LEBIH DEKAT DENGAN ISLAM NUSANTARA

Published by Buletin Al Anwar on

Oleh: Fabby ‘Aisyatul Mu’minah Az-zuhri

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS. Al-Hujurat Ayat 1)

Berbicara mengenai Indonesia tentu tak cukup hanya dengan membahas secara geografisnya. Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia merupakan miniatur dunia yang memiliki berbagai macam perbedaan, baik budaya, ras, adat, maupun agama. Dikutip dari Kompas.com, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 Indonesia memiliki 1.128 suku bangsa. Lalu bagaimana Indonesia dapat berdiri kokoh di tengah adanya perbedaan yang sangat beragam ini? Tentulah dengan adanya rasa persatuan yang dimiliki oleh setiap warga Indonesia. Salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama yakni KH Wahab Hasbullah pernah dawuh bahwasanya “Tidak ada senjata yang lebih tajam dan lebih sempurna lagi selain persatuan”. Dari dawuh beliau ini kita tahu bahwa persatuan merupakan senjata yang paling ampuh dalam menjaga keutuhan suatu bangsa, terlebih lagi di negara seperti Indonesia yang merupakan negara yang memiliki perbedaan yang sangat banyak.

Ayat Al-Quran di atas yakni Quran Surat Al Hujurat ayat 13 telah menjelaskan mengenai pentingnya persatuan, dalam ayat tersebut terdapat salah satu redaksi ayat yakni lafadz lita’aarafu, redaksi ini mengandung makna “saling” yakni saling mengenal. Dari sini kita tahu bahwa Allah lah yang mengutus hamba-hambanya untuk saling mengenal, dan tidak menginginkan adanya perpecahan meskipun di tengah adanya perbedaan.  Di antara perbedaan yang sangat menonjol di tengah masyarakat Indonesia adalah mengenai agama. Di Indonesia sendiri terdapat 6 agama, di antaranya adalah Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Namun Indonesia dikenal dengan negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Berbeda dengan negara lain, Islam masuk ke Indonesia bukan dengan jalan peperangan, namun Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai tanpa adanya peperangan. Terlepas dari perbedaan mengenai pendapat masuknya Islam ke Indonesia yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan cara perdagangan, perkawinan, atau pendapat-pendapat lain yang berbeda, namun tidak ada satu pendapat pun yang menjelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan peperangan. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor berhasilnya penyebaran Islam di Indonesia.

Seperti yang kita ketahui, sebelum Islam masuk ke Indonesia Hindu dan Budha telah menjadi agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia, terbukti dengan adanya peninggalan-peninggalan dari kedua agama ini. Di tengah masyarakat yang meyakini agama Hindu dan Budha ini, Islam datang dengan jalan damai. Inilah yang menjadi salah satu faktor adanya Islam Nusantara. Islam datang dengan jalan damai tentu bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi keyakinan yang kuat di antara masyarakat pribumi waktu itu. Namun, dengan usaha para ulama’ waktu itu, termasuk Wali Songo yang selalu gigih menyiarkan Islam di Indonesia dengan berbagai cara agar masyarakat tertarik dengan Islam. Misalnya Sunan Kalijaga yang menyiarkan Islam dengan media wayang. Cara ini dapat menarik minat masyarakat untuk lebih mengenal Islam, karena wayang yang ditampilkan oleh Sunan Kalijaga merupakan wayang yang berisi ajaran-ajaran keislaman. Begitu pula dengan para wali lainnya yang sukses menyebarkan Islam dengan caranya masing-masing.

Islam nusantara sendiri merupakan rangkaian sejarah panjang perkembangan Islam di Indonesia mengenai berbagai dimensi sejarah di dalamnya baik itu sejarah sosial, sejarah intelektual sampai sejarah kebudayaan. Akhir-akhir ini tidak sedikit pula aliran-aliran yang menentang Islam Nusantara, karena dianggap tidak sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah. Sejatinya, Islam Nusantara sendiri memfasilitasi seperti masyarakat Indonesia yang memiliki budaya dan adat yang bermacam agar tetap dapat melestarikan budaya dengan cara akulturasi budaya. Di sini, budaya atau adat yang dinilai bertentangan dengan Islam seperti contohnya memberikan sesaji kepada roh kemudian diganti dengan doa bersama. Dengan Islam nusantara seharusnya kita dapat lebih mencintai budaya yang dimiliki Indonesia. Dengan jiwa nasionalisme yang diajarkan melalui Islam nusantara secara tidak langsung kita telah menjaga kelestarian serta kesatuan Indonesia. Bagaimana tidak? Dengan kita selalu menghargai perbedaan kita akan dapat hidup berdampingan dengan tenang dengan orang yang berbeda dengan kita, karena sebenarnya perbedaan yang dimiliki Indonesia adalah untuk persatuan.

Terlebih lagi di masa pandemi Covid-19 ini yang melanda hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kita sedang diuji dengan semakin jarang interaksi yang dilakukan, serta dampak ekonomi yang tentu tak bisa dipungkiri telah merugikan banyak orang. Namun, banyak hikmah yang terdapat dalam pandemi ini, salah satunya ibadah akan lebih intensif dengan berkurangnya kegiatan yang selama ini dilakukan. Untuk itu, adanya pandemi Covid-19 ini marilah kita jadikan ajang untuk lebih dekat lagi dengan Allah dan lebih merekatkan tali persaudaraan, karena dengan adanya wabah seperti ini kita akan lebih menyadari bahwa kita sangatlah lemah, dan perlu bantuan dari orang lain. Semoga Allah segera mengangkat wabah ini dan menjadikan Dunia khususnya Indonesia menjadi lebih baik lagi. Aamiin…..


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *