JALAN HIDUP SANG PEDANG ALLAH KHALID BIN WALID

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Ahmad Zoel Aidy (220101110116)

Email: [email protected]

Abstrak

Dalam menyebarkan agama Islam Nabi Muhammad dapat dengan lancar menyebarkannya dibantu dengan para sahabat-sahabatnya. Sahabat Nabi Muhammad sangat kompeten dalam berbagai bidangnya,baik itu dalam segi Ekonomi, Politik, Pendidikan dll. Dalam proses penyebarannya pasti ada sebuah kontra tentang ajaran yang disebarkan, dalam penolakannya kaum Kafir melakukan banyak sekali perlawanan bahkan banyak sekali perang yang telah terjadi. Besarnya Islam juga terdapat pada kemenangan yang telah didapat dari beberapa peperangan tersebut. Dalam kemenangannya pasti terdapat sebuah taktik dan strategi bijak dari Nabi Muhammad dan juga Sahabat-nya. Salah satu Sahabat yang terkenal akan kehebatannya dalam menyusun strategi maupun taktik peperangan yakni Sahabat Khalid bin Walid, Bahkan beliau sampai dijuluki “Syaifullah” yang bermakna pedang Allah.

Kata Kunci : Khalid bin Walid, Perang, Islam.

Pembahasan

  • Biografi Khalid bin Walid

Khalid bin Walid dilahirkan di kota Mekkah tepatnya ditahun 592 Masehi. Pada saat diturunkan wahyu dan pengangkatan Rosulullah, Khalid berusia 27 tahun, umur yang sama dengan Umar bin Khattab. Nama Ayahnya yakni Al Walid Al Mughirah beliau merupakan seorang aristokrat dari suku Quraisy pada zaman Jahiliyah. Ketika Islam pertama kali muncul Al Walid bin Al Mughirah, sangatlah antipati terhadap Islam, bahkan dianggap sebagai salah satu lawan paling keras terhadap penyebaran dakwah Islam. Dia dikenal sebagai orang yang paling keras menekan para pengikut Islam. dan nama Ibunya yaitu Lubabah Ash Shugra binti Al Harits yang merupakan Saudari dari sakah satu Istri Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Maimunah al Harits Nasab dari Khalid yakni Khalid bin Al Walid bin Al Mughirah bin Abdullah bin Makhzum bi Yaqzhah bin Murrah, yang nasabnya ini bertemu dengan Nabi Muhammad pada Murrah. Khalid dilahirkan dari Bani Makhzum yang masih satu anggota dengan kaum Quraisy. Bani Makhzumlah bertanggung jawab atas manajemen gudang senjata dan penyediaan tenaga tempur. Mereka menjadi pengelola gudang senjata serta pengumpul kuda dan peralatan tempur untuk para prajurit. Diketahui juga bahwasannya Bani Makhzum khususunya Al Walid Al Mughirah Ayah dari Khalid adalah seorang dermawan yang konsisten memberi makan para jama’ah haji di Mina dan menginstruksikan agar mereka tidak memasak sendiri selain dirinya. Dia juga sering, bahkan selalu, menyediakan biaya bagi seluruh jama’ah haji dalam jumlah besar, sehingga dijuluki sebagai “Raihanah Quraisy” atau penyokong rezeki bagi suku Quraisy. Khalid juga dikenal sebagai individu yang penuh penghormatan terhadap Ka’bah, dengan rasa kekaguman yang mendalam. Al Walid juga menyiapkan kain untuk menutupi Ka’bah setiap dua tahun sekali.

  • Khalid bin Walid sebelum memeluk Islam

Khalid bin Walid dibesarkan dalam lingkungan yang terhormat dan tergolong hartawan yang sangat berada di tengah-tengah kaumnya. Dari kecil Khalid bin Walid sudah memiliki bakat yang trampil. Sejak kecil, Khalid bin Walid di didik segala sesuatu yang dipelajari anak-anak seusianya, mereka dipersiapkan untuk perang dan adu beladiri serta sifat-sifat leadership. Di samping latihan dalam seni perang, sejak masa kecilnya, Khalid bin Walid mengembangkan keterampilannya dalam berkuda dan mempelajari bermacam jenis senjata seperti pedang, panah, tombak, lembing dan lain-lain. Ia juga memperdalam kemampuan berperang baik saat menunggang kuda maupun dengan hanya jalan kaki. Khalid bin Walid memiliki keahlian yang istimewa dalam menggunakan berbagai senjata, terutama tombak saat berkuda, yang memberinya keunggulan yang signifikan. Kesuksesan Khalid Bin Walid dalam karirnya didasarkan pada prinsip hidup sederhana dan penerimaan terhadap keadaan, bahkan dalam kehidupan yang keras. Sifat ini membuatnya terbiasa dengan kesabaran dalam menghadapi penderitaan selama perang. Hal ini membentuknya menjadi pejuang yang cerdas, mampu menggunakan berbagai strategi yang berbeda dalam pertempuran. Dari ayahnya, Walid Bin Al-Mughirah, Khalid bin Walid belajar seni dan strategi berperang. Dia diajarkan untuk bergerak cepat di padang pasir, melancarkan serangan terhadap musuh, pentingnya menghadapi musuh dalam pertempuran, serta bagaimana melakukan serangan tak terduga dan bergerilya. Khalid bin Walid sering mengalami banyak pertempuran dan selalu berhasil meraih kemenangan besar.

Ketika Khalid Bin Walid mencapai usia dewasa, prioritas utamanya adalah pada peperangan. Dia terlibat dalam bermacam macam pertempuran dan secara konsisten mendapat kemenangan yang tergolong besar. Salah satu Pertempuran besarnya yang iconic dengan kecerdikan Khalid yaitu saat perang bersama suku Quraisy melawan umat Muslim terjadi dalam Perang Uhud pada tahun ke 3 H, tanggal 7 bulan Syawal. Perang Uhud bertujuan untuk balasan atas kekalahan suku Quraisy dalam Perang Badar tahun sebelumnya, di mana umat Islam keluar sebagai pemenang di perang Badar. Kemenangan dalam Perang Uhud ini dapat dikaitkan dengan kecerdasan Khalid bin Walid, yang mampu melihat peluang dan mengubah keadaan yang merugikan suku Quraisy menjadi keberhasilan melawan umat Islam. Khalid bin Walid berhasil menemukan titik lemah dalam pertahanan umat Islam.

Setelah itu Khalid bin Walid juga ikut andil pada Perang Khandaq, perang ini terjadi pada tahun ke-5 kalender Hijriyah. Tetapi dalam Riwayat manapun tidak disebutkan bahwa Khalid menjadi panglima di pertempuran ini. Dalam sejarahnya perang ini bertujuan membersihkan umat Islam oleh kaum Quraisy dan mengusirnya dari kota Madinah. Salah satu faktor bermulainya Perang Khandaq ini yaitu ketika kaum Yahudi mengolok-olok orang Musyrik Arab untuk membenci umat Islam. Saat malam hari dibulan Syawal, kaum Quraisy memerintahkan kaum Yahudi menyusun strategi dan melaksanakan penyerangan terhadap kaum Muslim. Tapi disaat hari tersebut kaum Yahudi tidak sanggup untuk melaksanakannya, karena menurut kepercayaan mereka bahwa melakukan penyerangan di hari Sabtu itu melanggar adat dan dianggap tidak suci. Pada akhirnya tidak lama setelah itu Allah SWT mengirim angin topan yang memporak porandakan pos garda perang tempat peristirahatan  kaum Musyik hingga hancur karena angin itu, sampai membuat pasukan kaum Musyrikin mundur dan mengalami kekalahan.

  • Masuk Islamnya Khalid bin Walid

Setelah beberapa peperangan yang tergolong sudah dimenangkan oleh Khalid bin Walid muncul sedikit rasa keraguan dalam hati Khalid, Ia merasa apa yang dia musuhi selama ini merupakan hal yang tidak layak untuk dilawan. Dengan perasaan yang timbul ini ternyata disitu lah merupakan titik dimana Allah menurunkan hidayahnya kepada Khalid. Setelah perasaan yang kian larut memanjang Khalid mengirimkan beberapa mata mata dan memperhatikan hidup Rasulullah. Al walid bin Walid saudara Khalid bin Walid yang terlebih dahulu masuk Islam mengirimkan sebuah komentar berbentuk sebuah surat yang komentar tersebut langsung dari Rasulullah.Isi dari surat tersebut berbunyi:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Adapun selanjutnya. Sebelumnya, saya belum pernah melihat hal yang lebih aneh dari keengganan Anda untuk memeluk Islam. Saudaraku, gunakanlah akal sehat Anda! Seorang yang seperti Anda seharusnya memahami agama Islam dengan baik! Rasulullah Saw bertanya kepadaku, “Di mana Khalid?” Saya menjawab, “Semoga Allah membawanya kepada kita.” Nabi bersabda, “Bagaimana mungkin seseorang seperti dia tidak memahami Islam? Jika dia menyatukan dendam dan tekadnya dengan umat Muslim, itu akan lebih baik baginya, dan kami akan menempatkannya sebagai panglima perang terdepan di antara yang lainnya.” Renungkanlah, wahai saudaraku! Anda telah kehilangan banyak sekali kesempatan untuk melakukan amal baik dan shaleh.”

Setelah beberapa lama akhirnya terbuka lah hati Khalid,ternyata yang dia perangi selama ini yaitu Nabi dan pada ada akhirnya Khalid memutuskan untuk pergi ke Madinah dan mamentapkan diri untuk Masuk Islam. Khalid masuk Islam Pada tahun 8 H (sekitar tahun 629) secara langsung di depan Muhammad. Sembari mengucapkan syahadatain Khalid memintakan ampun atas apa yang dilakukan di masa lampau “Mintakan ampun kepada Allah, ya Rasulullah, atas semua tindakan saya yang telah menghalangi jalan Allah di masa lalu,” pinta Khalid. Rasulullah menjawab, “Dengan masuk Islam, segala dosamu di masa lalu telah dihapuskan.” “Meskipun begitu, ya Rasulullah,” tambah Khalid. Maka Rasulullah berdoa, “Ya Allah, ampunilah Khalid bin Walid atas segala tindakannya yang menghalangi jalan-Mu.” “Demi Allah, Rasulullah tidak membedakan saya pada hari saya memeluk Islam dari para sahabatnya yang lain dalam segala hal, termasuk dalam urusan perang,” kata Khalid. Selanjutnya, Rasulullah memberikan tempat tinggal bagi Khalid di dekat rumah beliau. Sekarang, sang pejuang telah resmi mengubah bendera pertempurannya.

  • Khalid bin Walid Ketika sudah masuk Islam

Setelah memeluk Islam, Khalid bin Walid mengawali kehidupan baru di masyarakat Islam di kota Madinah. Rasulullah sangat senang atas keislaman seorang Khalid, dikarenakan kekuatan Islam ditambah dengan Khalid akan mengalami pelonjakan yang besar membuat Islam semakin kuat. Perang Mu’tah merupakan pertempuran pertamanya setelah beliau berstatus Islam. Namun, disaat pertempuran tersebut, Khalid Bin Walid tidak diberi amanat sebagai panglima atau diberi peran kepemimpinan oleh Rasulullah SAW. Panglima perang yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW untuk pertempuran Mu’tah adalah Zaid Bin Haritsah, Ja’far Bin Abi Thalib, dan Abdullah Ibnu Rawahah. Dalam perang Mu’tah ini kaum muslimin melawan pasukan Romawi yang pada saat itu merupakan tantara yang bukan lemah. Di Tengah Tengah peperangan ini kaum Muslimin mengalami kekelahan yang signifikan karna berbeda jauh powernya, bahkan 3 panglima yang diutus oleh Nabi semuanya tewas terbunuh oleh pasukan Romawi. Dengan kecerdasan dan kegigihan Khalid bin Walid para kaum Muslimin sepakat untuk menjadikan dia panglima mereka. Pada saat tersebut yang dirasakan pasukan Romawi, mereka melawan kaum muslimin dengan tiada habisnya,yang juga diketahui Khalid bin Walid dapat menghadapi pasukan yang setara dengan 100 orang, membuat pasukan Romawi bingung. Dan pada akhirnya dengan kehebatan Khalid bin Walid pasukan Muslim bisa mundur dengan selamat. Hal ini membuat rating pasukan kaum Muslimin sedikit diwaspadai oleh pasukan musuh yang lain karena dapat bertahan dan selamat atas serangan kaum Romawi. Peristiwa ini membuat Khalid bin Walid mendapat julukan Syaifullah yang berarti “Pedangnya Allah”. Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, Khalid bin Walid terpilih sebagai komandan militer untuk menghadapi Musailamah Al-Khazzab dan skumpulan orang yang murtad. Tahun 636 M, pasukan Islam yang dipimpin oleh Khalid Bin Al-Walid berhasil menaklukan Palestina serta Suriah dalam Perang Yarmuk. Ketika Khalifah Umar Bin Khattab berkuasa, Khalid bin Walid ditarik atau diberhentikan dari medan perang dan diangkat sebagai duta besar. Posisinya sebagai panglima perang digantikan oleh Abu Ubaidah. Namun, Khalid Bin Al-Walid tidak putus asa dan tetap berjuang, meskipun hanya sebagai prajurit biasa. Tindakan ini diambil oleh Umar Bin Khattab supaya Khalid tidak terlalu dipuja umat Islam pada masa itu.

Dan setelah beberapa rentetan peristiwa peperangan yang telah dilalui oleh Khalid bin Walid, akhirnya Khalid bin Walid menghembuskan nafas terakhirnya di atas tempat tidurnya. Dia meninggal dunia pada tahun 21 Hijriah di Homsh, Siria, ketika usianya mencapai 58 tahun. Khalid Bin Al-Walid menghembuskan nafas terakhirnya selama masa kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab.

Kesimpulan

Khalid bin Walid merupakan sosok yang berperan penting dalam sejarah Islam. Dia dianggap sebagai pejuang yang terampil sejak awal hidupnya dan memiliki keterampilan strategis yang luar biasa. Setelah masuk Islam, Khalid ikut serta dalam berbagai pertempuran dan menunjukkan keberanian serta kontribusinya dalam perluasan wilayah Islam. Kisah perjalanan hidup Khalid bin Walid meliputi momen-momen ketika ia menghadapi tantangan serta perubahan peran dan status. Misalnya saja ketika ia dipanggil oleh Khalifah Abu Bakar untuk memimpin pasukan melawan pemberontak bahkan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Ia dipaksa keluar dari medan perang oleh Khalifah Umar bin Khattab. Meski terjadi perubahan, Khalid bin Walid tetap menunjukkan kesetiaan dan ketabahan dalam mendukung Islam dan kepemimpinan Khalifah. Meski bukan lagi seorang Panglima, ia tetap berjuang sebagai prajurit biasa di jalan Allah. Kisah Khalid bin Walid menjadi inspirasi bagi banyak orang karena menunjukkan dedikasi yang kuat, keberanian mengatasi tantangan, dan kesetiaan yang tak tergoyahkan terhadap agama dan masyarakat. Melalui kegigihan dan bakat militernya yang luar biasa, Khalid bin Walid meninggalkan warisan abadi dalam sejarah Islam sebagai salah satu panglima besar peradaban Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, M. A. (2014). Khalid Bin Al-Walid: Panglima Yang Tak Terkalahkan. Pustaka Al-Kautsar.

MAULIDYA, H. U. (2022). Sang Panglima Tak Terkalahkan” Khalid Bin Walid”. CV MEDIA EDUKASI CREATIVE.

Rohmah, T. (2020). Strategi Peperangan Khalid Bin Walid Dalam Perang Mu’tah Dan Perang Yarmuk (Doctoral dissertation, IAIN).


0 Comments

Leave a Reply