PENDIDIKAN AKIDAH AKHLAK SEBAGAI KUNCI PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Published by Buletin Al Anwar on

Anggun Wahyu Putri Lestari

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Email : [email protected]

Abstrak

Pendidikan Akidah akhlak ialah Pendidikan yang memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter yang berakhlak mulia. Pendidikan akidah terdiri dari dua aspek yakni : akidah yang mengandung tentang keyakinan, sedangkan akhlak mengandung tentang tindakan moral, kedua aspek tersebut memiliki keterkaitan dan memiliki pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan individu. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan dapat menjadikan seorang individu yang bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa dan memiliki akhlak yang mulia. Percobaan untuk mengubah kebiasaan atau perilaku yang dapat menjadi ciri seseorang disebut pembentukan karakter. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran pendidikan akidah akhlak sebagai kunci pembentukan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci : Pendidikan Akidah akhlak, pembentukan akhlak mulia, kehidupan sehari-hari

Pendahuluan

Pendidikan dalam bahasa Arab yaitu “Tarbiyah” yang dimana memiliki kata tarbiyah diambil dari kata dasar yaitu Abba Sya’i, Yarbu atau Rabba’an yang memiliki arti bertambah dan tumbuh. Sedangkan apabila diartikan dalam arti sempit pendidikan merupakan perbuatan maupun prses perbuatan atau suatu tindakan yang bertujuan untuk memperoleh suatu pengetahuan.[1] Pendidikan akidah akhlak yang terdapat disuatu lembaga pendidikan atau sekolah, yang merupakan pembelajaran yang direncanakan secara sadar untuk mempersiapkan siswa. Tujuan dari pembelajaran ini adalah agar siswa dapat mengenal, memahami, mendalami, dan mengimani Allah SWT, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui pengajaran, latihan, bimbingan, dan penggunaan, keteladanan, dan pengalaman. Tujuan dari program suatu lembaga pendidikan atau sekolah adalah untuk mengenalkan, memahami, dan sebagainya kepada peserta didik melalui mata pelajaran akidah akhlak. Proses interaksi dalam pembelajaran memungkinkan peserta didik belajar tentang materi tersebut. Akidah secara bahasa dapat diartikan iman yang kokoh, nyata, dan tidak menimbulkan keraguan bagi mereka yang meyakininya atau mempercayainya. Namun akhlak secara bahasa berasal dari kata khuluqun, yang berarti budi pekerti, tabiat, dan tingkah laku.[2]

Akhlak pada dasarnya merupakan sifat yang sudah ada dalam diri manusia, setiap orang pasti memilikinya. Saat ini, anak-anak sangat kurang dalam nilai-nilai moral, etika, dan akhlak. Misalnya, anak tersebut salah memilih pergaulan atau tidak sopan dan tidak ramah terhadap orang tua, guru, dan orang lain. Dengan pendidikan dalam pembentukan karakter ini, akidah akhlak pasti memiliki peran; ada faktor pendukung, diantaranya respon yang positif dari pemerintah, disertai dengan dukungan orang tua dan pihak sekolah yang bersangkutan, dan faktor penghambat seperti kurangnya kerjasama antara orang tua dan guru.

Pada era yang modern ini, Perubahan zaman semakin berkembang pesat dengan tersedianya teknologi yang semakin canggih yang dimana dapat mempengaruhi nilai-nilai dan perilaku setiap individu dengan adanya tantangan-tantang yang dihadapi semakin kompleks dan beragam. Yang dimana dapat ditinjau dari pengaruh lingkungan, tekanan sosial, serta pengaruh media massa yang semakin beragam. Oleh karen itu, pendidikan akidah akhlaklah sebagai kunci dalam pembentukan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memberikan landasan moral yang kuat dalam menghadapi berbagai situasi yang ada pada zaman sekarang.

Pendidikan moral juga memiliki dampak yang luas pada kehidupan setiap individu. Dalam keluarga, pendidikan moral memberikan landasan yang kokoh bagi anak-anak untuk memahami nilai-nilai moral dan etika. Dalam dunia Pendidikan, pendidikan akidah akhlak dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan agama atau pendidikan karakter.

Tujuan dari penelitian ini adalah menggali lebih dalam lagi mengenai pendidikan akidah akhlak sebagai kunci pembentukan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, akan dikaji beberapa aspek penting dalam pendidikan akidah akhlak, seperti pendidikan akidah akhlak sebagai kunci dalam membentuk akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan memperdalam pemahaman mengenai pendidikan akidah akhlak sebagai kunci pembentukan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan dapat memberikan landasan yang kuat bagi peningkatan moralitas dan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan akidah akhlaklah yang paling tepat, diharapakan setiap individu dapat tumbuh menjadi seseorang yang berintegritas, bertanggungjawab, dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, bangsa, dan negara.

Metode

Dalam penelitian ini, metode  yang digunakan adalah metode studi literatur. Studi literatur merupakan pencarian berbagai informasi dari kepustaka’an yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian, kepustakaan yang diperoleh dapat bersumber dari buku (e-book), jurnal online, hasil penelitian(tesis dan disertasi), internet, dan sumber lainnya yang sesuai.[3]

Proses pengumpulan data dilakukan mengalami tiga tahapan. Pertama, data diedit atau diperiksa kembali untuk memastikan kelengkapannya, kejelasannya, dan kesesuaiannya satu sama lain. Kedua, mengorganisasikan data, yang berarti menyusun, merangkai, dan mengorganisirnya sesuai dengan kebutuhan kerangka penelitian. Tahap ketiga mencakup menemukan jawaban dan kesimpulan dari rumusan masalah penelitian melalui analisis hasil penyusunan data.

Adapun Teknik menganalisis data yaitu dengan cara menganalisis, memilih, memilah, mengecek, membandingkan, dan menggabungkan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menjadi hasil yang relevan dan sah. Hasil analisis dan kompilasi penelitian sebelumnya digunakan untuk menentukan bagaimana pendidikan Akidah akhlak sebagai kunci pembentukan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil dan Pembahasan

Pendidikan Akidah akhlak

Pengertian “Akidah” berasal dari kata “aqida-ya’qidu ‘aqdan-aqidatan”. Keyakinan adalah hubungan antara kata “aqdan” dan “akidah”. Dengan artian ikatan yang kuat di dalam hati dan mengandung kontrak atau perjanjian. Oleh karena itu, akidah adalah sesuatu yang dipercaya oleh seseorang. Makna bahasa dari akidah Akan menjadi lebih jelas jika dikaitkan dengan pemahaman secara terminologis. Secara terminologis terdapat beberapa definisi, diantaranya menurut Hasan Al-Banna yaitu Aqaid, bentuk plural dari “akidah”, adalah beberapa hal yang harus diyakini oleh hati untuk suatu kebenaran, sehingga membuat jiwa tenang, dan keyakinan yang tidak terpengaruh oleh ketidakpastian atau keraguan. Sedangkan menurut Abu Bakar Jazir Al-Jazairy yaitu Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Manusia meletakkan kebenaran itu di dalam hati mereka dan diyakini bahwa itu benar dan ada, dan mereka menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.[4] Adapun makna tambahan dari Akidah, yaitu memiliki sifat itlqad bathitliyah, yang mencakup rukun iman. Dan ada pula ungkapan tambahan lainnya yaitu akidah adalah apa yang harus dilakukan seorang muslim tanpa keraguan. Sebagai kesimpulan dari penjelasan tentang definisi “akidah”, kita dapat mengatakan bahwa “akidah” adalah janji yang ditetapkan oleh seorang muslim atas keyakinannya tanpa keraguan di hatinya yang tentunya sesuai dengan rukun iman:

  1. percaya kepada Allah
  2. percaya kepada Malaikat
  3. percaya kepada kitab
  4. percaya kepada rasul
  5. percaya kepada Hari Kiamat
  6. dan percaya pada qada dan qadar

Arti Akidah Universal dapat digunakan dalam membuat keputusan tanpa keraguan. Jika tindakan yang diambil dilakukan dengan penuh keyakinan dan merupakan keputusan yang benar, maka itulah akidah yang benar, sebanding dengan keyakinan kita terhadap kekuasaan Allah.

Kata “Akhlak” adalah bentuk jamak dari kata yang berbahasa arab “khuluqun”, yang artinya “penciptaan”, dan esensinya adalah dorongan halus untuk selalu mencintai kebajikan, kebenaran, atau kepribadian. Khuluqun secara bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kalimat tersebut memiliki beberapa persamaan dengan perkatan khalqun, yang berarti kejadian, dan hubungan erat dengan perkatan khaliq, yang berarti pencipta, dan makhluk, yang berarti diciptakan. Persesuaian kata-kata di atas menunjukkan bahwa konsep akhlak mencakup pengertian sinergi antara keinginan Khaliq (pencipta) dan tindakan makhluq (manusia). Pengertian akhlak muncul sebagai alat yang memungkinkan hubungan yang baik antara Khaliq dan makhluk.

Secara Terminologi Para pakar telah mendefinisikan akhlak dengan berbagai definisi yang berbeda, seperti yang disebutkan oleh Imam al-Ghazali: “Akhlak adalah sifat yang ada dalam jiwa yang dengan mudah melakukan perbuatan baik tanpa memikirkan apa pun”. Dan Adapun Menurut Ahmad Amin, akhlak adalah kehendak yang dibiasakan Karena kehendak yang dibiasakan adalah ciri akhlak, maka kebiasaan itu disebut akhlak. Menurut Ahmad Amin, arti kehendak adalah ketentuan daripada beberapa keinginan manusia, sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga mudah dilakukan. Manusia dapat melakukan perbuatan karena kombinasi kehendak dan kebiasaan ini.[5]

Pembentukan Akhlak mulia

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konsep pembentukan akhlak al-karimah pada setiap individu. Para ilmuwan telah mengembangkan definisi akhlak al-karimah. “Akhlak itu dikatakan sebagai sifat atau hal ihwal yang telah melekat pada jiwa seseorang. Sifat atau hal ihwal itu bisa menimbulkan perbuatan-perbuatan yang baik atau perbuatan-perbuatan yang buruk,” kata M. Rahmat Effendi. Namun, menurut Mahmud Yunus “Akhlak al-Karimah adalah sifat atau hal ihwal/tingkah laku yang menimbulkan perbuatan-perbuatan yang baik lagi terpuji oleh akal dan syara.” Muhamad Al-Kuffi mendefinisikan Al-Karimah sebagai: “Yang Mulia” yang memiliki akhlak al-karimah tumbuh melalui tahap dan proses pendidikan agama, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosial mereka. “Seorang anak dapat mencapai tingkat kepribadian yang luhur dan mulia, perlu menempuh beberapa tahapan di antaranya: memiliki kesucian jiwa dari akhlak yang rendah dan watak tercela, menanamkan akidah ketauhidan dan menjaga kehormatan orang tua,” kata Imam Ghazali.[6]

Pendidikan akidah akhlak sebagai kunci pembentukan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari

Pelatihan Pembentukan Karakter Akidah Akhlak didefinisikan sebagai pendidikan dan aplikasi serta kinerja di lembaga pendidikan karena kecepatan setiap peristiwa di dunia pendidikan dapat digunakan untuk mengembangkan karakter individu yang bermanfaat bagi kehidupan mereka. Oleh karena itu, juga dapat dikatakan Setiap pelajaran yang harus diselesaikan memiliki tugas dan pendidikan pedagogis yang berkaitan dengan perkembangan karakter individu. Pendidikan Akidah Moral memberi peserta insentif yang berbeda. Setiap individu belajar untuk menerapkan keyakinan mereka terhadap akhlak yang baik dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur seperti prioritas, kerja tangguh, cinta tanah air, demokrasi, toleransi, nilai moral, dan nilai kemanusiaan lainnya dalam kehidupan sosial sehari-hari. Sebaliknya, pengembangan karakter dansa juga didukung oleh pendidikan moralitas.

Pendidikan moralitas sangat penting untuk pendidikan karakter karena setidaknya ada dua alasan. Yang pertama adalah bahwa agama merupakan landasan yang kokoh untuk menerapkan nilai-nilai moral yang tidak akan rusak dan dipercaya bahwa nilai-nilai tersebut berasal dari perintah Tuhan sendiri. Kehidupan spiritual dapat membuat seseorang memanusiakan diri sendiri dan melengkapi sifat manusianya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain. Alasan kedua adalah bahwa pendidikan moralitas sangat penting untuk pendidikan karakter.

Oleh karena itu, sangat penting bagi lembaga pendidikan kita untuk mengintegrasikan pendidikan agama dan karakter menurut pancasila.Pemerintah menjalankan sistem pendidikan nasional dengan tujuan memperkokoh himandan taqwakepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.Oleh karena itu, pendidikan karakter di Indonesia harus disertai dengan pengajaran iman dan taqwa.Sekolah tidak boleh hanya memberikan pelatihan karakter; mereka harus mampu membangun kepercayaan dan keyakinan pada TYME sebagai jugamer yang benar-benar cinta tanah airnya dan bekerja sama untuk bangsanya.[7]

Faktor pendukung dan penghambat pendidikan akidah akhlak sebagai pembentukan akhlak mulia

Faktor-faktor yang mendukung pendidikan akidah akhlak dalam pembentukan karakter termasuk diantaranya yaitu ketersediaan guru profesional dan pihak lain dari sekolah, teman sebaya, tanggapan positif dari pemerintah, dan dukungan dari orang tua. Dengan adanya berbagai faktor pendukung tersebut, sangat mungkin bahwa pelaksanaan pembentukan karakter melalui akidah akhlak kini akan berjalan dengan benar.

Faktor penghambat pembangunan karakter dalam pendidikan adalah akidah akhlak diantarannya kurangnya kolaborasi guru-orang tua adalah salah satu faktor yang menghambat pembangunan karakter siswa.Ini karena sangat penting bahwa guru dan orang tua bekerja sama dan berkomunikasi satu sama lain selama proses pembentukan karakter.[8]

Kesimpulan

Akidah akhlak ialah ajaran agama Islam yang terkandung dalam Al-Quran dan Hadist, yang diupaya untuk mengenal dan mengimani Allah SWT, dan menerapkannya ke dalam perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari. Dasar dari akidah akhlak berasal dari ajaran agama Islam, yang pastinya merupakan sumber dari hukum Islam. Al-Qur’an dan Hadits, keduanya merupakan pedoman hidup dalam agama Islam yang menjelaskan kriteria dan tolak ukur baik dan buruknya perbuatan manusia. Untuk menerapkan ajaran tersebut perlu adanya dorongan dan dukungan dari lingkungan sekitar diantaranya dilingkungan keluarga, dilingkungan pendidikan ataupun sekolah, dan dilingkungan masyarakat.

Dan terbentuknya suatu pendidikan tidak hanya dalam lingkungan sekolah saja, pendidikan bisa tercipta dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Seperti dilingkungan sekolah dalam mengajarkan siswa tentang akidah akhlak di sekolah dasar, guru berusaha untuk membuat akhlak atau budi pekerti siswa sekolah dasar menjadi lebih baik lagi. Ketika mereka mengajarkan siswa tentang akidah akhlak, guru harus memberikan contoh yang baik dari Rasulullah SAW, yang mengatakan bahwa akhirat adalah hanya untuk memperbaiki akhlak. Selain itu, selalu mengajukan tema pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah bagi siswa untuk mengambil pelajaran. Dan masih banyak contoh lainnya yang dapat di ambil seperti dilingkungan keluarga yaitu orang tualah yang sangat berperan aktif dalam pembentukan akhlak seorang anak.

DAFTAR PUSTAKA

Inanna, Inanna. “Peran Pendidikan Dalam Membangun Karakter Bangsa Yang Bermoral.” JEKPEND: Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan 1, no. 1 (2018): 27. https://doi.org/10.26858/jekpend.v1i1.5057.

Jumhuri, Muhammad Asroruddin Al. “Belajar Akidah Akhlak: Sebuah Ulasan Ringkas Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah.” Belajar Akidah Akhlak: Sebuah Ulasan Ringkas Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah, 2015, 13–17.

Karakter, Pembentukan. “Dimensi Aliran Pemikiran Islam,” 2013.

Rini, Eva Setya. “Studi Literatur Pemahaman Konsep Pembelajaran Matematika Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm).” Scolae: Journal of Pedagogy 4, no. 2 (2022). https://doi.org/10.56488/scolae.v4i2.93.

Saribun. “Peran Pendidikan Akidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar.” Jurnal Budi Pekerti Agama Islam 2, no. 4 (2024): 311–22. https://doi.org/10.61132/jbpai.v2i4.486.

Sitika, Achmad Junaedi. “Pembentukan Akhlak Al-Karimah Pada Anak Usia Dini.” Al Hikmah: Indonesian Journal of Early Childhood Islamic Education 2, no. 1 (2018): 1–12.

Yuniarweti. “Pentingnya Pendidikan Akidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Anak.” SKULA: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah 03, no. 1 (2023): 252.

 

[1] Yuniarweti, “Pentingnya Pendidikan Aqidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Anak,” SKULA: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah 03, no. 1 (2023): 252.

[2] Pembentukan Karakter, “Dimensi Aliran Pemikiran Islam,” 2013.

[3]Eva Setya Rini, “Studi Literatur Pemahaman Konsep Pembelajaran Matematika Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm),” Scolae: Journal of Pedagogy 4, no. 2 (2022), https://doi.org/10.56488/scolae.v4i2.93.

[4] Muhammad Asroruddin Al Jumhuri, “Belajar Akidah Akhlak: Sebuah Ulasan Ringkas Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah,” Belajar Akidah Akhlak: Sebuah Ulasan Ringkas Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah, 2015, 13–17.

[5] Al Jumhuri.

[6] Achmad Junaedi Sitika, “Pembentukan Akhlak Al-Karimah Pada Anak Usia Dini,” Al Hikmah: Indonesian Journal of Early Childhood Islamic Education 2, no. 1 (2018): 1–12.

[7] Saribun, “Peran Pendidikan Aqidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar,” Jurnal Budi Pekerti Agama Islam 2, no. 4 (2024): 311–22, https://doi.org/10.61132/jbpai.v2i4.486.

[8] Inanna Inanna, “Peran Pendidikan Dalam Membangun Karakter Bangsa Yang Bermoral,” JEKPEND: Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan 1, no. 1 (2018): 27, https://doi.org/10.26858/jekpend.v1i1.5057.


0 Comments

Leave a Reply