Metode Pengajaran Berbasis Media Digital dalam Akidah Akhlak untuk Meningkatkan Keimanan GEN-Z

Published by Buletin Al Anwar on

Nofa Dwi Astutik

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

 [email protected] 

Abstrak

Penelitian ini membahas metode pengajaran akidah akhlak berbasis media digital untuk meningkatkan keimanan generasi Z. Metode penelitian yang digunakan adalah Library Research, dengan pengumpulan data melalui analisis berbagai sumber pustaka.  Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi seperti platform online, aplikasi mobile, dan media sosial efektif dalam menjangkau dan melibatkan generasi Z.  Metode pembelajaran berbasis media digital seperti ppt, proyektor, laptop handphone terbukti lebih efektif daripada metode tradisional.  Penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dengan menghargai keberagaman keyakinan.  Tantangannya meliputi ketersediaan sumber daya dan pelatihan guru yang memadai.  Pendidik perlu berinovasi dan menguasai teknologi untuk mendesain pembelajaran yang inovatif dan efektif, serta memilih media yang sesuai dengan gaya belajar siswa.

Kata kunci : Media Digital, Generasi z

PENDAHULUAN

Indonesia, seperti bangsa lain, senantiasa mengejar kemajuan.  Setelah melewati berbagai pasang surut dan terpaan globalisasi, reformasi yang telah berlangsung lebih dari dua dekade telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan.  Dunia pendidikan pasca-reformasi ibarat petani yang mengganti jenis tanaman; lahannya tetap sama, tetapi harapan akan hasil panen yang lebih baik dan berkelanjutan masih belum sepenuhnya terwujud. Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, namun pemahaman dan pemanfaatannya, terutama di kalangan guru, masih perlu ditingkatkan.  Guru dituntut mampu menciptakan suasana belajar yang menarik dan efektif.  Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran yang inovatif.  Banyak guru masih bergantung pada buku teks, padahal teknologi menawarkan beragam metode pembelajaran yang lebih interaktif dan mampu merangsang daya pikir siswa.  Oleh karena itu, pengembangan kompetensi guru dalam teknologi dan penggunaan media pembelajaran yang beragam sangat penting untuk meningkatkan minat belajar siswa.

Generasi Z, juga dikenal sebagai Gen Z, lahir antara tahun 1996 dan 2010. Mereka adalah generasi yang tumbuh dalam era digital. Mereka memahami teknologi dan memahami alat-alat kontemporer yang mempengaruhi karakter mereka. Generasi Z, baik global maupun di Indonesia,  memiliki keahlian teknologi tinggi dan ambisi besar.  Banyak yang sudah bekerja atau kuliah.  Mereka lebih berani mengambil risiko daripada generasi sebelumnya, namun membutuhkan lebih banyak dukungan.  Komunikasi digital mendominasi kehidupan mereka,  meski keterampilan sosial seperti mendengarkan dan berpartisipasi dalam percakapan mungkin kurang terasah.  Mereka cenderung lebih menyukai kerja mandiri daripada kerja tim,  tren yang juga terlihat di Indonesia.

Iman adalah kepercayaan yang kuat dan tak tergoyahkan pada sesuatu yang mungkin tak terbukti secara ilmiah.  Lebih dari sekadar penerimaan intelektual, iman melibatkan perasaan, komitmen, dan tindakan yang selaras dengan kepercayaan tersebut.  Ini merupakan hubungan personal yang mendalam antara individu dan objek kepercayaannya misalnya allaha Swt yang dapat membentuk jati diri, nilai-nilai, dan tujuan hidup.  Iman memberi makna, arah, dan harapan, serta kekuatan dan penghiburan dalam menghadapi kesulitan.  Iman yang sehat bersifat terbuka, reflektif, dan mau dipertanyakan, sementara iman yang tidak sehat cenderung kaku dan intoleran.  Ekspresi iman beragam, dari ibadah hingga tindakan nyata, dan dapat menjadi pendorong perubahan positif.  Memahami iman membutuhkan pemahaman menyeluruh terhadap aspek kognitif, emosional, dan sosialnya.

PEMBAHASAN

 Secara Bahasa akidah berasal dari kata (عقد) yang berarti “Mengikat” atau “memperkuat”. Akidah mengacu pada keyakinan atau kepercayaan terhadap suatu ajaran atau doktrin agama tau bisa disebut dengan Iman. Sementara itu “Akhlak” berasal dari kata (خلق) yang berarti “sifat” atau “budi pekerti”. Akhlak mencakup perilaku, sikap, dan moralitas seseorang yang mencerminkan karakater dan kepribadian mereka.

 Pengajaran akidah akhlak secara epistemologis mencakup pemahaman dan penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, melalui pembelajaran dan refleksi mendalam atas berbagai sumber pengetahuan dan otoritas keagamaan.

 Teknologi telah mendominasi kehidupan anak-anak saat ini, berpotensi membatasi interaksi sosial di masa depan.  Globalisasi yang tak terhindarkan, baik di Indonesia maupun negara lain,  mempengaruhi pendidikan secara signifikan.  Guru memegang peran krusial dalam membimbing peserta didik agar berkembang sesuai zaman dan menjadi penerus bangsa.  Oleh karena itu, pendidik perlu berinovasi untuk menghadapi tantangan dan perkembangan dunia saat ini dan mendatang. Inovasi dalam pengajaran, termasuk integrasi teknologi, kini menjadi keharusan bagi pendidik seiring perubahan zaman.  Media pembelajaran, terutama yang berbasis teknologi, berperan vital dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.  Dengan media ini, keterbatasan penjelasan guru dapat diatasi, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif.

 Di era digital, pembelajaran berbasis teknologi telah menjadi metode umum di semua jenjang pendidikan,  memberikan manfaat signifikan bagi guru dan siswa. Pendidik di era digital dituntut untuk adaptif dan kreatif, menguasai teknologi untuk mendesain pembelajaran inovatif dan efektif. Kemampuan pendidik menciptakan ide dan solusi pembelajaran yang unik dan efektif,  disebut kreativitas.  Di era digital, kreativitas ini krusial untuk pemanfaatan teknologi dan media digital yang efisien. Media pembelajaran mengatasi keterbatasan guru dalam penyampaian materi, memastikan tercapainya tujuan pembelajaran.  Digitalisasi pendidikan, hasil perkembangan teknologi,  memberikan akses sumber belajar melalui internet (laptop dan ponsel),  melengkapi peran guru dan buku teks.

 Guru sebagai fasilitator pembelajaran memegang peranan penting dalam memilih dan menggunakan media teknologi yang tepat.  Era digital menuntut pendidik mampu merancang dan menyediakan media pembelajaran berbasis teknologi berkualitas tinggi. Peran guru sebagai pendidik, pembimbing, dan fasilitator meliputi pemilihan dan penggunaan bahan ajar yang tepat.  Perencanaan matang diperlukan untuk memastikan media pembelajaran efektif sebagai alat bantu. Oleh karena itu, guru mata Pelajaran Akidah Akhlah dapat menggunakan media pembelajaran seperti Laptop, handphone, proyektor, ppt, dan media pembelajaran berbasis digital lainnya. Disamping itu pendidik atau guru juga harus menyesuaikan antara media pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan. Misalnya pada materi Mengenal nama-nama Allah melalui Asma’ul Husna, pada materi itu pendidik dapat menggunakan media pembelajaran misalnya proyektor dengan menampilkan Youtube yang berisikan lagu-lagu Asma’ul Husna, dengan itu peserta didik akan lebih senang dan mudah dalam pembelajaran dari pada hanya menggunakan teori dari buku saja.

Meskipun media digital membantu guru menyampaikan materi,  penelitian menyoroti pentingnya pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar individual siswa, bukan hanya yang mudah digunakan.  Guru bertanggung jawab memilih media yang efektif berdasarkan gaya belajar siswanya. Dengan itu media pembelajaran yang digunakan akan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Contohnya, agar iman peserta didik kepada hari akhir. Dan mempercayai itu memang nyata, guru bisa menggunakan media pembelajaran berbasis digital seperti proyektor, dan ppt mungkin. Disitu guru dapat menunjukan gambar-gambar kejadian hari akhir atau mungkin juga menunjukan gambar-gambar siksa neraka. Dengan itu siswa akan merasa takut dan menghindari hal-hal yang akan membawa mereka ke neraka. Dan melakukan hal-hal yang dapat menyelamatkan mereka dari kejadian hari akhir tersebut.

Penelitian metode pengajaran akidah untuk Generasi Z menunjukkan pentingnya teknologi, seperti platform online, aplikasi mobile, dan media sosial, dalam menjangkau dan melibatkan mereka. Metode pengajaran akidah yang efektif untuk Generasi Z yaitu dengan memanfaatkan teknologi interaktif untuk pemahaman yang lebih mendalam.  Metode pembelajaran berbasis media digital seperti ppt, proyektor, laptop handphone, terbukti lebih baik daripada metode tradisional misalnya seperti ceramah.  Menghargai keberagaman

 

keyakinan masing-masing yang paling penting itu semua untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.  Adapun metode pembelajaran berbasis digital juga mempunyai tanyangan yaitu meliputi ketersediaan sumber daya dan pelatihan guru yang memadai. Dikarenakan banyak guru-guru yang sudah berusia lebih tua kurang faham akan penggunaan media digital. 

Oleh karena itu metode pembelajran berbasis digital dalma  proses belajar siawa generaso Z itu sangatlah efektif intuk digunakan. 

KESIMPULAN

Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pengajaran akidah akhlak untuk generasi Z perlu beradaptasi dengan era digital.  Penggunaan media digital, seperti platform online, aplikasi mobile, dan media sosial, terbukti efektif dalam menjangkau dan melibatkan generasi Z.  .  Metode pembelajaran berbasis media digital seperti ppt, proyektor, laptop handphone terbukti lebih efektif daripada metode tradisional.  Penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dengan menghargai keberagaman keyakinan.  Tantangannya meliputi ketersediaan sumber daya dan pelatihan guru yang memadai.  Guru memegang peran penting dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa.  Pendidik perlu berinovasi dan menguasai teknologi untuk mendesain pembelajaran yang inovatif dan efektif,  serta memilih media yang sesuai dengan gaya belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Nur Afif, “Pengajaran Dan Pembelajaran Di Era Digital,” IQ (Ilmu Al-Qur’an): Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 01 (1970): 117–29, https://doi.org/10.37542/iq.v2i01.28.

Mawar Sari et al., “Media Pembelajaran Berbasis Digital Untuk Meningkatkan Minat Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia,” Warta Dharmawangsa 18, no. 1 (2024): 205–18, https://doi.org/10.46576/wdw.v18i1.4266.

Haura Ghaitsa et al., “Analisis Tingkat Supportive Work Environment ( SWE ) Pada Lingkungan Organisasi Universitas Swasta Dari Sudut Pandang Mahasiswa Generasi Z” 3, no. 4 (2024).

Juhan Fashihullisan, Supardi Supardi, and Lubna Lubna, “Era Digitalisasi: Kreativitas Pendidik Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Aqidah Akhlak,” Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan 9, no. 3 (2024): 2006–15, https://doi.org/10.29303/jipp.v9i3.2379.

Andi Harpeni Dewantara, “Kreativitas Guru Dalam Memanfaatkan Media Berbasis It Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa,” Journal of Primary Education 1, no. 1 (2020): 15–28, https://jurnal.iainbone.ac.id/index.php/algurfah/index.

Niken Septantiningtyas and Ummul Hafidzah, “Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Youtube; Upaya Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Masa Pandemi Di Madrasah Ibtidaiyah,” Jurnal Basicedu 6, no. 4 (2022): 5801–8, https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3073.

Andi Sadriani, M. Ridwan Said Ahmad, and Ibrahim Arifin, “Peran Guru Dalam Perkembangan Teknologi Pendidikan Di Era Digital,” Seminar Nasional Dies Natalis 62 1 (2023): 32–37, https://doi.org/10.59562/semnasdies.v1i1.431.


0 Comments

Leave a Reply