Memilih Ilmu, Guru, Teman dan Apa Itu Ketekunan
Oleh: Arna Ulinnuha
Seorang santri harus memilih ilmu yang paling baik dan yang paling cocok baginya. Dalam ilmu agama, ilmu tauhidlah yang harus diutamakan. Tinggalkan ilmu debat karena ia menjauhkan seseorang dari ilmu fikih, menyiakan umur, menimbulkan keresahan dan menimbulkan permusuhan. Carilah guru yang alim yang wara’ dan yang lebih tua dalam pengalaman. Seharusnya setiap orang bermusyawarah dengan orang alim dalam masalah menuntut ilmu dan segala urusan yang lain. Seorang santri tidak boleh tergesa gesa dan sembrono dalam memilih guru, karena dengan guru yang mempunyai latar belakang dan sanad yang jelas akan mempunyai dampak yang baik kepada santri.
Kesabaran dan ketabahan plus ketekunan adalah pokok dari segala urusan. Keberanian adalah kesabaran menghadapi kesulitan dan penderitaan. Seorang santri harus sabar dalam mengaji kepada seorang guru dan dalam satu pelajaran sampai ia benar-benar paham. Hal itu guna tidak menyebabkan waktunya sia-sia. Santri tidak boleh menuruti hawa nafsunya karena ia rendah nilainya. Barang siapa yang kalah dengan hawa nafsu berarti ia telah kalah dari kehinaan. Santri harus tabah dengan ujian dan cobaan karena gudang ilmu itu diliputi dengan cobaan dan ujian.
Ali bin Abi Talib: “Ketahuilah kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam perkara, yaitu cerdas, semangat, bersabar, memiliki bekal, petunjuk atau bimbingan dari guru dan waktu yang lama. Santri harus berteman dengan orang yang tekun belajar, bersifat wara, dan berwatak istikamah juga orang orang yang suka memahami ayat ayat alquran dan hadis nabi. Jangan pilih teman yang malas, banyak bicara dan suka memfitnah. Bertemanlah dengan orang baik engkau pun akan mendapatkan petunjuk. Orang banyak rusak lantaran teman yang rusak. Malas adalah penyakit yang menular. Sebelum memilih seseorang untuk dijadikan teman, lihatlah terlebih dahulu siapa teman-temannya.
Tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya bila tidak mau menghormati ilmu dan gurunya. Cara menghormati guru antara lain: tidak berjalan di depan gurunya, tidak duduk di tempat yang diduduki gurunya, bila di hadapan gurunya tidak memulai pembicaraan kecuali ada izinnya. Janganlah terlalu banyak bicara di hadapan guru, tidak menanyainya dalam keadaan yang lelah atau bosan, perhatikan waktunya, tidak mengganggunya di rumahnya. Intinya santri haruslah mencari keridaan dari gurunya. Jangan menyakiti hati guru karena itu menyebabkan ilmu tidak dapat berkah.
Menghormati guru adalah dengan menghormati kitab atau buku. Jangan memegang buku kecuali dalam keadaan suci. Ilmu itu adalah cahaya, sedangkan wudu juga cahaya. Cahaya ilmu tidak akan bertambah kecuali dengan berwudu. Menghormati buku juga dengan cara: tidak meletakkan buku di dekat kakinya ketika bersila, meletakkan buku buku tafsir di atas buku-buku lain juga tidak meletakkan apa pun di atas buku. Kecuali kalau ia tidak berniat meremehkan. Tapi alangkah lebih baiknya bila tidak melakukannya. Perbaguslah tulisan di dalam buku. Jangan terlalu kecil sehingga sulit dibaca. Sebaiknya tidak menggunakan tinta warna merah dalam menulis, karena itu kebiasaan filosof dan bukan kebiasaan ulama salaf.
Menghormati ilmu adalah dengan menghormati teman belajar terutama orang yang mengajarnya. Hendaknya tetap mendengarkan ilmu dan hikmah dengan hormat sekalipun ia telah berkali kali mendengarnya. Sebaiknya santri tidak sembarangan memilih ilmu, tapi diserahkan kepada gurunya. Karena gurunya biasanya lebih tahu dengan yang terbaik bagi santrinya tersebut.
Seorang Santri janganlah terlalu dekat duduk dengan gurunya. Santri harus meninggalkan akhlak yang tercela. Karena akhlak yang tercela diumpamakan binatang anjing yang samar. Ilmu adalah musuh bagi orang orang yang congkak. Kemuliaan itu datang bukan karena usaha, tapi dari pemberian karunia Allah. Kesungguhan Dalam Menuntut Ilmu, Keistikamahan dan Cita-cita yang Tinggi santri harus bersungguh sungguh dalam belajar. Harus tekun. Siapa yang berusaha keras niscaya ia mendapatkannya. Mencari ilmu tidak akan berhasil tanpa kerja keras dan usaha maksimal yang penuh kesengsaraan.
Naiflah seseorang yang tidak mau berusaha secara optimal padahal ia mampu. Jangan terlalu banyak tidur malam hari. Orang yang ingin mendapatkan ilmu haruslah meninggalkan tidur malam. Sebaiknya malam digunakan dalam belajar dan ibadah. Biar tidak banyak tidur di malam hari, sebaiknya tidak banyak makan agar tidak mengantuk. Sebaiknya pelajaran diulang pada awal malam dan akhir malam karena saat saat tersebut diberkahi.
Bersifatlah wara, kurangi tidur, kurangi makan dan tekunlah belajar. Sekedar kerja kerasmulah kamu akan diberi. Orang yang ingin sukses sebaiknya mengurangi tidur malam. Gunakanlah masa mudamu dalam menuntut ilmu karena ia tidak akan terulang lagi. Bersungguh-sungguh bukan berarti memaksakan diri. Kita tidak boleh memaksakan diri melebihi dari kemampuan. Karena kalau dipaksakan bisa melemahkan badan dan tidak mampu bekerja lagi.
Tuntutlah ilmu itu pelan pelan saja tapi kontinu. Intinya adalah kesabaran. Bercitalah setinggi-tingginya. Karena orang yang tinggi derajatnya lantaran pernah bercita tinggi. Modal pokok adalah kesungguhan. Semua bisa didapat dengan kesungguhan dan bercita luhur. Ingin pandai tapi tidak mau sungguh sungguh tidak dapatlah ilmu kecuali sedikit. Bersungguh sungguhi tap tidak tergesa-gesa. Kamu memang bodoh tapi itu bisa kamu usir dengan terus menerus belajar.
Jauhilah sifat malas karena itu sumber keburukan dan kerusakan yang amat besar. Jangan suka menunda karena itu kebiasaan para pemalas. Dan sifat malas itu mendatangkan keburukan dan malapetaka. Tinggalkanlah malas dan menunda supaya tidak tetap dalam kehinaan. Tidak ada yang diberikan kepada pemalas kecuali penyesalan lantaran gagal meraih cita-cita.
Penderitaan, kelemahan dan penyesalan bermula dari sifat malas. Malas belajar timbul karena kurang sadarnya perhatian terhadap keutamaan dan pentingnya ilmu. Ilmu akan kekal sedangkan harta benda akan sirna. Orang yang ilmunya bermanfaat akan tetap dikenang sekalipun ia telah meninggal. Lupa disebabkan banyak dahak. Banyak dahak lantaran banyak minum dan makan. Bersiwak dapat mengurangi dahak, menguatkan hafalan dan menyebabkan kefasihan. Perut yang penuh lantaran banyak makan mengurangi ketangkasan. Makan terlalu kenyang itu membahayakan. Orang yang banyak makan biasanya tidak disukai teman.
0 Comments