. Saat anak melakukan hal yang salah, ingatkan dia dan beritahulah bagaimana perbuatan yang benar.
4) Pendidikan Sosial
Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk keberlangsungan hidupnya. Setiap lingkungan tempat manusia hidup dan menetap tentunya memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan dihargai. Pendidikan sosial tidak dapat dipisahkan dari pendidikan akhlak karena seseorang dapat diterima di lingkungan sosialnya jika mempunyai perilaku yang baik. Oleh karena itu, penting untuk melaksanakan pendidikan sosial sejak seseorang masih usia kanak-kanak agar dapat menjadi sifat yang melekat pada kepribadiannya.
Konsep pendidikan sosial bagi anak dapat difahami dari perkataan Imam al-Ghazali sebagaimana berikut ini “Dan hendaklah membiasakan anak untuk tidak berbicara kecuali berupa jawaban dan sesuai dengan pertanyaannya, dan biasakanlah anak untuk mendengarkan dengan baik ketika orang lain yang lebih tua berbicara padanya.” Indikator dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa sanagt penting membiasakan anak untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungannya seperti menjaga kesopanan dalam bergaul agar nantinya anak tersebut dapat diterima dengan baik oleh lingkungannya.
5) Pendidikan Jasmani
Menurut Imam al-Ghazali masa awal pertumbuhan anak merupakan masa di mana anak perlu untuk melatih fungsi organ tubuhnya, memperkuat otot dan tulang serta menjaga kesehatan dan kebugaran badannya. Karena hal tersebut berfungsi sebagai penunjang dalam proses pendidikannya. Imam al-Ghazali menganjurkan orang tua untuk membiasakan anak berolah raga di waktu pagi sehingga dia tidak terbiasa dengan rasa malas. Pendidikan jasmani ini juga telah sering dipraktikkan oleh Nabi Muhammad ketika di Madinah dengan menjadikan materi kesehatan dan kekuatan jasmani dalam kurikulum pendidikannya. Sebagaimana anjuran agar makan dan minum secara sederhana dan tidak berlebihan. Dalam hadisnya Nabi Muhammad bersabda ; Kami tidak makan kecuali lapar dan kami makan tidak terlalu kenyang.”
Di antara pendidikan jasmani yang dapat dilakukan adalah: melarang anak untuk tidur setelah subuh dan membiasakannya untuk mengaji, melarang anak untuk makan berlebihan dan mengingatkannya bahwa Rasulullah melarang makan berlebihan, dan mengajak anak untuk berolahraga secara rutin dengan melakukan suatu hal yang membuatnya tertarik, seperti senam diiringi lagu anak.
Oleh karena itu dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berinteraksi dalam kehidupan. Pendidikan anak usia dini sangat dibutuhkan, karena hal tersebut akan sangat berpengaruh dalam perkembangan karakteristik anak pada usia selanjutnya. Imam Al-Ghazali seorang sufistik yang menaruh perhatian besar terhadap pendidikan memiliki pemikiran dan pandangan yang luas mengenai aspek pendidikan, yaitu meliputi keimanan, akhlak, akal, sosial, dan jasmani.
DAFTAR PUSTAKA
Dacholfany, M. I., & Hasanah, U. (2021). Pendidikan anak usia dini menurut konsep islam. Amzah. Diperoleh dari https://books.google.co.id/books hl=id&lr=&id=eN5WEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=pendid ikan+anak+menurut+islam&ots=0Cf_AAZsWh&sig=s-1MOIZ80e7O7Y42y0XHTN2xm s&redir_esc=y#v=onepage&q=pendidikan%20anak%20menurut%20islam&f=false
Janna, S. R. (2013). Konsep Pendidikan Anak Dalam Perspektif Al-Ghazali (Implikasinya Dalam Pendidikan Agama Islam). Al-TA'DIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 6(2), 41-55
Imron, E. T. (2008). Analisis komparatif konsep belajar dan pembelajaran menurut al-Ghazali dan
al-Zarnuji (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
0 Comments