TIGA NASIHAT MALAIKAT JIBRIL UNTUK NABI MUHAMMAD SAW DAN UMATNYA

Published by Buletin Al Anwar on

OLEH: EKO GIGIH WIDIYANTO

Nasihat merupakan pelajaran, peringatan, anjuran, teguran yang disampaikan untuk mencapai arah kebaikan. Memberikan nasihat keagamaan kepada sesama muslim sangat dianjurkan oleh agama, karena dikatakan bahwa hidup dan matinya agama itu terletak pada penyampaian akan nilai-nilai agamanya, yaitu nasihat agama. Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi menjelaskan di dalam kitabnya Minhajul Muslim mengenai sejumlah hadis yang memiliki kaitan dengan anjuran bagi sesama muslim untuk saling menasihati, misalnya yang terdapat di dalam Hadits : “Agama ini adalah nasihat, ditanyakan (kepada Rasulullah SAW) : Bagi siapa wahai Rasul ? Beliau menjawab: bagi Allah, bagi Kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, dan bagi para pemimpin kaum Muslimin dan segenap kaum Muslimin”. 

Dalam kehidupan beragama, nasihat memiliki kedudukan yang amat penting karena di dalam nasihat memiliki maksud untuk menjauhkan kebuntuan kaum muslimin serta agar tidak keluar dari batasan-batasan syariat Islam. Mereka yang enggan menerima nasihat-nasihat yang diberikan akan semakin jauh dari arahan dan bimbingan. Salah satu ciri orang yang tidak mengalami kerugian dalam kehidupan yaitu mereka yang saling memberikan nasihat sebagaimana yang di firman Allah SWT  di dalam QS. Al-Ashr ayat 1-3 :


وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)

“(1) Demi masa, (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam ‎kerugian, (3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal ‎saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat ‎menasihati supaya menetapi kesabaran.” 

Dalam kitab Nashoihul Ibad karya Syekh Nawawi Banten, di jelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW di datangi oleh malaikat Jibril As, kemudian malaikat  Jibril As memberikan nasihat kepada Rasulullah SAW, nasihat yang diperuntukkan pula untuk umat Rasulullah,  nasihat malaikat Jibril As yang disampaikan kepada Rasulullah SAW ini dapat dijadikan pedoman bagi umat Beliau karena pesan tersirat di dalamnya bisa menjadi nasihat sepanjang masa di mana apa yang disampaikan oleh malaikat Jibril As pasti dialami oleh umat Nabi Muhammad SAW.  

Rasulullah SAW bersabda:



أتَانِيْ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ


“Malaikat Jibril mendatangiku lalu berkata, “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” (H.R. Ath Thabarani, Abu Nu’aim dan Al-Hakim).

Dari Hadits di atas terdapat 3 nasihat yang disampaikan oleh malaikat Jibril As:

Nasihat Pertama

عِشْ مَا شِــئْتَ فَإِنَّـكَ مَـيِّتٌ

“Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati.”

Sebaik-baik nasihat ialah nasihat kematian, malaikat Jibril As pun menyampaikan nasihat kepada Rasulullah mengenai kematian. Dari nasihat yang disampaikan malaikat Jibril  di atas dapat kita ketahui bahwa kematian adalah suatu hal yang pasti dialami oleh semua makhluk yang bernyawa dan sangat tidak mungkin makhluk bisa terhindar dari kematian. Allah SWT berfirman di dalam QS Al Jumuah Ayat 62, artinya :

“Katakanlah: sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemuimu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada-Nya, yang mengetahui yang Gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.

Jalan hidup manusia di dunia ini merupakan suatu pilihan, seseorang ingin menjadi manusia yang baik atau buruk itu pilihan, seseorang ingin menjadi manusia yang bertakwa atau pendosa itu juga pilihan, seseorang ingin menjadi manusia yang mulia atau hina itu juga merupakan pilihan. Bagaimanapun dan apapun jalan hidup yang di pilih seseorang, kematian adalah sebuah kepastian yang akan dialami oleh semua makhluk yang diberi nyawa oleh Allah SWT,   firman Allah SWT di dalam Al- Quran surat Ali-Imran Ayat 185, yang artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati”.

Tentunya kematian bukanlah akhir dari kehidupan, justru kematian adalah sebuah awal, awal dari kita menjalani kehidupan baru kehidupan setelah kematian yang tentu kehidupan di akhirat sangat berbeda dari kehidupan dunia. Kematian seolah menjadi pintu awal untuk menuju kepada kehidupan abadi yaitu kehidupan akhirat. Sehingga dalam mengarungi kehidupan didunia, kita tidak boleh terlena dengan godaan dunia.

Nasihat Kedua

 وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ

“Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.”

Cinta adalah sebuah anugerah dan pemberian sang Ilahi Robbi, maka cinta sifatnya agung dan suci, cinta manusia yang sejati adalah menerima segala kekurangan karena sejatinya manusia adalah makhluk yang memiliki kekurangan, berjalan di muka bumi ini dengan kesederhanaan, dan siap untuk berkorban tanpa pamrih. Seseorang yang benar-benar memiliki cinta kepada orang lain, maka ia akan selalu menjaganya sebaik-baiknya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW  “Cintailah Allah SWT, karena Allah mencurahkan nikmat-nikmat Nya kepadamu, dan cintailah aku karena mencintai Allah SWT, dan cintailah keluarga rumahku karena mencintai Aku (HR. Turmudzi).

Cinta merupakan cahaya yang mampu mengarungi samudera yang gelap menjadi deburan sinar yang menyinari hati-hati manusia yang beku, deku, kaku dan kelu, dan cahaya cinta mampu merobohkan sifat angkuhan serta sombong menjadi sebuah ketenangan dan kesejukan. Cinta itu fitrah manusia yang diberikan oleh Allah SWT, cinta tak kenal pintar, bodoh, putih, hitam, manusia memiliki cinta yang diberikan oleh Allah SWT. Allah menjustifikasi bahwasanya cinta merupakan bagian dari primordial-Nya.

Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk sosial yakni makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Allah SWT memberika  hati kepada manusia untuk saling berkasih sayang baik kepada sesama manusia maupun kepada makhluk Allah lainnya seperti mencintai hewan dan tumbuhan. Namun  sebesar apa pun cintamu kepada makhluk, ingatlah kamu akan tetap berpisah dengan makhluk yang engkau cintai tersebut., cinta yang abadi hanyalah cinta kepada Allah SWT.

Dalam perihal mencintai Syekh Abdul Qodir Al-Jailani menyampaikan bahwa kita tidak diperbolehkan mencintai maupun membenci seseorang, kecuali kita telah menyelaraskan segala amal perbuatan orang tersebut dengan Al-Quran dan juga Al-Hadits, sehingga tidak ada istilah mencintai maupun membenci karena semata-mata dorongan hawa nafsu, melainkan mencintai atau membenci karena Allah SWT.

Nasihat Ketiga

 وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِه

“Dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.”

Perlu kita ketahui bahwa sekecil apa pun kebaikan yang dilakukan, Allah SWT akan membalasnya, begitu pun dengan keburukan sekecil apapun keburukan yang dilakukan, Allah pun mengetahuinya, karena Allah adalah zat yang maha mengetahui atas apa yang dilakukan oleh makhluknya. Kebaikan ataupun keburukan amal yang kita lakukan, semua akan dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT, Allah akan membalas perbuatan makhluknya baik secara langsung yakni didunia ataupun tidak langsung yakni di akhirat nanti. Oleh karena itu perlu ditanamkan dalam hati bahwasanya tidak ada suatu perbuatan pun yang sia-sia  dikerjakan di muka bumi ini. Semua amal baik maupun buruk akan ada perhitungan atas apa yang kita lakukan. Demikian seyogyanya kita merefleksikan diri ketika kita hendak melakukan suatu hal.

Allah SWT  berfirman di dalam QS. Az-Zalzalah Ayat 7-8 yang artinya :

“(7) Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarroh, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (8) dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarroh, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.”

Amanat:

Segala yang kita kerjakan dalam hidup ini, sebaiknya jangan berlebih-lebihan, sehingga mengakibatkan lupa diri. Sebab, semua akan ada akhirnya, hidup boleh mewah, tetapi jangan melupakan kematian, cinta boleh diberikan kepada siapa pun akan tetapi pada akhirnya pasti akan berpisah. Jangan berbuat tanpa memperhitungkan untung rugi, sebab semua tindakan ada balasannya, yang baik tentu dibalas dengan kebaikan dan yang jahat tentu dibalas dengan jagat pula, sungguh Allah SWT adalah Zat yang Adil dan Kuasa.

REFERENSI:

Al-Qur’anul Karim

Nashoihul Ibad

Minhajul Muslim

Ad- Diwan At-Tamimi


0 Comments

Leave a Reply