Menelisik Al-Quran: Metode Membentuk Pribadi Unggul

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Fahmi Fardiansyah*

           Dr. Maurice Bockay mengatakan setelah penelitiannya terkait al-Quran dan bahasa arab selama 10 tahun “bahwa hasil penelitian-penelitian mutakhir saat ini adalah sekedar bukti semata akan apa yang telah disampaikan oleh Muhammad di hadapan sahabat-sahabatnya kala itu”. Seorang ahli bedah kenamaan Perancis itu sangat menyanjung tinggi al-Quran dengan pujian tertinggi walaupun dirinya bukan muslim, karena ia mengatakan kebenaran yang telah ia buktikan nyatanya, sebagaimana telah disampaikan oleh Nabi Muhammad sekitar 15 abad yang lalu. Seperti saat ini kita mengatakan bahwa perkembangan embrio pada rahim mengalami beberapa fase dari bentuk setetes mani hingga menjadi manusia.

               Al-Quran telah membahasnnya dengan bahasa yang lebih mudah dipahami bahwa manusia di dalam penciptaannya melalui beberapa fase; fase nuthfah, yaitu fase dimana spermatozoid bertemu dengan sel telur dalam al-Quran proses ini bernama “amsyaj” bercampurnya dua sperma antara laki-laki dan perempuan. Selama satu minggu ia menuju rahim yang disebut sebagai “qororin makin” tempat terkokoh sebagaimana disampaikan oleh ahli anatomi-saat ini tidak ada tempat terbaik untuk menyimpan sel telur yang telah terbuahi kecuali rahim ibu yang berbentuk piramida terbalik dengan bagian atas terbuka seperti kubah, diapit oleh dua tulang untuk menjaga rahim dari gangguan pelenturan yang menyebabkan keguguran (abortion) tidak hanya sampai itu saja ia dilapisi oleh hormon progesteron selama fase-fase pengembangan untuk menjaga janin selama berkembanganya dan membesarnya rahim hingga masuk sebagian pada bagian perut. Setelah nutfah bertemu rahim ia akan menepel pada dinding rahim untuk mengambil makanan darinya dan berubah menjadi gumpalan darah yang disebut ‘alaqah setelah masuk minggu berikutnya ia berubah menjadi sepotong daging kecil yang disebut mudghoh pada fase ini sudah mulai tampak denut nadinya dan beberapa tonjolan diluar janin yang nantinya menjadi bakal alat inderawinya, al-Quran memakai bahasa mukhallaqah yakni terdeferensiasi bahwa pada fase ini sudah muncul beberapa tonjolan yang membentuk organ tubuh seperti pencernaan, tangan, mata, serta ghairo mukhallaqah yakni undeferensiasi (belum terdeteksi) bahwa pada fase ini ada beberapa tonjolan yang belum terdeteksi untuk membentuk organ.

                  Hingga pada fase minggu keenam ia berubah untuk membentuk tulang atau disebut dengan pembentukan tulang rawan hingga masuk ke minggu ketujuh ia telah sempurna menjadi bayi mungil yang siap mengalami berkembangan hingga bulan 8 dan siap dilahirkan pada bulan 9. Semua rangkaian ini disebutkan oleh al-Quran dan masih banyak lagi pengetahuan-pengetahuan yang belum terungkap oleh pengetahuan modern melalui eksperimen-ekperimen. Namun, al-Quran bukanlah sekedar buku kajian ilmiah, bukan pula buku dongen sebelum tidur, ia bukan pula buku sejarah, dan bukan pula buku ramalan akan kejadian yang akan datang. Akan tetapi al-Quran adalah pedoman, penuntun bagi yang mau dituntun menuju kebenaran hakiki untuk mendapatkan kebahagian kekal abadi. Kebahagian yang dirasa baik secara dhohir maupun bathin, ketenangan yang menenangkan jiwa dan akal, kebahagian yang melahirkan pribadi untuk menutup luka di masa lalu dan melahirkan manusia yang arif di masa depan.

            Al-Quran adalah buku yang berisi untaian mutiara hikmah yang disusun secara sistematis untuk mencetak pembaca menjadi pribadi yang mencitai kebijaksanaan bukan sekedar orang yang mengandalkan otak dengan meninggalkan rasa dihati. Bukan sekedar orang yang bermain perasaan tanpa mengindahkan rasionalitas. Namun, untaian hikmah dalam al-Quran adalah untaian penggugah hati dan akal secara bersamaan untuk melahirkan aksi-aksi yang bermakna bukan sekedar aksi untuk mencari ketenaran, untuk mewujudkan eksistensi manusia sebagai manusia rabbany bukan manusia dunyawi, yaitu manusia yang sadar bahwa dirinya berada dalam genggaman Tuhan, ia hidup dan mati atas kehendak-Nya dan terciptanya untuk menyembah-Nya, bukan manusia yang memandang dunia sebagai Tuhannya, harta sebagai jaminnan kekekalan layaknya shohibul humazah yang memandang hartanyalah yang kekal dan mengekalkannya.

            Al-Quran adalah bukti kemukjizatan yang diberikan kepada nabi Muhammad yang masih bisa dirasakan saat ini hingga yaumil qiyamah dengan penjagaan langsung dari Allah jauh dari usaha mendatangkan yang semisal dengannya, mengurangi ayatnya, dan menambah ayatnya. Untuk mencetak manusia dengan nilai-nilai tersebut, al-Quran telah menyusun beberapa langkah yang indah dan terindah yang pernah ditulis oleh setiap ahli filsafat dari penjuru dunia, untuk membentuk pribadi rabbany, al-Quran menetapkan 4 mutiara yang harus dimiliki oleh setiap insan untuk menggapai kelezatan iman, yaitu:

Keyakinan (Trust)

         Harta yang termahal di dunia ini adalah keyakinan, keyakinan adalah motor penggerak perbuatan manusia untuk mewujudkan apa yang dinginkannya di dunia ini. Ia bekerja menghasilkan uang karena ia memiliki keyakinan bahwa dengan uang bisa mewujudkan cita-citanya. Allah mengingatkan bahwa keyakinan adalah hadiah pertama yang diberikan kepada manusia yang kemudian ia adalah fitrah manusia. Fitrah adalah bukti asli manusia, bagaimanapun manusia menjalani gusaran dunia dengan berbagai macam badai dan guncangan manusia tidak bisa melepaskan keyakinannya bahwa ada tenaga, kuasa, kekuatan yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Ia akan mencarinya, memohon perlindungan padanya, bersimpuh dan menangis untuk mengakui dirinya yang penuh salah dan keruwetan yang ia hadapi. Ia mendapati Allah sebagai tempat kembalinya, tempat terbaik, teman terbaik.

             Allah mengingatkan bahwa keyakinan adalah hadiah pertama yang diberikan kepada manusia yang kemudian ia adalah fitrah manusia. Fitrah adalah bukti asli manusia, bagaimanapun manusia menjalani gusaran dunia dengan berbagai macam badai dan guncangan manusia tidak bisa melepaskan keyakinannya bahwa ada tenaga, kuasa, kekuatan yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Ia akan mencarinya, memohon perlindungan padanya, bersimpuh dan menangis untuk mengakui dirinya yang penuh salah dan keruwetan yang ia hadapi. Ia mendapati Allah sebagai tempat kembalinya, tempat terbaik, teman terbaik, dan Tuhan yang pantas untuk dipuja dan disembah. Allah berfirman;

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu Tidak ada perubahan pada fitrah Allah Itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S ar-Ruum:30).

Kedisiplinan

           Al-Quran juga mengajarkan pembacanya untuk selalu terbiasa dengan kedisiplinan, karena disiplin adalah tangga yang tersusun untuk mencapai keberhasilan. Disiplin adalah kebiasaan orang-orang sukses, tidak mungkin keberhasilan itu bisa diperoleh tanpa adanya usaha untuk mendisplinkan dirinya dengan bersabar menjauhi pantangan dan mendatangi cara-cara untuk menggapai tujuan. Itulah yang Allah ajarkan bagi manusia yang menginginkan kebagaian hakiki, ia harus terdisiplinkan dengan bersabar menjauhi larangan-larangan Allah dan bersabar di dalam menjalankan perintah-perintah Allah untuk menggapai ridlo, ampunan, dan surganya. Itulah yang Allah ajarkan bagi manusia yang menginginkan kebagaian hakiki, ia harus terdisiplinkan dengan bersabar menjauhi larangan-larangan Allah dan bersabar di dalam menjalankan perintah-perintah Allah untuk menggapai ridlo, ampunan, dan surganya. Allah berfirman;

“Kesejahteraan buat kalian berkat kesabaran kalian maka alangkah baiknya tempat kesudahan ini.” (Q.S ar-Ra’d:24).

Pembiasaan

             Al-Quran mengajarkan pembaca pula untuk selalu terbiasa dengan akhlak yang baik. Karena akhlak yang terbaik adalah tanda kenabian dan sifat kenabian yang harus pula dimiliki oleh pengikutnya yang menginginkan keluhuran derajat. Akhlak baik adalah tanda tingginya peradaban sebuah kaum, namun akhlak yang buruk adalah tanda rendahnya peradaban sebuah kaum. Nabi Muhammad ditinggikan derajatnya bukan sekedar tinggi keturunannya, bukan sekedar tampannya, dan bukan pula karena hartnya, melainkan melalui akhlaknya. Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S al-Qalam: 3-4).

Responsibilitas tinggi (rasa tanggung jawab)

           Segala yang keluar dari manusia baik ucapan, perilaku, dan pikiran yang tertuangkan dalam kertas, podium, dan pada kesempatan untuk diutarakan memilki jaminan untuk dipertanggung jawabkan di mahkamah tertinggi hari kiamat nan berjejuluk yaumul hisab. Al-Quran mengajarkan pembacanya untuk selalu ingat dan jangan coba-coba lari dari tanggung jawab yang sudah dipikul kewajibannya. Allah berfirman:

“Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya”. (Q.S al-Baqarah:202).

              Demikianlah 4 kiat yang diperlakukan al-Quran kepada manusian untuk menggapai keinginan yang luhur berjumpa dengan pencipta semesta alam, bertemu dengan penguasa alam semesta, bertemu dengan raja diraja yang semua menjadi lumpuh tak berdaya dihadapannya yaitu Allah ‘azza wa jalla.


0 Comments

Leave a Reply