KAWASAN GIRI : TEMPAT UNTUK BERWISATA RELIGI DAN MENGENAL ARSITEKTUR BANGUNAN PENINGGALAN ISLAM

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh : SITI  ASMAUL HUSNA


          Layaknya perjalanan hidup, Islam bukan mula-mula langsung diterima dan menjadi agama utama di Indonesia ( Nusantara), melainkan dahulu kala sebelum Islam ada di Indonesia. Ajaran kepercayaan, seperti animisme ( yang percaya akan kekuatan roh nenek moyang) dan dinamisme ( yang  percaya akan kekuatan pada  benda-benda  mati), sudah  lebih dulu dianut oleh nenek moyang kita. Selang beberapa waktu kemudian, agama Hindu-Budha menjadi agama mayoritas masyarakat kita, hal ini semakin diperkuat semenjak berdirinya berbagai kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia, beberapa di antaranya seperti kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Setelah kejayaan kerajaan Hindu-Budha runtuh, barulah  Islam semakin berkembang dan dikenal masyarakat, pun mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam. 
         Teori masuknya Islam sendiri ada banyak, di antaranya ada teori Persia, teori Gujarat, teori Arab, teori China dan lainnya. Yang mana perlu diketahui masing-masing dari teori ini memiliki bukti dan penguat yang berbeda-beda, dan dari sekian banyak teori itu, yang paling tua dipercaya Islam sudah ada di Indonesia semenjak abad ke 7, disusul abad ke 13 dan ke 15. 
Ulama penyebar Islam di Indonesia ( Wali Songo )
          Senada dengan tulisan di atas, selain Islam semakin berkembang dan menguat dari abad ke abad, pasti banyak orang yang bertanya mengenai  siapa saja tokoh yang memperkenalkan atau menyiarkan Islam di Indonesia ? Dan jika ada pertanyaan semacam ini, pasti semua setuju jika wali songo dikenal sebagai tokoh ulama yang paling tersohor di Indonesia, utamanya di pulau Jawa. Wali songo sendiri adalah kumpulan ulama (penyebar ajaran Islam di Nusantara) yang terdiri dari 9 orang, yang mana nama-nama mereka di antaranya adalah  Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Derajat , Sunan Kudus , Sunan Giri , Sunan Kalijaga , Sunan Muria  Sunan Gunung Jati .
Makam Sunan Giri Sebagai  Destinasi  Utama di Kawasan  Giri
          Dari sekian nama tersebut. Sunan Giri atau yang bernama asli Raden Paku Muhammad Ainul Yaqin  adalah ulama yang  cukup dikenal di kalangan masyarakat Gresik. Tak lain alasannya karena beliau memang dimakamkan di wilayah Giri, yang sekarang berada  di Kecamatan Kebomas,  Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Beliau pun juga tercatat di banyak buku sejarah sebagai salah seorang ulama yang menyebarkan ajaran Islam dengan cara unik, yakni salah satunya melalui jalur seni berupa menciptakan tembang dolanan yang di kenal dengan Jelungan. Maka jangan heran sampai detik ini Makam Sunan Giri selalu ramai dikunjungi oleh banyak orang. Yang menjadi ciri khas makam Sunan Giri ini, terdapat tiga buah gerbang yang masing-masing memiliki gapura, gapura pertama bernama gapura Bentar, yang berhiaskan naga. Gapura kedua juga bernama Bentar, namun ukurannya lebih kecil dan bentuknya sudah banyak mengalami kerusakan. Dan yang ketiga bernama gapura Paduraksa, yang memiliki empat cungkup miliki Sunan Giri, istrinya, anaknya dan kerabatnya. 

Terlepas dari keberadaan makam Sunan Giri yang selalu menjadi destinasi utama di kawasan Giri, jika kita mau menelisik lagi sebenarnya terdapat  banyak pilihan tempat yang bisa kita kunjungi. Yang mana tidak hanya berziarah di  makam Sunan Giri, akan tetapi ada juga berbagai destinasi lain  yang  sebenarnya sangat perlu diketahui banyak orang yang ingin berziarah, sekaligus ingin mendapatkan ilmu dari tempat yang dikunjungi di kawasan  ini.

Makam Bupati

          Bupati di Gresik sudah silih berganti semenjak ratusan tahun yang lalu,  pada zaman Hindu-Budha sampai  Islam, di wilayah Giri dulu juga memiliki sosok beberapa bupati yang terkenal berwibawa dan disegani banyak orang dari berbagai masa. Di kawasan makam bupati tidak hanya terdiri dari satu makam saja, namun terdapat beberapa makam dengan jarak yang berdekatan dan dengan kondisi yang berbeda-beda .Diketahui dari salah satu penuturan  akademisi sejarah Islam, mengatakan bahwa di Makam Bupati ini  tidak hanya berisi makam laki-laki. Tapi,  juga ada makam perempuan di sekitarnya, hal itu bisa ditandai dari bentuk bagian atas nisan yang  bentuknya sedikit menjorok keluar, yang berarti menandakan makam ini berjenis kelamin laki-laki, dan sebaliknya jika berjenis kelamin perempuan, salah satu bagian nisan itu pada bagian atasnya menjorok ke bawah, atau terlihat seperti rata. 
Makam Sunan Prapen
           Selain Wali Songo, ada banyak sekali raja-raja lain yang bergelar Sunan, pun dengan Sunan Prapen, yang bernama asli Syekh Maulana Fathikal. Beliau merupakan  cucu dari Sunan Giri yang lahir di tahun 1412 Saka dan merupakan penerus dinasti Giri yang ke empat ( 1507-1605).  Lokasi dari makam beliau sendiri tidak jauh dari lokasi makam Sunan Giri +- berjarak sekitar 200 M, untuk mencapainya kita juga diharuskan menaiki puluhan anak tangga. Dalam komplek makam Sunan Prapen ini terdapat tiga cungkup makam berjajar dari arah Timur-Barat, yang urutannya adalah makam Sunan Prapen, makam Panembahan Kamis Guwo, lalu makam Panembahan Ageng.

          Pada makam Sunan Prapen juga terdapat gebyok kayu, yang mana ukurannya sekitar 9 X 6 M, dan sebenarnya masih merupakan gebyok kayu pindahan dari makam Sunan Giri. Ada dua jenis gebyok kayu Sunan Giri di sini, yakni gebyok lama dan gebyok yang baru, keduanya memiliki motif yang berbeda, yang satu bermotif flora, sedikit  fauna dan sedikit hiasan lain. Dan yang baru, yang merupakan pemberian raja Palembang yang  hanya bermotif flora.

Museum  Mini
          Berbeda dengan tempat makam ulama lain, di kawasan Giri kita juga bisa menemui museum mini yang mana  sekarang terletak  berdekatan dengan masjid  Ainul Yaqin dan TPQ Masjid Besar Ainul Yaqin Sunan Giri. Ada banyak sekali benda-benda bersejarah yang tersimpan rapi di dalam museum mini ini, di samping itu juga terdapat beberapa jejer foto kuno mengenai barang-barang bersejarah di sana.
Masjid Ainul Yaqin
          Masjid ini merupakan masjid pindahan dari Giri Kedaton, nama masjid ini pun masih sama dengan nama asli Sunan Giri, terhitung masjid ini juga sudah pernah mengalami renovasi, entah itu karena tergerus zaman, dan juga karena rusak terkena gempa bumi. Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Budiono dkk, menyatakan bahwa ornamen pada masjid ini dikelompokkan berdasarkan penempatannya menjadi 4 macam, di antaranya yakni; ornamen pada pintu Paduraksa, ornamen pada Kolom Soko Guru, ornamen pada Balok Sunduk dan ornamen pada Mimbar. Dari sekian ornamen itu jika diteliti lebih dalam memang memiliki percampuran budaya Jawa dan pra Islam, contohnya seperti garuda, saton, dan sebagainya.


Situs Giri Kedaton.
         Jika kalian pernah mengunjungi kawasan makam Sunan Giri, pasti sudah tidak asing lagi dengan puluhan tangga yang harus kita naiki maupun turuni. Tapi, ternyata posisi Situs Giri Kedaton ini lebih tinggi lagi, jadi bagi siapa pun yang berencana mengunjungi salah satu situs Islam yang bersejarah ini, harus dipastikan dalam kondisi yang sehat dan tidak dalam keadaan lapar. Lokasi dari situs ini ada di atas bukit, yang mana terdiri dari sebuah masjid dan beberapa situs kuno berundak, serta terdapat  pula beberapa buah batu besar disalah satu bagiannya. Diperkirakan bangunan ini sudah ada sekitar abad ke 15-17 M, dan telah menjadi situs cagar budaya sejak tahun 2020.   
          Layaknya sebagai umat Islam, kita tahu jika berwisata religi bisa menjadi salah satu opsi yang bisa kita lakukan, baik untuk melepas penat atau melakukan refreshing diri, di waktu yang sama kita juga sekaligus melakukan hal baik yang bisa mendatangkan pahala dengan cara mendoakan mereka para tokoh ulama yang begitu berjasa bagi  negara kita. Akan tetapi ilmu juga jangan sebaiknya dilupakan, karena dari situ kita bisa mengambil pelajaran dan meniru sejarah apik atas apa yang sudah diciptakan  oleh ulama-ulama kita. Wisata semacam ini juga sangat cocok dilakukan bagi akademisi, orang awam,  maupun pelajar yang tertarik dengan peradaban Islam, dengan mengunjungi tempat bersejarah Islam di kawasan Islam ini kita sedikit bisa bernostalgia kejayaan Islam di masa lalu, selain itu ilmu berbau kesenian (arsitektur)  Islam pun tentunya kan kita dapatkan hal itu jelas terlihat dari keberadaan makam, gapura, dan bangunan bersejarah yang masih terawat hingga sekarang.

Sumber :

https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/04/184500769/perkembangan-islam-di-indonesia

https://thegorbalsla.com/nama-nama-walisongo/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Makam_Sunan_Giri

https://www.jawapos.com/features/01/07/2017/filosofi-ukiran-gebyok-makam-sunan-prapen-yang-berusia-ratusan-tahun/?amp

Rusdi  T. dan Joko T.  “Tipologi Konstruksi Tradisional Pada Cungkup Makam Prapen” Journal RUAS, Vol. 2 (1), Juni 2004


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *